Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Data Pria Sunat di Dunia: Indonesia Peringkat Berapa?

15 Oktober 2025   06:00 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:07 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Statistik atau data persentase pria yang di sunat secara global (sumber: X/ @GlobalStatistics)

Sunat atau sirkumsisi pria adalah prosedur pembedahan minor untuk mengangkat kulup (kulit yang menutupi ujung penis). Praktik ini telah dilakukan selama ribuan tahun, namun kini semakin diakui manfaatnya oleh komunitas medis global.

Manfaat Medis Utama:

Mengurangi Risiko Penyakit Seksual: Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa sirkumsisi pria sukarela (Voluntary Medical Male Circumcision---VMMC) dapat secara signifikan mengurangi risiko penularan HIV pada pria heteroseksual di wilayah dengan tingkat infeksi tinggi.

Mencegah Infeksi: Sunat membantu mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK) dan penyakit menular seksual lainnya, karena menghilangkan kulit yang rentan menampung bakteri.

Meningkatkan Kebersihan: Prosedur ini memudahkan pembersihan dan meningkatkan kebersihan alat kelamin.

Persentase Pria yang Sunat secara Global

Berapa persen pria di dunia yang disunat? Rata-rata global berada di angka 38,7%. Namun, ketika kita melihat peta per negara, angkanya melompat dari nyaris nol hingga mendekati sempurna.

Di mana posisi Indonesia?

Data statistik global dari tahun 2016 (dirilis oleh Visual Capitalist) menunjukkan bahwa Indonesia (IDN) mencatatkan tingkat sunat pria yang sangat tinggi, yakni 92,5%. Angka ini menempatkan Indonesia dalam Top 10 Global untuk tingkat sirkumsisi pria tertinggi di dunia, bersanding dengan negara-negara yang didominasi oleh Islam dan praktik budaya kuat.

Mari kita bedah data global ini, melihat kelompok negara yang mendominasi, dan alasan di baliknya.

Peringkat Puncak: Klub Sunat 90%+ (Dorongan Agama)

Negara-negara yang menduduki peringkat teratas secara konsisten adalah negara dengan mayoritas Muslim yang kuat, di mana sunat adalah praktik keagamaan yang diwajibkan (wajib/sunnah):

Persentase tingkat sunat pria di dunia (disajikan oleh AI/Gemini AI sesuai data dari berbagai sumber)
Persentase tingkat sunat pria di dunia (disajikan oleh AI/Gemini AI sesuai data dari berbagai sumber)
Indonesia: Angka 92,5% ini membuktikan betapa kuatnya sinkronisasi antara ajaran agama dan norma sosial di Indonesia. Kita berada di klub yang hampir mencapai angka "sempurna" ini.

Amerika Serikat: Pilihan Medis yang Unik (80,5%)

Di tengah negara-negara maju yang sebagian besar memiliki angka sunat rendah (seperti Kanada 31,9% dan Eropa di bawah 25%), Amerika Serikat (USA) menjadi anomali dengan angka 80,5%.

Angka tinggi ini didorong oleh faktor historis dan medis, bukan agama mayoritas:

  • Praktik Medis Rutin: Sunat sempat menjadi praktik rutin dan direkomendasikan secara luas di rumah sakit AS sejak abad ke-20 karena alasan kebersihan dan medis (walaupun rekomendasi medis telah berubah).
  • Kesehatan dan Asuransi: Di banyak negara bagian, sunat pada bayi baru lahir dicakup oleh asuransi, menjadikannya pilihan yang mudah bagi orang tua, meskipun trennya kini cenderung menurun.

Zona Rendah: Kenapa Eropa dan Amerika Latin Menolak?

Sebagian besar Eropa (seperti Norwegia 3,0%, Spanyol 6,6%) dan hampir seluruh Amerika Latin (seperti Brazil 1,3%, Chili 0,2%) mencatatkan angka yang sangat rendah.

Di wilayah ini, sunat secara historis tidak pernah menjadi bagian dari budaya atau praktik medis umum. Sirkumsisi hanya dilakukan jika ada indikasi medis yang sangat jelas atau jika anak tersebut berasal dari komunitas agama minoritas (seperti Yahudi). Ini menunjukkan adanya dikotomi kuat antara praktik sunat di wilayah Timur (Asia-Afrika) dan Barat (Eropa-Amerika Latin).

Fokus WHO: Sunat Sebagai Strategi Kesehatan (Data 2020)

Data sirkumsisi tidak hanya menarik dari sisi agama dan budaya, tetapi juga dari sisi kesehatan publik. Pada tahun 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali menegaskan:

Sirkumsisi pria sukarela dapat mengurangi penyebaran HIV pada pria heteroseksual di wilayah berisiko tinggi.

Oleh karena itu, di banyak negara di Afrika Sub-Sahara yang memiliki tingkat infeksi HIV tinggi (seperti Afrika Selatan 44,7% dan Mozambik 47,4%), peningkatan angka sunat menjadi bagian dari kampanye kesehatan yang didukung global.

Peta sunat pria ini adalah sebuah potret statistik yang kompleks, yang menunjukkan bagaimana satu praktik dapat memiliki makna yang sangat berbeda di berbagai belahan dunia---dari kewajiban agama di Indonesia hingga pilihan medis di Amerika, dan menjadi strategi pencegahan penyakit di Afrika.

Bekasi 15 Oktober 2025

Best Siallagan 

Sumber referensi:

SUMBER REFERENSI DETAIL

Artikel ini disusun berdasarkan kompilasi dan analisis data dari sumber-sumber ilmiah dan publikasi kesehatan global:

Data Primer (Peta Statistik):

Visual Capitalist. (Tahun Publikasi Peta Tidak Tercantum). Male Circumcision Rates by Country [Peta Digital].

Sumber Data Asli Peta: Estimation of Country-Specific and Global Prevalence of Male Circumcision oleh Brian J Morris, et al. (Diterbitkan dalam BioMed Central atau Population Health Metrics, 2016). (Sebagai rujukan ilmiah utama untuk data persentase setiap negara dan rata-rata global 38,7%).

Rekomendasi Kesehatan Global:

World Health Organization (WHO) & UNAIDS. (Re-evaluasi 2020). Voluntary Medical Male Circumcision (VMMC) for HIV Prevention. (Sebagai rujukan untuk pernyataan bahwa sunat pria sukarela dapat mengurangi penyebaran HIV pada pria heteroseksual di wilayah berisiko tinggi).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun