Mohon tunggu...
peniel lumbantobing
peniel lumbantobing Mohon Tunggu... Mahasiswa - berita seputar mahasiswa, daerah dan pergerakan

mengulas berita dan artikel-artikel yang dirasa menarik untuk dibahas seputar dunia mahasiswa, pendidikan, daerah dan banyak hal lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Esensi Panggilan Seorang "Bung"

17 Mei 2022   23:43 Diperbarui: 17 Mei 2022   23:49 1650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zaman sekarang banyak orang yang sangat rancu ketika dipanggil sebagai Bung terutama bagi golongan/kawula muda. Jika kembali ditelusuri berdasarkan historisnya, kata Bung sendiri sudah membuat sebuah goresan perjuangan yang besar bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia hingga bisa mencapai kemerdekaan dan kedaulatannya. 

Dalam rekam jejak panggilan Bung dipopulerkan dan diprakarsai oleh Soekarno yang kemudian akrab kita panggil sebagai Bung Karno hingga saat ini. Beliau memilih kata Bung sebagai panggilan akrab bagi setiap pelopor dan para pejuang revolusioner bangsa Indonesia. Namun panggilan Bung kemudian menyebarluas hingga ke seluruh kalangan dan lapisan masyarakat.

Bung Karno jauh lebih senang ketika dirinya dipanggil sebagai Bung dibandingkan ketika dia harus dipanggil sebagai Bapak Soekarno. hal ini dikarenakan kata Bung dinilai beliau memiliki sebuah nilai kesetaraan, kesamaan dan sejarah perjuangan yang panjang jika dikaji lebih dalam. 

Kata Bung sendiri memiliki sebuah filosofi dibaliknya yaitu Bela Untuk NeGara yang kemudian kita pahami sebagai Bung. Itu sebabnya kata Bung ini menjadi sebuah panggilan yang justru akan lebih sering terdengar diantara para kaum-kaum pejuang bangsa yang memiliki niat dan ketertarikan pada ajaran dan ideologi Bung Karno.

Tak sedikit pula gerakan mahasiswa sebagai gerakan perubahan dari golongan muda untuk mempopulerkan kembali panggilan bung ini kembali. Dengan berbagai cara dan upaya, panggilan Bung didongkrak kembali menjadi sebuah panggilan akrab dalam kehidupan sehari-hari yang bisa mencapai sebuah kesetaraan tanpa adanya sebuah senioritas, diskriminasi dan klasifikasi kelompok masyarakat Indonesia.

Jika dikaji lebih jauh, dengan hal sederhana ini justru kita bisa membantu dalam mewujudkan cita-cita Bung Karno bagi bangsa Indonesia di tengah gempuran modernisasi dan era digitalisasi saat ini. 

Hal sederhananya yaitu dengan mengembalikan panggilan Bung tersebut di tengah-tengah pergaulan kita yang saat ini justru sangat buta dengan kata Bung. Kata Bung akan menjadi sangat nyaman dan enak didengar oleh telinga ketika kita memiliki kesadaran tentang kesetaraan tersebut.

Panggilan Bung adalah sebuah panggilan yang akrab diantara pergaulan para kaum lelaki. Alkisah, Bung Karno pada tahun 1945 meminta pelukis Affandi membesut suatu poster perjuangan. Bung Karno menegaskan pesanannya harus memuat gambar orang yang dirantai dan rantai yang telah putus. Kebetulan yang menjadi model pada saat itu pelukis Dullah. 

Setelah selesai menggambar, Affandi nampaknya butuh sebuah kata-kata yang bernas, yang sekiranya mampu membangkitkan gelora semangat perjuangan. Beruntung, penyair kesohor Chairil Anwar lewat. Tanpa basa-basi pelukis Soedjojono--kakek dari Arian Arifin Wardiman vokalis band Seringai-- menanyakan kata-kata apa yang cocok untuk lukisan Affandi.

"Dengan enteng, Chairil menjawab, 'Bung, Ayo Bung!"Efeknya, sungguh dahsyat. Seketika, irama "Bung, Ayo Bung" menggelegar sebagai ungkapan heroik yang seolah-oleh mampu membangkitkan narasi melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari para penjajah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun