Mohon tunggu...
Shely Nurloka
Shely Nurloka Mohon Tunggu... Mahasiswi Psikologi

Halo! Namaku Shely, mahasiswa jurusan Psikologi yang sangat tertarik dengan berbagai topik dalam bidang ini. Aku gemar berbagi pemahaman dan wawasan terkait psikologi melalui di media online. Di profil ini, aku akan membagikan pengetahuan, pemikiran, dan pengalaman yang kudapat selama kuliah Psikologi. Semoga tulisan-tulisanku bisa bermanfaat dan menjadi referensi bagi pembaca yang juga tertarik dengan dunia psikologi. Let's talk psychology!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Marah Bukanlah Emosi Utama, Yuk Cari Tahu Emosi Dibaliknya

2 Agustus 2025   20:50 Diperbarui: 2 Agustus 2025   20:50 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita mungkin sudah tahu bahwa marah adalah emosi yang umum dirasakan manusia. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menemui berbagai bentuk kemarahan baik di lingkungan kerja, keluarga, maupun media sosial. Mulai dari bentakan kecil hingga ledakan emosi besar.

Marah tampaknya menjadi respons yang "normal" yang kerap dialami individu dalam situasi tertentu dalam mengungkapkan perasaan negatifnya. Namun marah dapat dianggap negatif ketika tidak di kontrol sehingga menimbulkan berbagai masalah baru. Tapi, tahukah kamu bahwa marah bukanlah emosi utama? Banyak orang tidak menyadari bahwa marah sering kali muncul karena ada emosi lain dibaliknya. Untuk mengontrolnya, kamu perlu mengetahui terlebih dahulu emosi apa dibalik marahmu.

Marah sebagai Secondary Emotion

Kemarahan adalah emosi yang dapat dipicu oleh berbagai faktor. Beberapa penyebabnya adalah konflik mendalam yang belum terselesaikan dan belum ditangani. Marah sering muncul sebagai pelindung dari emosi yang lebih dalam. Kita merasa lebih nyaman menunjukkan marah karena itu tampak lebih kuat dan 'aman', dibandingkan menunjukkan kesedihan, rasa takut, atau kerentanan.

Bayangkan jika teman Anda menegur Anda secara langsung di depan umum karena melakukan suatu kesalaha. Perasaan awal Anda mungkin malu dan tersinggung karena merasa harga diri Anda direndahkan di hadapan orang lain. Namun, alih-alih mengakui rasa malu tersebut, Anda mungkin langsung merasa marah dan membalas dengan suara tinggi. Dalam hal ini,amarah menjadi pelindung dari rasa malu dan rasa tidak dihargai.

Bagaimana Mengelola Marah Secara Sehat?

Agar kita bisa merespons emosi dengan cara yang sehat, penting untuk bertanya pada diri sendiri:

Apa yang sebenarnya aku rasakan sebelum aku marah?

Apakah aku merasa disakiti, dikecewakan, diabaikan, atau takut?

Apakah kemarahanku ini menyembunyikan kebutuhan yang tidak terpenuhi?

Dengan memahami diri sendiri, kita bisa menelusuri akar emosi dan mengelolanya dengan cara yang lebih tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun