Kekuatan teori ini, menunjukkan peluang yang terbuka lebar bagi murid menjadi seorang observer yang melakukan riset dan mengambil kesimpulan dari proses belajar. Aktifitas pembelajaran juga tidak terpusat pada guru melainkan pembelajaran berpusat pada murid. Guru hanya sebagai fasilitator atau mediator dalam menyampaikan materi pendidikan.
Proses belajar juga bersifat kolaboratif yang melibatkan komunitas untuk membentuk sebuah pengalaman pembelajaran. Apa yang murid observasi memiliki nilai personal, berbeda satu dengan lain dan pada akhirnya melahirkan kekayaan pengalaman yang dapat saling dibagikan satu dengan yang lain. Melalui pengalaman mengijinkan terbentuknya sikap dan cara memandang sesuatu dari berbagai sudut pandang.
Kelemahan dari teori Dewey adalah bahwa pembelajaran menjadi begitu subyektif dan tidak benar-benar cukup menyediakan pengetahuan atau petunjuk yang mendalam tentang dunia. Proses belajar yang terpusat kepada murid, menjadi tidak spesifik mengenai capaian pembelajaran dan bersifat general saja. Ditambah lagi, tanpa pengarahan, ukuran standar dan batasan serta capaian tujuan yang jelas, murid-murid akan mengumpulkan begitu saja seluruh sumber-sumber yang diperoleh dalam pengalaman pembelajaran tanpa filter sehingga dapat menghasilkan kebingungan atau keraguan pada nilai/value.
Teori Dewey menawarkan sebuah alternatif pembelajaran dengan ruang kebebasan berpikir yang berangkat dari analisis barat, dengan nilai dan kebudayaan demokrasi liberal yang jelas berbeda dari nilai yang dianut negara Indonesia yang memiliki ideologi Demokrasi Pancasila.Â
Nilai Demokrasi Pancasila dan Kebebasan Kritis dalam Pembelajaran Â
Ideologi Demokrasi Pancasila bukanlah jalan tengah apalagi pilihan. Value atau nilai yang terkandung di dalamnya bukanlah sesuatu yang pantas untuk di pilah-pilih karena keseluruhan nilainya sudah baku dan sesuai dengan karakteristik bangsa, telah ada sejak mulanya dan menjadi hal yang mendasari cita-cita (bukan saja) pendidikan Indonesia yang visioner dan memerdekakan.
Demokrasi Pancasila meletakkan seluruh pemahaman demokrasi pada landasan nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa; artinya terdapat pengakuan akan eksistensi Tuhan dalam proses pembelajaran. Hal inilah yang lepas dari kendali kebebasan kritis yang dibangun dalam teori Dewey.
Maka sejatinya, para guru yang menjadi agen dan pelaku pendidikan di Indonesia harus memiliki standar, batasan dan koridor nilai serta budaya yang bercirikan Demokrasi Pancasila dalam proses pembelajarannya sera penerapan pedagogi pendidkan nasional. Pancasila haruslah menjadi  kompas sekaligus jangkar yang kuat untuk menentukan arah kebebasan kritis dan merdeka belajar yang sedang diterapkan saat ini. ***Â
Note: Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Belajar - Dosen: Ibu Clara Evi Citraningtyas, Ph.D.