Mohon tunggu...
Sherina MeylianaPutri
Sherina MeylianaPutri Mohon Tunggu... mahasiswa

membaca

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Belendrang: Sejarah dan Karakteristik Makanan Khas Muntilan

2 Januari 2024   11:50 Diperbarui: 2 Januari 2024   12:04 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Belendrang merupakan sebuah makanan tradisional khas Muntilan yang terletak di Gunung Pring, Magelang, Jawa Tengah. Makanan ini sudah ada sejak zaman peninggalan nenek moyang. Asal mula diberi nama belendrang juga tidak diketahui akan tetapi, makanan tradisional ini identik dengan balungan ayam. Belendrang menjadi makanan yang berbeda dari makanan yang lainnya terutama bubur. Tidak seperti bubur pada umumnya, belendrang ini dimasak dengan resep yang sedari dulu sudah ada, jadi menggunakan resep dan cara pembuatan yang telah turun temurun diwariskan. Belendrang ini juga disajikan dalam keadaan hangat yang biasa dijadikan sarapan oleh Masyarakat sekitar. Keunikan dari 'Belendrang' inilah yang membuat banyak kalangan Masyarakat penasaran dengan rasa dari makanan tradisional ini.

Dalam tampilannya, makanan ini berupa bubur halus dengan balungan ayam. Jadi bahan dasar yang dibutuhkan selain balungan ayam adalah tepung beras. Setiap harinya penjual menggunakan 1 kilo 250 gram tepung beras dan 20 kg tulang ayam. Pengelola warung belendrang mengatakan, tulang menjadi bagian penting dari belendrang, sehingga balungan ayam ini menjadi karakteristik mengapa belendrang ini terkenal. Pada awalnya sang panjual tidak memakai balungan ayam akan tetapi dia menciptakan ide karena mengetahui tulang menjadi bahan tidak terpakai yang sering kali dibagikan gratis kepada buruh yang ada di pasar ataupun dijual dengan harga yang sangat murah. Dari situlah belendrang terkenal dengan "Bubur yang terdapat balungan ayam di dalamnya."

Untuk rasanya sendiri, belendrang memiliki rasa yang unik. Perpaduan antara rempah-rempah seperti jahe, kencur, bawang merah, bawang putih serta pedas dan gurih ini menjadi ciri khas rasa dari belendrang tersebut. Peminat belendrang untuk saat ini juga sudah banyak, mulai dari anak kecil hingga dewasa pun sangat menyukai belendrang. Akan tetapi, untuk masyarakat yang baru mau mencoba pasti akan sangat asing dengan rasa ini karena terdapat rempah-rempah yang sangat tercium di dalam makanan tersebut. Sebelumnya sang pemilik warung hanya menciptakan rasa gurih di dalam makanan ini tetapi, untuk sekarang mereka telah menciptakan rasa yang baru yaitu pedas, gurih akan rempah.

Dalam proses pembuatannya, belendrang ini terbuat dari tepung beras yang telah diberi bumbu rempah-rempah. Bumbu-bumbu yang digunakan dalam bubur belendrang ini adalah bawang merah, bawang putih, dan cabe diiris tipis. Untuk yang pertama, tepung beras dicairkan terlebih dahulu, kemudian balungan ayam di bumbui secara terpisah dengan tepung beras tadi, lalu jika sudah larut tepung beras yang tadi, selanjutnya dimasukkan ke dalam panci yang terdapat balungan ayam. Belendrang ini disajikan dengan keadaan yang hangat dalam mangkok sehingga bisa mendatangkan kehangatan di seluruh badan. Pemilik warung pun menyajikan belendrang dengan rasa yang pedas untuk Masyarakat yang menyukai pedas gurih. Dan untuk sistem produksinya sendiri mereka bisa menjual sebanyak 250 mangkok dan membuat belendrang sebanyak 6 panci untuk setiap harinya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun