Mohon tunggu...
Best Siallagan
Best Siallagan Mohon Tunggu... Hobby membaca dan menulis

- AI Enthusiastic - Suka membuat cerita - Suka Nonton Film - Suka Nonton Bola (Penggemar Leonel Messi) - Millenial yang menolak ketinggalan untuk belajar teknologi masa depan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjalanan Tanpa Ingatan

13 Agustus 2025   17:30 Diperbarui: 13 Agustus 2025   17:30 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi seorang lelaki dan perempuan menggendong bayinya (sumber: generate by Gemini AI/Best Siallagan)

Aku berdiri. Tidak tahu di mana. Tidak tahu mengapa. Sekelilingku adalah kehampaan yang tak berujung, diselimuti kabut tipis yang dingin. Aku tidak mengingat apa pun sebelum tempat ini. Tidak ada nama, tidak ada wajah, bahkan tidak ada bayangan masa lalu.

Tiba-tiba, sesosok wanita muncul dari balik kabut. Usianya sekitar 30-an. Di gendongannya, terlelap seorang bayi. Aku tak bisa melihat wajahnya, hanya perkiraan, bayi itu belum genap enam bulan. Ia hanya berdiri di sana, diam. Namun, matanya yang sayu memancarkan kerinduan yang mendalam, kerinduan untuk kembali, untuk pulang ke rumah orang tuanya.

Aku menghampirinya, menawarkan diri untuk mengantar. Anehnya, dia mengangguk setuju. Lebih aneh lagi, aku tahu jalan. Aku menuntun langkahnya melewati kabut, menuju sebuah rumah yang terasa asing, namun tak asing sama sekali. Sepanjang perjalanan, tidak ada kata terucap. Kami hanya berjalan dalam keheningan yang penuh makna.

Setelah mengantarnya hingga pintu, aku berbalik. Dan saat itulah, sebuah pecahan ingatan menerjangku. Seperti sebuah film yang diputar cepat, semua fragmen masa lalu berkelebat di benakku. Sebuah rasa emosional yang intens langsung menyeruak, sebuah kesedihan mendalam dan kesepian yang amat sangat.

Wanita itu... dia adalah istriku. Bayi itu... bayi kami. Anakku.

Semua puzzle yang hilang kini berserakan, namun tak bisa ku susun kembali. Di mana aku berada? Mengapa aku di sini? Apa yang terjadi padaku?

Aku ingin kembali. Ingin menjemput mereka, mendekap mereka. Namun, kabut kembali menyelimuti segalanya. Jalan pulang yang tadi ku tahu kini menghilang. Rumah orang tua istriku, entah di mana. Aku kembali berdiri di tempat asing yang terasa begitu akrab. Berdiri dalam kebingungan yang tak terlukiskan, di antara ingatan yang kembali dan kenyataan yang hampa.

Bekasi, 13 Agustus 2025

Best Siallagan 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun