Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menulis Cerita dari Pengalaman dan Imajinasi

15 Juli 2022   17:40 Diperbarui: 15 Juli 2022   17:50 542
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menulis (Sumber: Pixabay)

(Diterjemahkan bebas dari skenario Shadows in the Sun)

Jadi kalau ada pengalaman tentu itulah yang terbaik. Tapi semua itu bisa diperkaya dengan riset, tentu saja, yang sangat mudah dilakukan pada saat ini. Kalau mau menulis tentang London, misalnya, video-video di YouTube akan sangat membantu bahkan untuk menangkap suasana di kota itu.

Dan imajinasi yang merupakan kekuatan terbesar seorang pengarang. Memang kita suka ngarang, kok. Kalau ingin memperkaya suatu keadaan, kita tinggal mengarang saja. Ada satu hal yang namanya creative license yang memberikan artis kebebasan untuk mengabaikan norma atau peraturan-peraturan yang biasanya mengikat. Walau ini tidak berarti suatu karya boleh berantakan tata bahasanya. Harus ada alasan yang jelas kalau hendak menyimpang dari aturan yang sebenarnya.

Kembali ke pengalaman, saya ingin bercerita tentang sesuatu yang baru saja terjadi yang membuat saya mengerti betul seperti apa rasanya ketika hampir pingsan. Langsung pingsan itu sendiri sudah pernah saya alami, dan itu langsung terjadi begitu saja. Tidak ada rasa apa-apa karena langsung hilang kesadaran. Yang ada malah pusing teramat sangat ketika sadar kembali.

Nah, keadaan hampir pingsan ini terjadi karena menahan rasa sakit yang amat sangat. Beberapa hari yang lalu, tiba-tiba punggung bagian bawah seperti terkilir ketika saya membungkuk untuk membersihkan sesuatu di lantai. Ada perasaan seperti klek begitu. Bagi yang sudah pernah merasakan, tentu bisa terbayang rasanya. Punggung mau tidak mau harus kaku karena bergerak sedikit saja rasanya setengah mati.

Kejadian saat itu pagi hari dan langsung minum obat penghilang sakit, jadi bisa melakukan aktivitas seperti biasa. Berangkat ke kantor, pulang kantor, semua aman saja. Obatnya memang lumayan kuat.

Kesalahan terjadi justru saat sudah di rumah ketika beristirahat duduk dan tidur-tiduran. Kebiasaan memang tiduran di lantai dan memang agak kaku saat itu karena punggung sedikit sakit.

Saat duduk dan tiduran masih tak apa. Masalah muncul ketika hendak bangkit. Waktu mau duduk dari posisi tidur sudah mulai terasa sakitnya. Lalu bertambah parah ketika hendak berdiri. Rasanya jauh lebih sakit daripada ketika baru saja terkilir di pagi hari.

Ketika posisi sedang berlutut sambil berpikir bagaimana caranya untuk berdiri, tiba-tiba rasanya menjadi mual dan pusing, dan pandangan mulai berubah gelap. Awalnya saya bingung kenapa rasanya jadi seperti itu. Kemudian terpikir bahwa seperti ini rasanya kalau sedang merasakan sangat kesakitan.

Saya langsung diberi obat lagi dan dibantu bangkit untuk duduk di kursi. Saat itu pandangan masih terus menggelap dan juga berkunang-kunang. Saat melihat ke layar televisi seperti ada bercak-bercak hitam yang hilang timbul di sana. Keringat juga mengucur di wajah dan badan, dan perut pun terasa bergolak.

Tetapi badan ini seperti menolak untuk pingsan. Lagi pula obat sudah masuk dan bisa terasa bahwa obat itu sedang bekerja. Beberapa saat berlalu dan rasa berkunang-kunang itu sudah mulai hilang walau saya masih terus sibuk menyeka keringat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun