Mohon tunggu...
Shopian Hadi
Shopian Hadi Mohon Tunggu... Lainnya - Belajar, membaca dan menulis

Senang membaca, sastra, sosial, politik, budaya, dan menyukai olahraga dan petualangan.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Berwisata ke Lempur, Mengenal Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi

26 November 2018   00:48 Diperbarui: 26 November 2018   01:13 1104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu sebelum masuk Hutan Adat dan menuju Danau Kaco (foto dokumen pribadi)

Keindahan alam Kerinci, Provinsi Jambi yang dikelilingi gunung-gunung terkenal sampai mancanegara. Mulai dari Gunung Kerinci, Kayu Aro, Danau Kerinci, Danau Gunung Tujuh, hingga Danau Kaco dan kekayaan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Karena itu keindahan Kurintji atau Kerinci diibaratkan sebagai sekepal tanah dari surga.

Beberapa waktu lalu, kami rombongan mahasiswa Magister Ilmu Lingkungan Universitas Jambi berkesempatan berkunjung ke Lempur, Kecamatan Gunung Raya, Kabupaten Kerinci. Perjalanan ditempuh sekitar 11 jam dari Kampus Universitas Jambi, Telanaipura, Kota Jambi menuju Lempur karena kondisi cuaca hujan. Bila cuaca bagus, perjalananan bisa sekitar 9 hingga 10 jam saja. Beruntung perjalanan rombongan kami menggunakan travel dengan jenis mobil Toyota Hiace cukup nyaman.

Sampai di Lempur jam 11 malam, rombongan kami masih di sambut dengan hangat oleh masyarakat dengan pertunjukan tarian dari Sanggar Seni Kuluk Paribun. Setelah itu baru, rombongan kami yang mencapai 50 puluh orang dipersilahkan beristrahat dan disebar ke berbagai Home Stay milik warga. Yang perlu di ingat, bila berwisata ke Lempur, jangan kuatir mengenai penginapan karena terdapat banyak pilihan home stay dirumah-rumah warga dengan harga terjangkau.

***

Daerah Lempur merupakan salah satu wilayah favorit wisatawan lokal dan mancanegara  bila ke Kabupaten Kerinci. Wisatawan biasanya memilih wilayah Kayu Aro yang terkenal dengan Gunung Kerinci, Perkebunan Teh, Rawa Bento, Air Terjun Telun Berasap hingga Danau Gunung Tujuh. 

Nah di Lempur juga terdapat berbagai objek wisata mulai dari gunung, danau, air terjun, hutan adat, hingga kekayaan alam, sejarah dan budaya lainnya. Ada Gunung Raya, Gunung Kunyit, Gunung Bujang, hingga yang terkenal adalah Danau Kaco, Danau Lingkat, Danau Duo, Danau Kecik dan Danau Nyalo, Masjid Tuo Lempur dan sebagainya.

Menurut cerita, Lempur berasal dari bahasa Kerinci yaitu kata Talempow atau Terlumpur yang kemudian menjadi Lempur atau Lumpur. Melihat kondisi alamnya, memang wilayah ini terdapat rawa lumpur dataran tinggi yang dikelilingi perbukitan dan gunung-gunung. 

Pertanian dan sawah-sawah juga sangat subur dan di Lempur dikenal dengan Kulit Manis dan Beras Payo. Beras Payo yaitu beras yang berasal dari padi sawah yang ditanam selama 9 bulan dan terkenal paling enak serta pulen.

Masyarakat Adat Lempur lebih dikenal sebagai Lekuk Lima Puluh Tumbi. Yaitu Lempur dahulunya hanya terdiri dari lima puluh tumbi (satuan kepala keluarga) yang mendiami satu kawasan lekuk atau lembah. 

Sekarang Lempur berkembang menjadi beberapa kelurahan dan desa yaitu Lempur Tengah, Lempur Mudik, Lempur Hilir, Baru Lempur, Manjuto Lempur, Parikan Tengah, Sungai Angat, Kebun Baru, Kebun Lima, Air Mumu dan Masgo.

***

Ketika di Lempur, dengan jadwal yang padat kami hanya bisa berkunjung ke Danau Lingkat dan Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi. Hutan Adat ini pernah meraih Kalpataru dari Presiden RI dikenal masyarakat dengan Hutan Adat Hulu Air. Memang di daerah Lempur terdapat cukup banyak hutan-hutan adat yang menjadi kearifan lokal.

(foto dokumen pribadi)
(foto dokumen pribadi)
Beranjak dari home stay di Lempur Mudik dengan cuaca hujan, kami menuju ke arah perbukitan mengunakan mobil bak terbuka. Jalan yang dilalui melawati permukiman, sawah-sawah dan kebun warga. Jalan yang dilalui mengarah ke Danau Kaco yang berada di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Untuk masuk ke kawasan ini, bagi masyarakat setempat gratis, namun bagi wisatawan dipungut biaya Rp. 10.000,- oleh warga tanpa karcis. Maklum lokasi ini hanya dikelola warga secara sukarela dan belum ada retrebusi resmi.

Mengingat kondisi jalan, maka perjalanan menggunakan mobil hanya bisa sampai di kaki bukit saja. Selanjutnya perjalanan harus melewati jalan berbatu pegunungan yang cukup curam. Bila menggunakan sepeda motor, bisa hingga ke tugu batas Hutan Adat dan sepeda motor bisa dititipkan.

Persiapan mendaki ditengah cuaca hujan gerimis (foto dokumen pribadi)
Persiapan mendaki ditengah cuaca hujan gerimis (foto dokumen pribadi)
Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi diperkirakan seluas 400 hektare dan merupakan hulu air atau sungai yaitu Air Lempur, Sungai Kunyit, Sungai Jernih, dan Batang Kemumu. Karena itu keberadaan hutan adat menjadi penting dengan memenuhi 50 persen kebutuhan air bersih dan pertanian. Hutan adat ini terletak kurang lebih 1500 hingga 2000 mdpl juga memiliki banyak tanaman endemik hutan dataran tinggi seperti Cemara Kerinci, Pulai, hingga Medang Semut dan tanaman lainya.

Konon menurut masyarakat dan pemandu lokal, Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi pernah ditebang oleh Belanda untuk dipergunakan sebagai perkebunan teh. Namun karena ditolak oleh masyarakat adat, maka Belanda memindahkan perkebunan teh ke Kayu Aro yang tidak dimiliki masyarakat adat Kerinci dahulu. Karena itu pohon-pohon di Hutan Adat tidak sebesar tanaman dan pohon-pohon di TNKS.

Tugu sebelum masuk Hutan Adat dan menuju Danau Kaco (foto dokumen pribadi)
Tugu sebelum masuk Hutan Adat dan menuju Danau Kaco (foto dokumen pribadi)
Usai jalan berbatu, untuk masuk ke Hutan Adat beberapa meter terdapat jalan setapak beton yang basah dialiri air dari hutan. Sisanya jalan ini berbatu gunung dan tanah khas hutan pegunungan mencapai Danau Kaco dengan jarak tempuh sekitar 3 jam perjalanan. 

Karena jadwal dan rombongan besar, terdiri dari wanita yang sudah susah payah, kami hanya mencapai tengah hutan adat dan kembali lagi yang kemudian singgah di Air Terjun Seluang Besisik.

Air Terjun Seluang Besisik masih sangat perawan dan belum tersentuh sama sekali. Tidak ada pengelolaan maupun penataan agar bisa dinikmati. Sekelilingnya masih semak belukar dan hutan lebat sama sekali. 

Padahal air terjun cukup tinggi dan sungai yang jernih serta deras yang baik untuk mandi. Dikawasan hutan ini juga terdapat banyak sungai-sungai kecil yang jernih dan sangat sejuk untuk mandi dan mencuci muka.

Air Terjun Seluang Besisik di dalam Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi (foto dokumen pribadi)
Air Terjun Seluang Besisik di dalam Hutan Adat Lekuk Lima Puluh Tumbi (foto dokumen pribadi)
Karena wisata kami sebenarnya adalah studi lapangan mahasiswa lingkungan, maka ke Lempur dan Hutan Adat tentu dengan membuat berbagai catatan. Keunggulan dan kekurangan untuk masukan. Keunggulannya tentu tidak perlu di ceritakan lagi, sangat banyak, indah, menantang dan penuh kearifan lokal. Yang perlu di perhatikan tentu adalah ancaman sampah plastik di pemukiman dan sungai-sungai di Lempur hingga Hutan Adat. Selain itu dukungan kebijakan, infrastruktur, dan promosi wisata.

Pengelolaan sampah yang sangat kurang dan dibuang ke sungai-sungai, tidak ada tempat sampah di sepanjang jalan hutan adat menuju Danau Kaco. Sampah plastik mengancam ditambah dengan ketiadaan pengelolaan sebagai objek wisata yang memadai. 

Padahal retrebusi resmi bisa menjadi masukan bagi desa dan daerah. Selain itu, memang belum ada pusat oleh-oleh secara khusus padahal banyak kekayaan dan khas daerah Lempur. Bila dilihat secara kasat mata, dukungan terhadap pariwisata di Kerinci dari pemerintah daerah memang masih sangat jauh dan kurang.

Apalagi menurut pemandu wisata, di Lempur dalam satu tahun dikunjungi 700 wistawan manca negara dan sekitar 400 hingga 500 wisatwan lokal. Ketika kami disana, terdapat wisatawan bule dari Amerika, Prancis dan rombongan cukup besar dari Singapura. 

Selama ini dukungan masyarakat adat dan pemuda terlihat sangat terasa. Selain home stay, komunitas pemuda di Lempur sudah ada pemandu wisata mancanegara dan menyediakan paket wisata lengkap.

Pemandangan Lempur di kelilingi gunung dan kebun (foto dokumen pribadi)
Pemandangan Lempur di kelilingi gunung dan kebun (foto dokumen pribadi)
Puncak dari wisata dan study kami di Lempur adalah mengadakan diskusi dan menyampaikan masukan ke pemerintah daerah dan desa saat itu di Masjid Kuno Lempur. Diskusi perlunya mengangkat dan promosi kekayaan pariwisata Lempur dengan berbagai daya dukung dan pengelolaannya.

Akhirnya, saya dan kami dan anda yang pernah ke Lempur, dipastikan ingin kembali. Kekayaan budaya, sejarah dan alamnya sangat menggoda. Cuaca yang sejuk pegunungan, kondisi masyarakat dan alam yang tenang, berbagai lokasi wisata dan budaya sangat memikat dan mengagumkan. Keindahan Lempur tidak cukup diceritakan dengan kata-kata, harus datang, rasakan dan nikmati maka pasti ingin kembali. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun