Mohon tunggu...
Butet Pagaraji
Butet Pagaraji Mohon Tunggu... Guru - Seorang Guru, Penggila Tuhan dan Pencinta Ilmu, Alam Semesta serta Sesama Manusia

aku ruang di labirin jiwa, menganga, menelan makna, menuang cerita, tanpa bangga, hanya cinta.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Howard Earl Gardner: Kecerdasan Majemuk

23 November 2021   21:35 Diperbarui: 17 Mei 2022   07:11 1226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://blog.adioma.com/9-types-of-intelligence-infographic/

Howard Earl Gardner

Howard Earl Gardner seorang pria berkebangsaan Amerika yang lahir pada tanggal 11 Juli 1943 di Scranton, Pennsilvania, Amerika Serikat. Ia adalah seorang psikolog kognitif dan seorang penulis yang terkenal dengan teorinya yaitu Multiple Inteligence atau Kecerdasan Majemuk. Ia lahir dari sebuah keluarga pengungsi Yahudi pada masa Nazi di Jerman. 

Gardner mendapat gelar sarjana sosial tahun 1965 dan gelar doktor dalam psikologi perkembangan pada 1971, dan pernah menjabat sebagai profesor neurologi di Fakultas Kedokteran Universitas Boston pada 1984–2005.

Selanjutnya menjabat profesor pendidikan di Sekolah Pascasarjana Pendidikan Harvard (1986–1998), di mana ia diangkat sebagai Profesor Kognisi dan Pendidikan John H. dan Elisabeth A. Hobbs pada tahun 1998.

Multiple Inteligence atau Kecerdasan Majemuk

Setelah melalui banyak penelitian, Gardner menemukan, bahwa setidaknya ada tujuh model kecerdasan yang berbeda; tetapi yang kemudian terus berkembang menjadi sembilan model kecerdasan majemuk.

Teori ini pertama sekali dipresentasikan dalam buku Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences (1983) dan kemudian disempurnakan dalam Multiple Intelligences: The Theory in Practice (1993), Intelligence Reframed: Multiple Intelligences for the 21st Century (1999), dan Multiple Intelligences: New Horizons (2006 ).

Teori ini berpendapat bahwa manusia memiliki kecerdasan majemuk. Gardner mengatakan bahwa terdapat 8 model kecerdasan yang membentuk kapasitas intelektual seseorang antara lain: 

  1. kecerdasan logis-matematis 
  2. kecerdasan musikal 
  3. kecerdasan linguistik
  4. kecerdasan kinestetik-jasmani
  5. kecerdasan visual dan spasial
  6. kecerdasan interpersonal
  7. kecerdasan eksistensial
  8. kecerdasan intrapersonal (kemampuan untuk memahami diri sendiri)
  9. kecerdasan naturalis (kemampuan untuk mengenali dan memanfaatkan aspek-aspek tertentu dari lingkungan)

Kritiknya dalam Frames of Mind mengenai model kecerdassan tunggal yang diukur dengan skor IQ pada masa itu, menuai kritik dari para psikolog lain tetapi sekaligus memberi angin segar bagi kelompok masyarakat luas yang membutuhkan teori ini.

Menuai pro dan kontra, pada akhirnya teori kecerdasan majemuk Gardner secara nyata mempengaruhi banyak upaya perbaikan sekolah di Amerika Serikat. Diikuti oleh pemikiran dan upaya untuk memahami kapasitas siswa yang beragam dan membutuhkan lingkungan pendidikan yang dipersonalisasi.

Kesimpulan

Teori kecerdasan majemuk lahir pada masa dimana tingginya perhatian publik pada model kecerdasan linguistik dan logika-matematis yang masih dipandang sebagai bentuk kecerdasan yang paling penting serta menjadi dasar penetapan IQ seseorang. Maka kehadiran Gardner dan teorinya tersebut, membawa angin baru yang segar dimana kecerdasan memiliki tolok ukur yang lebih luas.

Gagasan yang dikembangkan oleh Gardner dalam teori kecerdasan majemuk telah mengilhami para guru, pemimpin sekolah, dan pendidik bahwa ada banyak cara untuk menjadi cerdas, serta menebarkan satu pesan perubahan atau revolusi dalam dunia pendidikan, dan telah memberikan jawaban atas permasalahan pendidikan pada umumnya.

Artinya, teori kecerdasan majemuk menawarkan proses pembelajaran dan pencapaian hasil belajar yang benar-benar diukur berdasarkan kemampuan kecerdasan yang dimiliki setiap murid dan tidak di sama-ratakan, sehingga mendorong dilakukannya penilaian hasil belajar yang lebih adil. 

Setiap orang pasti memiliki satu kecerdasan dominan yang membedakannya dengan orang lain, sehingga tidak bijak jika sistem pendidikan menuntut anak untuk mempelajari semua pelajaran yang sama dengan tes yang sama pula.

Bagi pendidikan di tanah air, teori ini merupakan antitesis dari sistem pendidikan yang memiliki kecenderungan mengabaikan kekhususan arah bakat dan minat mereka, dengan menyeragamkan peserta didik atas nama kurikulum, menuntut anak untuk mempelajari hal-hal yang sama.

Pun masih menuai banyak kontra mengingat personalisasi pembelajaran memicu cost pendidikan yang tidak sedikit, belum lagi, kecuali di kalangan psikolog; tolok ukurnya yang tidak tersosialisasi secara umum di kalangan guru akan menyulitkan bagi guru itu sendiri untuk mengidentifikasi model kecerdasan berikut kapasitasnya yang dimiliki siswa. 

Padahal pengetahuan yang akurat dapat menolong guru untuk menyediakan dan memfasilitasi proses pembelajaran yang dapat mendukung anak untuk menemukan dan mengembangkan kemampuannya.

Ilustrasi di bawah ini dapat menjadi gambaran kesalahan fatal dalam kurikulum pendidikan umum, khususnya dalam menerapkan sistem pendidikan yang kurang memberi fokus pada personalisasi pengajaran maupun penilaian kemampuan murid sesuai dengan model kecerdasan yang dimiliki:

lucuuuuu-619d99ab06310e3581122f32.jpeg
lucuuuuu-619d99ab06310e3581122f32.jpeg

"Semua orang itu jenius, tetapi jika kamu menilai kemampuan seekor ikan dalam memanjat pohon, maka ikan itu akan hidup dengan mempercayai kalau dirinya bodoh seumur hidupnya." (anonim)

Mungkin, suatu saat kurikulum nasional kelak dapat benar-benar berinovasi dengan menerapkan metode yang memungkinkan bagi siswa untuk berkembang sesuai kecerdasan yang dimilikinya.

Demikian tulisan ini mencoba menguraikan hasil dari pemahaman yang diperoleh dalam pembelajaran materi Teori Belajar di ruang kuliah online. Semoga bermanfaat dan semakin menikmati kemerdekaan kritis dalam belajar.***

Note: Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar - Dosen: Ibu Clara Evi Citraningtyas, Ph.D.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun