Lelah dengan rutinitas kuliah dan tugas yang tiada habisnya? Percayalah, aku juga merasakannya. Sebagai mahasiswa semester dua yang sedang dikejar deadline artikel, tugas makalah, dan presentasi kelompok hampir setiap minggu, rasanya kepala ini sudah penuh dan butuh di refresh. Akhirnya, setelah diskusi singkat penuh spontanitas di kantin kampus, aku dan temanku memutuskan untuk kabur sejenak dari rutinitas. Tujuan kami kali ini adalah tempat yang sedang ramai dibicarakan di media sosial: tracking ke Kalitalang, sebuah destinasi alam yang terletak di lereng Gunung Merapi, Yogyakarta.
Perjalanan menuju Kalitalang sudah terasa seru sejak awal. Kami berangkat pagi-pagi sekali dari kota dengan motor, ditemani udara yang masih segar dan kabut tipis yang menyelimuti jalanan. Setibanya di lokasi, kami langsung disambut pemandangan luar biasa: hamparan alam hijau, jalur batu berpasir yang menantang, dan tentu saja, siluet gagah Gunung Merapi yang berdiri megah di kejauhan. Kabut tipis turun perlahan, menciptakan suasana yang tenang, estetik, dan jujur aja super Instagramable! Langkah demi langkah, jalan setapak yang dikelilingi pepohonan dan suara alam membuat tracking ini terasa lebih dari sekadar olahraga, ini semacam meditasi sambil berjalan.
Tracking di Kalitalang ternyata bukan sekadar jalan-jalan biasa. Medannya cukup menantang dengan adanya tanjakan, jalur bebatuan, hingga titik-titik pandang yang memanjakan mata. Â tapi tetap bisa dinikmati oleh pemula sepertiku. Tapi tenang, semuanya masih beginner-friendly, kok. Buat yang belum pernah tracking sekalipun, pasti bisa nikmatin tanpa harus ngos-ngosan parah (asal bawa air minum ya!). Setiap langkah yang kami ambil membawa kami menjauh dari hiruk pikuk kota dan semakin dekat dengan ketenangan alam. Di tengah perjalanan, kami sempat berhenti sejenak untuk mengambil foto, ngobrol santai, dan menikmati suara angin serta nyanyian burung yang jarang sekali kami dengar di tengah kehidupan kampus yang padat.
Yang membuat pengalaman ini terasa "nagih" bukan hanya pemandangannya, tapi juga rasa lega dan puas setelah sampai di puncak jalur tracking. Di sana, kami duduk bersama, membuka bekal sederhana, dan membicarakan hal-hal ringan sambil memandangi Merapi. Rasanya seperti mengisi ulang energi yang habis terkuras oleh rutinitas. Di beberapa titik, kami bisa lihat langsung Gunung Merapi berdiri megah yang kadang terasa dekat banget, seolah sedang mengawasi setiap langkah kita. Rasanya... merinding sekaligus bersyukur bisa sedekat itu dengan alam seindah ini.
Buat kamu yang merasa jenuh dan butuh suasana baru, aku sangat merekomendasikan Kalitalang. Sesekali, beri dirimu izin untuk bernafas lebih lega. Ternyata, liburan singkat ke alam bisa jadi cara ampuh untuk kembali semangat menjalani kuliah dan tugas-tugas yang menanti. Dan buat kamu yang doyan konten, Kalitalang adalah surganya visual content. Mulai dari jalan setapak berkabut, jembatan bambu, hingga spot-spot alami berlatar gunung sehingga semua bisa jadi bahan foto atau video yang aesthetic. Nggak heran tempat ini lagi viral di TikTok dan Instagram. Tracking sekaligus upgrade konten? Why not!
Tracking di Kalitalang bukan cuma soal petualangan fisik, tapi juga soal perjalanan batin dari sebuah momen untuk mengenal diri sendiri lebih dalam. Jalurnya memang cukup menguras tenaga, apalagi untuk orang seperti aku yang lebih sering duduk di depan laptop daripada jalan kaki menanjak. Tapi justru di titik-titik itulah, ketika napas mulai berat dan langkah melambat, saya jadi lebih sadar akan keberadaan diri aku sendiri. Rasanya seperti diajak berhenti sejenak dari kebisingan rutinitas, untuk mendengar suara hati yang selama ini tenggelam dalam keburu-buruan hidup.
Di tengah sunyi Kalitalang, jauh dari keramaian kota, notifikasi HP, dan tugas kampus yang terus berdatangan, aku duduk di atas batu besar sambil memandangi Gunung Merapi. Angin bertiup pelan, dan dedaunan berdesir lembut seperti sedang berbisik. Saat itulah aku sempat berpikir: "Seringkali kita terlalu sibuk mengejar sesuatu, sampai lupa betapa menyegarkannya diam sejenak bersama alam." Tidak ada koneksi internet di sana, tapi aku justru merasa lebih terhubung dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan rasa syukur yang mungkin jarang aku sadari selama ini.
Kalitalang mengajarkan aku bahwa jeda itu bukan kemunduran, tapi sebuah kebutuhan. Di tengah dunia yang terus mendorong kita untuk sibuk, produktif, dan selalu bergerak cepat, aku justru menemukan makna dalam keheningan. Kita sering kali terjebak dalam ritme yang padat saat kuliah, tugas, target, dan ekspektasi. Tapi di Kalitalang, aku belajar bahwa tidak apa-apa untuk berhenti sejenak.
Kadang, yang benar-benar kita butuhkan bukan pencapaian baru, tapi momen untuk diam. Menghirup udara yang benar-benar bersih. Mendengar angin yang menyapu pepohonan. Mengamati awan yang bergeser perlahan di atas kepala, tanpa harus khawatir waktu terbuang. Di sana, semesta seolah mengingatkan: tidak semua harus dikejar dengan tergesa-gesa.
Dari pengalaman singkat itu, aku pulang dengan tubuh yang lelah, betul melelahkan tapi ada sesuatu yang berbeda. Hati aku terasa lebih ringan. Pikiran aku lebih jernih. Dan ada ketenangan yang selama ini jarang aku temukan di balik layar laptop atau tumpukan buku catatan. Mungkin, sesekali kita memang perlu menjauh... agar bisa kembali dengan versi diri yang lebih utuh.
Tips Buat Kamu yang Mau Coba:
* Â Bawa air minum dan camilan ringan
* Â Gunakan sepatu yang nyaman (anti selip lebih bagus)
* Â Datang pagi biar dapet kabut dan sunrise
* Â Jangan buang sampah sembarangan!
* Â Ajak teman, tapi jangan lupa nikmati juga momen tenang sendiri
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI