"Mas Bayu!" jeritku senang saat melihat kepulangannya. Akan tetapi, tak kulihat keberadaan mobil Mas Bayu di depan rumah. Ia pun diam tak menjawab ketika kutanyakan hal itu. Justru yang kudapatkan berupa pelukan hangat, belaian lembut, dan ciuman mesra darinya. Lama sekali. Darah berdesir. Sebegitu lamakah perjalanan dinasnya sampai-sampai gairah yang kami rasakan begitu besar? Aroma keringatnya yang khas membuat rinduku terobati.
Mas Bayu kelihatan pucat dan lelah. Dia pasti capek sekali menempuh perjalanan jauh.
Perlahan kulepaskan dekapannya.
"Mas mandi dulu ya. Aku siapkan makan malam kesukaan Mas, deh. Kita candlelight dinner ala rumahan gitu, berdua." Tanganku mengusap lembut pipinya.
"Satu lagi Mas, aku punya kabar istimewa buat Mas," ujarku melirik manja. Mas Bayu mengusap kepalaku sambil tersenyum. Senyuman yang jauh lebih menawan dari biasanya. Selanjutnya dia menuju kamar tidur.
Kutata meja makan sedemikian rupa, meletakkan piring, sendok, gelas dan peralatan lain secukupnya. Lilin hias dan bunga lily berada di tengah. Kepiting saus tiram, nasi, buah, kerupuk ikan, serta teh hangat sudah tersaji. Aku tinggal menunggu Mas Bayu keluar dari kamar dalam keadaannya bersih dan segar. Namun, hampir satu jam dia belum keluar juga. Apa yang dilakukannya?
"Jangan-jangan ketiduran, nih," batinku curiga.
Baru saja tanganku hendak menyentuh gagang pintu kamar tidur, suara bel pintu tiba-tiba berbunyi.
"Siapa, sih, malam-malam begini?" gumamku geram.
Kubuka pintu depan. Tampak seorang bapak berjaket kulit bewarna gelap. Di belakangnya dua orang dengan perawakan yang sama, serta seorang wanita berbadan tegap, berambut pendek sebahu.
"Maaf, cari siapa ya, Pak?" Keningku mengernyit.
Mereka memperkenalkan diri dari jajaran kepolisian. Salah satu dari mereka maju dan bertanya, "Maaf, apa betul ini rumahnya Bapak Rizki Bayu Maulana?”