Mohon tunggu...
Kak Ash
Kak Ash Mohon Tunggu... Freelancer - Your soul sister.

Feminist. Science Enthusiast. Time Traveler. Penikmat sajak dan punya ketertarikan khusus terhadap kopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Elang yang Terbang Sendirian

3 Juni 2016   23:25 Diperbarui: 13 Juni 2016   00:46 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eagle eye (from 7.themes.com)

“Kau taulah rasanya merantau itu gimana, kalau nggak kerja, kita nggak makan” Heri menggerutu, panjang sekali khotbahnya, bahkan lebih panjang ketimbang khatib sholat jumat tadi siang. Heri si perantau begitu kawan-kawan disini menyebutnya, datang dari tempat yang jauh, mungkin juga dia datang dari planet lain, “dikiranya aku ini alien apa?” Heri selalu saja protes, dia benci diperlakukan berbeda.

Tidak mudah hidup sendiri di kota orang, terlebih lagi jauh dari ibu, begitu juga yang dialamai oleh Heri Harianto, lahir dengan nama Fransiskus, Sudah 6 bulan menjadi mualaf. Seperi tersengat ketika kekasihnya bilang “sebaiknya kita putus hubungan” 2 minggu yang lalu, Heri si perantau, yang sendirian dan kesepian, semakin tak karu-karuan.

Sore itu Wahyu datang ke kost-an-nya, mengabarkan bahwa malam ini akan ada rapat darurat di sekertariat BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa). “ah... Apalagi ini yu.. Aku kan sudah bilang nggak mau demo macam anak-anak fakultas hukum kemaren” Heri tegas menolak, belakangan demonstrasi jadi begitu semarak dikampusnya, bagian dari demokrasi kata mereka. Mumpung mahasiswa.

“bukan her... Bukan..”

Wahyu yang sedari datang tadi sudah terlihat cemas, dengan sikap yang tidak seperti biasanya, menghisap rokok yang baru dinyalakannya dalam-dalam, sebelum kembali melanjutkan omongannya.

“bang iyal ditangkap polisi”.

“hah.. Kok bisa?” Heri terkejut

“dituduh menyebarkan paham PKI, gara-garanya nyablon kaos pakai gambar palu dan arit, ya ditangkaplah dia” jawab wahyu sekenanya.

Iyal, sahabat sejati bagi heri, yang memberinya nama Harianto sebagai nama belakangnya, seorang kawan yang membawanya kedalam penyadaran diri yang luar biasa, iyal si musuh bebuyutan birokrasi busuk, iyal sang President BEM. Dipenjara!

Malamnya, sehabis sholat isya mereka semua berkumpul di kesekertariatan BEM, hampir seluruh anggota senat kampus hadir untuk satu tujuan yang sama.

“bebaskan iyal”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun