Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Rahasia di Balik Pagar Mewah (Bab 2)

8 Oktober 2025   15:44 Diperbarui: 8 Oktober 2025   15:44 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang wanita misterius (generate by AI/ Grok)

Lia mengangguk, pura-pura memeriksa ponselnya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah.

 "Iya, sekalian aja. Tapi jangan lama-lama, nanti Pak Chandra pulang." Nada suaranya bergetar sedikit saat menyebut nama suaminya.

Chandra Wijaya, 45 tahun, adalah tipe pria yang bisa membuat ruangan terasa lebih kecil hanya dengan kehadirannya. Pengusaha properti sukses, pemilik separuh rumah di Puri Anggrek Elit, dan suami yang---setidaknya di mata tetangga---mencintai Lia dengan penuh pengabdian.

 Tapi Lia tahu kebenarannya: Chandra lebih mencintai kesuksesannya daripada istrinya. Perhatiannya kepada Lia hanyalah bagian dari citra "keluarga sempurna" yang ia jual ke klien dan tetangga.

 Dan itulah mengapa Lia, dalam momen kelemahan enam bulan lalu, membiarkan Jono---tukang kebun yang baru lulus SMA---menciumnya di gudang taman.

Sejak saat itu, hubungan mereka berjalan di tepi jurang. Pertemuan rahasia di gudang, pesan WhatsApp yang buru-buru dihapus, dan tatapan sekilas di sela-sela pekerjaan Jono. Lia tahu ini bukan cinta---setidaknya, bukan cinta seperti yang ia bayangkan saat masih muda. 

Ini adalah pelarian, cara untuk merasa hidup di tengah kehidupan yang terasa seperti panggung sandiwara. Tapi pagi ini, setelah kematian Mira Lestari, Lia merasa ada sesuatu yang berbeda. 

Seperti ada mata yang mengawasi, bukan hanya dari tetangga usil, tapi dari sesuatu yang lebih gelap.

"Lia, kamu ke mana aja tadi pagi?" Suara Chandra dari ruang tamu membuat Lia tersentak. Cangkir kopinya hampir jatuh, tapi ia menahannya dengan tangan yang gemetar. Chandra masuk ke dapur, dasinya sedikit longgar, matanya menatap Lia dengan ekspresi yang sulit dibaca.

"Ke pemakaman Mira," jawab Lia, berusaha terdengar santai. "Kan kasihan, tetangga kita. Aku cuma ikut ngelayat."

Chandra mengangguk, tapi matanya menyipit. "Kamu kenal Mira baik-baik, ya? Kok kayaknya sedih banget." Nada suaranya biasa, tapi ada sesuatu di baliknya---kecurigaan yang membuat bulu kuduk Lia berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun