Mohon tunggu...
Selly Ardiati
Selly Ardiati Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cerpen | Bisa Dikenang dan Tak bisa Diulang

27 November 2017   15:07 Diperbarui: 27 November 2017   15:16 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kita pernah ada

Kita pernah ada dalam sebuah cerita

Kita pernah tampil dalam sebuah episode

Dalam 1 tahun

Selama 365 hari menjalani kehidupan bersama

Segala tantangan dan rintangan telah terjejaki

Untuk saling menguatkan!

Untuk saling menopang!

Hingga air mata pun berhenti mengalir dan mulut pun berhenti mengeluh

Terganti dengan tawa 12 wajah

Yang terikat pada 1 juni 2016

Dan hari ini

Aku rindu (!)

Aku.. merindukan kehangatan yang belun lama hilang

Setiap kali kita mendengar ketukan cincin ke jendela atau apapun sampai satu tempat terdengar tidak pakai ba bi bu, kita langsung terbang ke sumber suara itu, ya beliau adalah Ibunda kita tercinta jika kita tidak bertemu beliau mungkin kita tidak bisa seperti ini, sebut saja kita BR (singkatan sayang kita). Kita di gabungkan tanggal 1 juni 2016 ba'da dhuhur dengan iringan tangis 12 wajah telah terdengar kata "sami'na wa ato'na" dan di bubarkan tanggal 19 mei 2017 pada malam hari di iringi tawa, bahagia, sedih, terharu, rasanya campur aduk. Tapi ketahuilah hati kita tetap bergabung sampai saat ini. Aamiin 

Ketika kita pertama kali berkumpul, 12 wajah yang tak begitu akrab kelihatan memikirkan bagaimana kita besok? Bagaimana cara mengemban amanah besar ini dengan baik?? Sekarang siap tidak siap kita harus menjalankan tugas ini dengan baik dan ikhlas karena amanah ini telah kita genggam di tangan kita masing-masing. Bismillah 

Pertama kita menjalankan tugas ini dengan canggung, takut ini takut itu, tapi bunda selalu mendampingi dan membimbing kita dengan sabar dan ikhlas, serta dari kita sendiri harus punya tekat kita bisa, kita kuat, kita berani selagi kita benar.

Hari demi hari, bulan demi bulan, telah kita lewati bersama dengan rasa nano nano, kita sudah terbiasa, sudah kuat dengan apa yang mereka lemparkan kepada kami. Demi menjalankan tugas amanah ini dengan baik, cacian, sindiran, pemberontakan telah menjadi makanan kami sehari-hari. Tapi ketahuilah dengan semua itu kita tidak goyah karena kita 1 yaitu keluarga.

Dulu kata "demisioner" adalah kata yang paling kami tunggu, demi apa sampai ngitung mundur dan nyoret tanggal di kalender, wkwk. Meskipun dalam kenangan itu, tak semuanya indah namun itulah alasan membuat sebuah kenangan menjadi indah. Karena adanya suatu kepahitan, sesuatu yang lain dapat terasa manis. Kita sesama Merindu, Huaa

Terima kasih bunda telah menuntun kami, mengajari kami apa arti kehidupan. Terima kasih kawan atas pengalaman 1 tahun lalu, maaf kalau dulu masih banyak kurangnya,  kalian takkan tergantikan. Miss kalian.. puluk puluk.. ciam dali jauuh.... sukses selalu kawan #BR1617

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun