Mohon tunggu...
Naufa Rafsanjani
Naufa Rafsanjani Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

Freelance

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Memori

15 Februari 2019   21:33 Diperbarui: 16 Februari 2019   06:46 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selama perjalanan, aku hanya mendengarkan musik dan melihat kaca mobil yang di basahi oleh langit yang gelap. Aku hanya menanti matahari kembali mencahayai bumi dan cahaya gelap seperti saat ini cepat berlalu. Selama perjalanan aku tidak terlalu memperhatikan sekitar, bukan karena tidak menginginkan nya. Hanya saja, aku cukup penakut untuk melihat hujan deras.

Sesampai nya di rumah, aku langsung menuju kamar. Karena dirumah hanya aku dan Ayah, dan waktu sudah sangat malam. Ayah menyuruh ku beristirahat, agar besok tidak kesiangan.

Ku dengar suara dari arah dapur, ku buka mata ku dari mimpi yang hanya singgah di waktu tidur ku. Aku menuju dapur dan melihat ayah, sedang memasak nasi goreng. Dengan keahlihan nya memasak, aku merasa sedikit legah. Karena pada saat itu aku sedang berkomunikasi jarak jauh dengan mamah dan ketika aku merindukan masakan dari mamah. Ayah akan selalu sigap untuk membuat kan masakan untuk ku.

   "Sudah bangun kak."

   "Sudah yah, kita berangkat jam berapa yah," tanya ku.

   "Berangkat jam 11 siang dari sini, kamu cuci piring dan bersihin rumah dulu ya. Ayah mau ke kantor bentar."

    "Ya yah."

Aku melihat ayah yang sudah pergi menggunakan motor nya, lalu aku kembali untuk membersihkan rumah dan  mengemaskan pakaian yang masih belum di rapikan. Waktu sudah menunjukkam jam 10  mobil untuk mengantar kami ke bandara sudah di halaman rumah. Aku yang sedang makan bergegas untuk menghabiskan sisa makanan yang masih ada di piring ku.

Dua orang yang aku lihat umur nya hampir seusia dengan ayah, memasuki halaman rumah ku. Aku langsung berinisiatif untuk mengambil tiga gelas air putih untuk mereka. Selama aku menuangkan air putih ke dalam gelas bening, aku masih memikirkan ucapakan ayah semalam. Sebenar nya ada apa, mengapa ayah terburu-buru untuk memberi tahu ku, untuk segera mengemaskan baju. Padahal pada saat itu, aku sedang melaksakan les untuk persiapan Ujian Nasional mendatang.

Ketika waktu sudah menunjukkan jam 11, ayah memanggil ku dan segera mengeluarkan tas yang akan kita bawa ke jogja. Tidak tahu berapa lama aku dan ayah akan tinggal disana, yang pasti aku masih gemeteran. Karena ini pertama kali nya, aku menaiki pesawat. Ayah menyuruh ku tidur, agar ketika kami sampai di bandara aku tidak kelelahan. Tetapi aku tidak mau, karena cuaca saat ini cerah dan aku sudah lama  tidak melihat gedung-gedung tinggi seperti ini. Teman ayah membunyikan siaran radio, rasa rindu yang aku rasakan saat ini sedikit terobati.

Selama di perjalanan aku tidak banyak bicara, aku hanya mendengar ayah dan teman nya berbincang membahas masalah yang aku ketahui. Tepat ketika tugu yang berbeda dari yang sebelum nya, aku menyadari jika aku telah sampai di kota dan mobil telah memasuki parkiran bandara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun