Narator (Mira Lestari):
Alya Santoso selalu punya cara untuk tersandung ke dalam masalah, bahkan ketika ia hanya mencoba membantu. Di Puri Anggrek Elit, kebaikan hati sering disalahartikan, dan rasa ingin tahu bisa menjadi tiket menuju bencana. Surat yang Alya temukan di loteng adalah kepingan pertama dari teka-teki yang kutinggalkan, tapi apakah ia cukup pintar untuk menyusunnya---atau cukup bodoh untuk membongkar rahasia yang seharusnya tetap terkubur?
Alya Santoso duduk di meja makan kecil di rumahnya, menatap amplop kuning yang kini terasa seperti bom waktu. Tulisan tangan Mira Lestari---"Jangan percaya pada siapa pun di Puri Anggrek"---terus berputar di pikirannya, seperti lagu yang tak bisa dilupakan.Â
Cahaya lampu neon di atasnya berkedip-kedip, menambah suasana tegang yang sudah ia rasakan sejak menemukan surat itu dua hari lalu. Di luar, malam di Puri Anggrek Elit terasa terlalu sunyi, seolah menyembunyikan sesuatu.
Naya, putrinya, masuk ke ruang makan dengan earphone di telinga, wajahnya masam seperti biasa. "Mama, aku mau ke kamar. Besok ada ulangan, dan aku nggak mood ngobrol." Nada suaranya penuh ketidaksabaran, khas remaja yang merasa dunia berutang padanya.
Alya menghela napas. "Naya, bantuin mama beresin piring dulu, dong. Kita udah dua hari nggak beres-beres."
Naya mendengus, tapi ia mulai mengumpulkan piring kotor dengan gerakan malas.
 Alya memanfaatkan momen itu untuk kembali memikirkan surat Mira. Ia ingin berbagi dengan seseorang---mungkin Sita, yang tadi pagi tampak tahu sesuatu tentang Mira. Tapi kata-kata Mira membuatnya ragu: "Jangan percaya pada siapa pun." Apakah itu termasuk Sita? Atau bahkan Rina, yang sepertinya selalu mengamati segalanya?
Pikiran Alya terganggu oleh suara ketukan di pintu depan. Ia melirik jam---sudah hampir jam sembilan malam. Siapa yang datang selarut ini? Dengan hati-hati, ia berjalan ke pintu dan melihat melalui lubang intip.Â
Di luar, berdiri Ryan, tetangga baru yang tinggal dua rumah dari rumahnya. Pria berusia 30-an dengan wajah ramah tapi misterius, yang selalu tampak tahu lebih banyak daripada yang ia katakan.