Euforia kemenangan tipis Real Madrid 1-0 atas Osasuna dalam laga perdana La Liga terancam buyar. Kemenangan yang seharusnya menjadi debut manis bagi pelatih baru Xabi Alonso kini berada di ujung tanduk setelah klub dituduh melakukan pelanggaran aturan terkait pemain baru mereka, Franco Mastantuono.
Mengakali Regulasi Nomor Punggung
Dalam peraturan La Liga, pemain di tim utama harus memakai nomor punggung antara 1 hingga 25. Sementara itu, pemain dari tim cadangan atau akademi memakai nomor 26 dan seterusnya.
Kasus Mastantuono:
Ia adalah pemain yang didatangkan untuk tim utama, namun diberi nomor punggung 30, yang biasanya untuk pemain cadangan.
Klub dan Mastantuono mengklaim ini karena "alasan pribadi," tapi alasan ini dianggap tidak sah secara hukum.
Perbandingan dengan Alexander-Arnold: Trent Alexander-Arnold tidak bisa menggunakan nomor punggung 66 yang ia kenakan di Liverpool, karena nomor itu tidak masuk dalam jatah nomor tim utama di Real Madrid. Ia harus memilih nomor lain yang tersedia, yaitu 12. Ini menunjukkan bahwa klub tidak bisa sembarangan memberikan nomor punggung, bahkan untuk alasan pribadi.
Jadi, klaimnya adalah Real Madrid sengaja mendaftarkan Mastantuono sebagai pemain tim cadangan (nomor 30) padahal ia adalah pemain tim utama. Tujuannya bukan untuk mengakali sistem nomor punggung saja, melainkan untuk tujuan yang lebih besar yaitu Keuntungan Financial Fair Play (FFP)
Aturan FFP adalah regulasi yang membatasi pengeluaran klub agar tidak melebihi pendapatan. Setiap klub memiliki batasan pengeluaran (seperti gaji, biaya transfer, dan lainnya) yang ditentukan oleh liga.
Galan* menunjukkan: "Selama pemain Mastantuono tidak berlatih atau berpartisipasi dalam pertandingan dengan tim cadangan, ada risiko besar bahwa susunan pemainnya akan digugat jika ia berpartisipasi dalam pertandingan resmi, karena kemungkinan adanya pelanggaran peraturan tentang susunan pemain yang tidak tepat."
Ancaman Hukuman dan Dampak Jangka Panjang