Mohon tunggu...
Shelly Lansritan
Shelly Lansritan Mohon Tunggu... Insurance Consultant -

Kenali saya melalui buah pikir dalam tulisan-tulisan di Kompasiana & celoteh lainnya di Facebook saya : https://www.facebook.com/shelly.lansritan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Benarkah Cemburu = Tanda Cinta ?

19 November 2013   15:36 Diperbarui: 23 November 2015   19:35 2719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Benarkah Cemburu = Tanda Cinta?

 

Sudah lama saya ingin menulis artikel mengenai topik ini, namun dikarenakan bermacam kesibukan akhirnya keinginan itupun selalu tertunda. Sampai akhirnya kemarin saya membaca sebuah status Facebook seorang teman “Wajar gak sih kalau kita cemburu dengan pacar kita?” Jika Anda menginginkan jawaban sederhana atas pertanyaan di atas, maka jawaban umum yang akan saya berikan hanya terdiri dalam 5 kata  ; wajar selama itu tidak berlebihan. Namun jika Anda menginginkan jawaban yang lebih spesifik, maka bacalah artikel berikut. Semoga tulisan ini dapat memberikan sedikit pencerahan bagaimana memahami sikap cemburu dan mengelolanya menjadi bumbu nikmat yang dapat melengkapi cita rasa percintaan.

 

A. Cemburu = Kotoran Hati

Rasa cemburu yang berlebihan bahkan sangat berlebihan bisa jadi merupakan indikasi dari kekotoran hati Anda sendiri. Hati Anda terlalu sering bernegative thingking ria terhadap pasangan. Anda cemas ia sedang berasik masyuk dengan wanita/pria lain ketika ia terlambat pulang kerja. Anda cemas ketika ia memperhatikan artis/aktor yang rupawan. Anda juga cemas ketika ia sedang tersenyum-senyum sendiri menatap smart phonenya. Dan ada puluhan kecemasan lain yang selalu bercokol mesra di hati Anda. Coba tanyakan pada diri Anda sendiri, tidakkah Anda merasa lelah hati menyimpan kotoran jiwa secara berkesinambungan? Tidakkah kotoran (negative thingking) itu akhirnya menimbulkan bau (kalimat menyakitkan) saat Anda bertengkar dengan pasangan hanya karena kecemasan-kecemasan konyol Anda?

 

Anda bukan hanya membuat diri sendiri menjadi lelah karena terlalu sibuk memikirkan hal-hal tidak berguna, tapi juga membuat pasangan lelah dan merasa tidak nyaman menjalin hubungan dengan Anda. Lah siapa yang bisa tahan hidup dengan investigator yang saban hari menanyakan “Tadi pergi sama siapa? Ngapain aja? Dimana? Jam berapa?” Selama Anda melakukan investigasi, tiba-tiba dahi pasangan Anda tertera predikat seorang terdakwa. Belum cukup walk-in interviewnya, semua gadget selalu disita untuk dilakukan general check up. Lalu tiba-tiba Anda menjadi mencak-mencak tak karuan hanya karena menemukan broadcast message lelucon dari lawan jenis pasangan. Rasa-rasanya kadar cemburu Anda mulai perlu diwaspadai berada pada stadium tidak aman.

 

B. Cemburu = Kotoran Wajah

Saat ini social media menjadi sahabat sejati bagi banyak orang, tempat di mana kita bisa berkicau, ngedumel, teriak dan sharing tanpa khawatir ia akan bosan dan menutup telinganya. Hampir sebagian besar orang yang bersentuhan dengan media pasti memilikinya, entah itu Facebook, Twitter, Path atau yang lainnya. Pernahkah Anda membaca kicauan seseorang di Twitter “Hai wanita jalang…berhenti ya gangguin pasangan saya” atau di lain waktu mungkin Anda pernah membaca status di Facebook “Saya sekarang tahu mengapa kau tinggalkan aku, itu karena dia lebih ganteng dan kaya.” Ahaiiiiiii…hayooo ngaku jujur apa sih yang Anda pikirkan ketika membaca status-status bernada seperti itu?

 

Rasanya kita akan sepaham, bahwa status-status itu sangat konyol dan menggelikan atau bahasa kerennya ridiculous! Mengapa dikatakan konyol? Karena Anda sudah melemparkan kotoran di wajah pasangan. Anda mempermalukan pasangan kepada seluruh dunia yang membaca status Anda. Anda juga membiarkan diri Anda dan pasangan dijadikan bahan gunjingan oleh publik yang mengenal Anda berdua. Dan mengapa dikatakan menggelikan? Karena Anda hanya akan terlihat sebagai a loser…seorang pecundang yang kalah perang dalam memenangkan hati pasangan.

 

Jadi pikirlah seribu kali sebelum melemparkan kotoran ke wajah sendiri dan pasangan Anda, apakah status-status itu dapat menolong hubungan Anda menjadi lebih mesra atau lebih kusut?

 

C. Cemburu = Stempel Hina

Pembaca pernahkah Anda menyadari bahwa ada jenis-jenis manusia super aneh yang hidup di dunia ini. Keanehan tersebut adalah dengan memperlihatkan kemesraan secara terus menerus secara nonstop ke ruang publik. Well oke, saya sendiri tidak munafik bahwa saya pun pernah mempublikasikan kemesraan saya dan pasangan ke social media baik melalui foto maupun status. Tapi dengan frekuensi yang normal dan tidak membabi buta, hal tersebut seharusnya akan terlihat so sweet. Sebaliknya jika itu dilakukan secara kalap, maka bukan hanya terlihat menjijikan tapi juga sebenarnya Anda sedang memberitahukan kepada dunia dengan cara yang kurang elegan bahwa he/she is only yours. Bahkan untuk akun pasangan yang bersifat pribadi, juga dengan santainya Anda bajak. Misal dengan mengganti Display Picture atau status BBM pasangan dengan sesuatu yang berkaitan dengan Anda. Atau bahkan mengupdate status FB pasangan dengan kisah percintaan Anda berdua. Nah inilah titik point kecemburan Anda. Mengapa saya sebut Anda sedang cemburu? Mungkin Anda tidak sadar, bahwa Anda sedang membuat papan pengumuman terbuka bahwa “Dia adalah milik saya, tidak boleh ada seorangpun yang merebutnya!”

 

Selain hal-hal konyol di atas, kecemburuan Anda juga mampu memenjarakan kebebasan pasangan. Demi menghindari pertengkaran, pasangan mengalah untuk menuruti kemauan Anda. Dan lambat laun Anda sukses mengubah pasangan menjadi seorang pengecut yang akan dilabeli berbagai macam hinaan dari lingkungannya. Anda mendadak lupa ingatan bahwa komitmen sebuah hubungan itu harus dilandasi oleh rasa saling percaya dan menghargai. Menurut saya dalam dunia percintaan, salah satu stempel paling hina yang bisa diberikan kepada kita adalah Ikatan Suami Takut Istri (ISTI) atau Ikatan Istri Takut Suami (IITS). Karena stempel ini terkait dengan harga diri. Begitu stempel ini melekat maka bisa dipastikan harga diri pasti akan terguncang, terutama bagi laki-laki. Coba Anda para suami/istri di muka bumi ini, jujurlah di hati apakah Anda bangga jika di luar sana harga diri suami/istri Anda direndahkan karena dianggap takut kepada pasangan? Jika hati Anda membatu dan berkata “iya saya bangga”, maka segeralah cari psikiater terdekat dan tanyakan kepada mereka apakah merendahkan harga diri pasangan adalah sebuah prestasi yang membanggakan?

 

D. Cemburu = Penutup Pintu Rejeki

Para pembaca, pernahkah Anda berjumpa dengan seorang teman, rekan atau saudara yang memiliki pasangan super cemburuan. Apa yang bisa Anda perhatikan dari kehidupan sosial mereka? Mungkin Anda akan jarang sekali bisa melihat teman, rekan atau saudara Anda itu pergi sendirian ke suatu tempat atau acara. Tanpa suami/istrinya, maka teman, rekan atau saudara Anda itu tidak akan pernah terlihat batang hidungnya di acara-acara formal maupun informal.

 

Apa kabar buruknya jika Anda adalah ternyata tipe cemburuan yang mengekang kehidupan sosial pasangan? Bersiaplah untuk kehilangan banyak peluang positif yang bisa pasangan Anda dapatkan. Karena kami orang-orang normal yang bisa mengelola rasa cemburu akan merasa enggan mengambil resiko untuk berurusan dengan amarah murka Anda ketika kesibukan mengharuskan kami dan pasangan Anda saling bekerja sama untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Jadi jika Anda bersikukuh dengan sikap arogan untuk mengekang pasangan, maka jangan salahkan siapapun atas nasib Anda saat ini dan di masa mendatang.

 

E. Cemburu = Pedang Pembunuh

Dan inilah babak yang paling menyeramkan. Rasanya bukan sekali dua kali kita pernah membaca berita bahwa ada kasus pembunuhan yang dilatarbelakangi oleh rasa cemburu. Sebegitu butakah mata hati sampai harus menghabisi nyawa seseorang karena ia membuatmu cemburu? Sebegitu terbakar oleh api cemburukah sehingga pelaku tidak sadar bahwa perbuatannya harus dibayar mahal dengan mendekam bertahun-tahun di dalam penjara. Belum lagi nanti urusan neraka yang tidak diketahui berapa lama harus mengabdi di sana? Emosi setitik rusak masa depan sebelanga, aaaahh… sungguh nasib!

 

 

 

Tadaaaaa…selesai membaca kelima point di atas, mungkin Anda akan bertanya apakah si penulis mati rasa tidak pernah merasakan cemburu? Fiuuuuh…selama menulis artikel ini saya berfikir keras berupaya mengingat-ngingat kapan terakhir kali ya saya merasakan cemburu? Hmm…sepertinya sudah lebih dari 3 tahun yang lalu. Tepatnya ketika belum pacaran dengan suami saya saat ini. Ketika itu kami sedang dalam masa pendekatan dan saya mengetahui bahwa ada perempuan lain yang juga menaruh harapan padanya. Menurut Anda apa yang saya lakukan terhadap rasa cemburu itu? Saya berusaha tenang dan berfikir. Berfikir bagaimana memenangkan pertarungan dengan cara yang elegan dalam merebut hatinya. Tidak perlu pakai gontok-gontokkan, toh akhirnya saya berhasil memenangkan duel cinta hehehe… horeeee saya menaaaang (^^)/

 

Di suatu waktu kala hujan di sore hari, saya merenung memikirkan mengapa ada begitu banyak wanita di luar sana yang sering kebakaran jenggot (ups…apakah ada wanita berjenggot L.o.L) merasakan cemburu terhadap pasangan mereka. Padahal pria pasangan mereka belum tentu seorang player bahkan mungkin masuk nominasi pria alim dan tidak neko-neko sejagad khatulistiwa ini. Saya merenung…merenung...merenung dan blaaaarrr…saya mendapatkan jawabannya!

 

1. Sikap cemburu cenderung posesif bisa terjadi jika pasangan kita memang memiliki sejarah perselingkuhan. Jika kita sanggup untuk memaafkannya dengan tulus tanpa berniat untuk melakukan aksi balas dendam perselingkuhan babak kedua, monggo silahkan saja untuk melanjutkan hubungan tersebut. Berikan kepercayaan yang wajar dalam reinkarnasi percintaan Anda. Jangan terus mengungkit-ngungkit kisah lama yang sudah mati. Jangan membangunkan zombie dalam kisah cinta Anda yang baru.

 

2. Sikap cemburu bisa terjadi juga jika disadari ternyata kita begitu banyak kekurangan daripada kelebihan diri. Jadi Anda merasa was-was, bagaimana jika pasangan akan mencari yang lebih baik dari Anda. Daripada terus menerus menjadi orang kerdil dan dengki hati, mengapa tidak berusaha meminimalkan kekurangan dan memaksimalkan kelebihan diri? Mengapa tidak berusaha membuatnya jatuh cinta kepada Anda secara berulang kali? Jika Anda tidak mau berusaha memperbaiki diri malah mencari kambing putih apalagi kambing hitam, maka bersiaplah kisah cinta Anda mungkin cepat atau lambat akan game over!

 

Terkadang saya sering prihatin mengetahui banyak wanita yang merasa resah gelisah bahkan cari ribut ketika pria mereka sedang memperhatikan wanita cantik. Mengapa prihatin? Karena mereka jelas tidak paham bahwa pria adalah makhluk visual, senang melihat yang cantik-cantik, yang bening-bening apalagi yang sexy aduhay..hay..hay. Lah jangankan pria, jujur saja bukankah wanita juga suka melihat pria-pria dengan wajah rupawan, dada bidang, perut enam kotak alias six pack ahahaha… Saya dan suami sejak pacaran gemar pergi ke pameran-pameran di Jakarta. Dua pameran yang biasanya tidak luput dari perhatian suami adalah pameran otomotif dan komputer. Jika saya basa-basi tanya mengapa ia mau pergi ke pameran tersebut, maka dengan enteng bak kentut di siang bolong ia akan berkata “Mau lihat cewe-cewe SPG kece yang sekseeeeh” Aiiiiiiiiih, maka saya pun dengan enteng bak kentut di pagi buta akan menjawab “Hayoooook, mari kita pergi dengan riang gembiraaa.” Di lain waktu, kita berdua sedang makan di kantin dan tampaklah wanita muda penjaga kios soto yang seksi. Dengan iseng saya akan berkata “Tuuuh tuuuh buruan liat tuh ada cewe seksi hihihi…lumayan buat cuci mata.”

 

Kalau Anda mengira saya gelo binti gila karena menyuruh suami sendiri melihat wanita lain, maka Anda ada benarnya. Anda benar bahwa saya memang gelo, itu sebabnya saya rasa suami terpikat dan jatuh cinta kepada saya, karena jarang-jarang ada wanita gelo begini ahahaha… Namun jelas saya tidak gila, karena dengan kewarasan dan kematangan pola pikirlah saya bisa memahami bahwa cinta suami saya tidak akan mudah goyah luluh lantah hanya karena ada satu, dua bahkan seribu wanita yang lebih cantik daripada saya. Karena saya percaya sungguh percaya bahwa dia tidak akan dengan mudahnya menemukan belahan hati yang mampu membuatnya terbahak melihat kekonyolan ciri khas saya. Saya juga percaya bahwa ia belum tentu dapat menemukan lawan bicara yang klik penuh chemistry dengan gaya bicara ciri khas seorang Shelly Lansritan. Saya juga percaya bahwa pasangan saya benar memahami bagaimana kami dapat melengkapi satu sama lain atas kelebihan dan kekurangan diri. Dan tentunya saya sangat sangat sangat percaya bahwa jika ia tidak menderita amnesia, maka ia tidak akan mungkin melupakan segala suka duka yang sudah kami lalui bersama. Sebab cinta membutuhkan proses. Dan sekedar mengagumi keindahan pria/wanita lain bukanlah cinta. Inilah point-point yang semoga dapat Anda pahami untuk mengurangi segala kekhawatiran yang sesungguhnya malah membuat Anda tidak fokus untuk saling membahagiakan. Jangan mengkhawatirkan si cantik Putri, si seksi Pamela, si pintar Dian, si gagah Alex, si cerdas Anton, si kaya Robby, dsb jika Anda dapat meyakinkan diri bahwa Anda adalah one in a million for him/her! That’s it.

 

Saya pun tidak menafikan bahwa manusia bisa berubah karena banyak hal, termasuk saya atau pasangan saya. Tapi saya tidak ingin mengkhawatirkan hari esok yang bisa merusak keindahan hari ini. Jika pasangan kita saat ini baik-baik saja, maka janganlah kita memaksanya berubah menjadi tidak baik-baik saja dengan segala sikap buruk yang sudah kita tanamkan di hati mereka. Namun jika disadari bahwa segala upaya terbaik kita tidak berbanding lurus dengan kebaikan, tinggalkanlah ia dengan segala konsekuensinya.

 

Disclaimer : Tulisan ini tidak ditujukan bagi Anda yang memiliki pasangan para penjahat kelamin. Sebab cemburu bukan lagi prioritas Anda. Segera tinggalkan! Jika hubungan masih berlanjut, Anda beresiko terkena penyakit patah hati berulang-ulang dan tentunya resiko tertular penyakit kelamin yang berujung pada kematian.

 

Jakarta, 18 November 2013

Shelly Lansritan

I Write…I Live!

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun