Di era digital ini, kita terbiasa membuat keputusan dalam hitungan detik. Geser ke kiri atau kanan, klik atau skip, post atau delete. Semuanya terasa ringan --- seolah pilihan hanya perkara jari dan layar. Tapi hidup tak sesimpel algoritma. Setiap keputusan membawa dampak. Setiap langkah, sekecil apapun, membentuk arah masa depan kita.
Sering kali kita lupa: kemerdekaan untuk memilih datang sepaket dengan tanggung jawab untuk menanggung akibatnya.
Kita memilih bertahan dalam hubungan yang tak sehat --- lalu mengeluh kenapa kita tidak bahagia. Kita memilih menunda belajar --- lalu marah saat hasil tak memuaskan. Kita memilih berkata kasar --- lalu heran saat orang menjauh. Tapi apakah kita pernah benar-benar berhenti dan bertanya: Apa akibat dari keputusan ini? Apakah aku siap menerima konsekuensinya?
Hidup Itu Pilihan, Bukan Permainan
Hidup bukan tentang benar-salah semata, tapi tentang kesadaran. Bahkan ketika kita "tidak memilih" --- itu pun adalah sebuah pilihan. Dan setiap pilihan menghasilkan getarannya sendiri. Dalam ajaran Buddha, hal ini dikenal sebagai hukum kamma-vipāka ---hukum yang menjelaskan hubungan sebab-akibat antara perbuatan (kamma) dan akibatnya (vipāka )
Kamma (karma) bukan hukuman atau hadiah, melainkan hukum alam: apa yang kita tanam, itulah yang akan tumbuh.
Sementara vipāka adalah buah dari tindakan itu --- hasil yang muncul, entah cepat atau lambat, entah langsung terlihat (muncul) atau tersembunyi di balik waktu menunggu untuk muncul.
Contohnya?
Ketika kamu bersikap sabar pada orang yang menyakiti, kamu sedang menanam bibit damai.
Ketika kamu berkata jujur meski sulit, kamu sedang membentuk karakter kuat.