Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan ke Suriah Bukti Tidak Kreatifnya Amerika Serikat

15 April 2017   02:06 Diperbarui: 15 April 2017   11:00 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Logikanya, dengan memanfaatkan oposisi bersenjata, Amerika Serikat bisa menghemat penurunan pasukan reguler. Selain, perusahaan-perusahaan produsen senjata bisa untung besar karena pasokan untuk kelompok pemberontak mengalir lancar.

Di kawasan Timur Tengah, Amerika Serikat diyakini menjadi pendukung utama pemberontak yang di dalam negerinya sendiri disebut teroris. Pengamat Timur Tengah Dina Sulaeman bahkan menunjuk langsung hidung Paman Sam sebagai pelopor pencipta pasukan Negara Islam Irak-Suriah (ISIS).

Dina mengatakan, ISIS merupakan pecahan dari Al-Qaeda, kelompok bersenjata yang didanai, dipersenjatai dan dilatih AS semula untuk mengusir Uni Soviet dari Asia Tengah. AS merasa para mujahidin fundamentalis itu perlu dirayu untuk melancarkan "proyek minyak" dan perbankan mereka di sana.

ISIS, bersama pemberontak lain juga pecahan Al-Qaeda seperti Jabhah Al Nusra, berkomplot dengan pasukan binaan AS, Free Syrian Army lalu "menggerecoki" pemerintah Suriah yang sah. Suriah sendiri diketahui tidak memiliki cadangan minyak sebesar negara-negara lain di Timur Tengah.

Dalam artikel yang dikeluarkan CNN pada 5 September 2013 berjudul "Why Syria matters to oil markets", dijelaskan bahwa produksi minyak Suriah hanya 180.000 barel per-hari, sangat jauh dibandingkan Irak, misalnya, yang bisa memproduksi minyak 4,7 juta barel per-hari (data 2016).

Namun, Suriah berada dekat dengan titik transit impor minyak produktif, seperti Selat Hormuz (yang dilewati 17 juta barel minyak perhari), Terusan Suez dan Jalur Pipa Sume (yang total dilewati 3,8 juta barel minyak per-hari). Selain itu juga ada Jalur Pipa Ceyhan di utara Suriah yang membawa minyak keluar dari Asia Tengah.

Petualangan jalur minyak di Suriah inilah yang menjadi salah satu alasan perselisihan banyak negara di Suriah. Amerika Serikat, dipastikan berada di belakang kepentingan para pendukungnya, Uni Eropa, Arab Saudi, Israel.

Uni Eropa (UE) sendiri ingin meloloskan rencana pipa jalur Qatar, Saudi, Yordania, Suriah dan Turki. Ini tentu tidak dibiarkan Rusia karena berpotensi mengurangi pemasukan mereka dari sektor minyak dan gas yang selama ini dipasoknya kepada negara-negara UE.

Selain itu, bagi AS, Suriah yang saat ini dipimpin presiden dari Partai Sosialis Ba'ath, terlalu dekat dengan Rusia. Kelompok Ba'ath sendiri memang sudah akrab dengan Soviet sejak dulu.

Demi melicinkan semua kepentingan Barat dan sekutunya, maka dipastikan terlebih dahulu Presiden Assad, yang juga dekat dengan Hezbollah dan Hamas, harus dilengserkan. Suriah harus bisa dikendalikan dengan "demokrasi", agar "keamanan" Timur Tengah terjaga dan, pastinya, sekutu utama AS di wiayah tersebut, Israel bisa tidur dengan tenang karena dipastikan gangguan mereka bisa diredam.

Kenyataannya, menguasai Suriah tidak mudah karena mereka didukung penuh Rusia dan Iran. Berbagai cara sudah dilakukan dan masih saja tak berhasil. Gagal menyingkirkan Assad dengan memanfaatkan oposisi, seperti ketika membunuh Muammar Gaddafi melalui tangan tentara transisi Libya atau mendepak Sukarno di Indonesia melalui TNI AD, Amerika Serikat pun tiba dengan cara terakhir yaitu intervensi langsung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun