Mohon tunggu...
Siauw Joen Kiong
Siauw Joen Kiong Mohon Tunggu... Pandita Buddha

Saya seorang pemuka agama, suka mengisi kelas Dhamma dan ceramah di beberapa vihara, saat ini juga sedang membina warga binaan di lapas cipinang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Terpenjara Tapi Merdeka: Revolusi Sunyi dalam Dhamma

4 Agustus 2025   14:12 Diperbarui: 4 Agustus 2025   14:12 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terpenjara tapi merdeka: Revolusi sunyi dalam Dhamma

Oleh: Siauw Joen Kiong

"Tak ada jeruji yang lebih kuat daripada batin yang terikat oleh nafsu, kebencian, dan delusi."

-- Refleksi Dhamma

1. Penjara Tak Selalu Berbentuk Dinding

Ketika kita membayangkan "penjara," yang terlintas biasanya adalah ruangan sempit, jeruji besi, dan baju tahanan. Tapi menurut Buddha Dhamma, penjara terberat bukan yang dibuat oleh hukum manusia, melainkan yang dibangun oleh batin sendiri.

Batin yang dikuasai oleh tanha (keinginan tak terkendali), dosa (kebencian), dan moha (kegelapan batin) bisa membuat seseorang terkekang seumur hidup, meski tubuhnya bebas melanglang buana.

Dan ironisnya, banyak orang bebas yang justru hidup lebih terpenjara daripada mereka yang berada dalam lembaga pemasyarakatan.

2. Revolusi Sunyi Dimulai dari Dalam

Di beberapa vihara yang berada di dalam lapas, sering terjadi momen menyentuh: seorang narapidana duduk diam, mata terpejam, napas perlahan, dan senyum damai di wajahnya. Ia tak sedang berkhayal. Ia sedang bebas.

  • Bebas dari dendam.
  • Bebas dari rasa bersalah.
  • Bebas dari amarah dan kekosongan.

Inilah revolusi sunyi. Sebuah gerakan dalam batin yang tidak terlihat, tapi terasa. Revolusi ini tidak menggulingkan sistem luar, tapi membongkar sistem batin yang penuh belenggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun