Mohon tunggu...
Shifana Maulidya
Shifana Maulidya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis untuk lebih bahagia

Social Worker With Disability

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kursi Kosong untuk Kamu yang Butuh Melegakan Dada

9 April 2020   21:13 Diperbarui: 10 April 2020   00:46 5460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kursi Kosong | arabicquotes.com

Kursi kosong merupakan salah satu teknik terapi Gestalt dengan cara bermain peran. Teknik ini mengacu pada teori Gestalt yang menyatakan bahwa manusia punya kemampuan untuk menjadi sesuatu dan mampu mengurus diri sendiri. Terapi Gestalt membantu sesorang untuk mengambangkan dirinya, mencapai kematangan, dan dapat bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri. Terapi ini menekankan pada perubahan yang tidak bisa dipaksakan. Terapi ini juga menitikberatkan bahwa melalui penerimaan, sesorang dapat menghentikan sesuatu yang dapat menyiksa dirinya.

Teknik kursi kosong biasa juga digunakan oleh terapis/ pekerja sosial untuk mengajak klien mengungkapkan perasaan yang terpendam pada dirinya melalui sebuah permainan peran. Pada teknik ini, permainan semua peran sesungguhnya dilakukan oleh satu orang (klien). Melalui teknik ini klien dapat memproyeksikan dirinya sebagai dua fungsi: Top Dog dan Under Dog. 

Klien juga dapat menuntaskan pemahaman terhadap sesuatu yang belum tuntas di masa lalu, serta menerima dan mendorong klien untuk melakukan penerimaan atas kondisi yang dihadapinya sekarang. Jadi untuk kamu yang merasa ingin katarsis dan melepaskan beban yang menyesakkan dada atau membantu rekanmu yang sedang berada pada masa- masa sulit dan tak mudah diungkapkan, terapi ini bisa jadi salah satu pilihan.

Untuk melakukan teknik kursi kosong, siapkan dua buah kursi dalam ruang tertutup agar privasi tetap terjaga. Tandai mana kursi untuk Top Dog yang diibaratkan sebagai seseorang yang serakah, otoriter, menuntut, dan dominan terhadap Under Dog. Tandai juga kursi untuk posisi Under Dog yang berkarakter pasif dan tidak bisa bertanggungajwab pada diri sendiri.

Selanjutnya klien diminta untuk duduk pada posisinya saat ini dan membayangkan situasi yang dibencinya. Misalnya, ketika menghadapi situasi dibully oleh lingkungan, klien duduk pada posisi Under Dog dan menghadap kursi yang ditandai sebagai Top Dog (situasi yang dibenci dan menekan diri klien). 

Kemudian klien diminta untuk mengungkapkan apapun yang ingin diungkapkan secara detail dan tuntas seperti rasa marah, benci, dan sebagainya. Klien bebas mengungkapkan emosinya agar dirinya menyadari dan menerima situasi tersebut yang terjadi pada dirinya. Terapis dapat terus mengawasi dan mengarahkan serta menunjukkan rasa empati. Misalnya ketika klien menangis, terapis menenangkan dengan memberi sedikit sentuhan pada bahu.

Setelah tuntas, klien diminta berpindah ke bagian kursi Top Dog dan diminta memberikan pandangannya terhadap masalah yang ia hadapi dari sisi kekuatan dirinya untuk mengatasi masalah tersebut (bisa dilakukan seolah sisi Top Dog sedang memberikan solusi, saran, dan semangat kepada sisi Under Dog). Setelah sesi selesai, terapis dapat menanyakan bagaimana perasaan klien saat ini setelah mengikuti terapi. Klien dapat mengungkapkan apa saja yang dirasakan, termasuk bagaimana rencana ke depan setelah melakukan terapi.

Jika kamu kesulitan menemui terapis/ pekerja sosial, terapi ini juga bisa dilakukan sendiri loh. Cobalah menempatkan diri pada dua peran, yaitu dirimu sendiri yang sedang dalam kesulitan atau menghadapi sesuatu yang kamu benci. Lalu posisikan dirimu sendiri saat harus menemukan cara untuk mengatasi kesulitan dan rasa benci itu.

Katarsis adalah hal yang penting untuk setiap orang. Beban berat tidak untuk disimpan di dada selamanya. Kamu juga perlu melepaskannya agar tak membuat dirimu penuh sesak oleh hal-hal menyakitkan. Lakukan terapi ini di kamar atau ruang tertutup lainnya. Biarkan dirimu untuk mengungkapkan semua emosimu, lalu belajarlah untuk menerima dan menghadapi itu semua. Namun, jika terapi ini kamu coba lakukan sendirian, pastikan kamu dapat mengendalikan emosimu, ya?

09 April 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun