Mohon tunggu...
shavira aurelia putri
shavira aurelia putri Mohon Tunggu... Nim : 46122010132 ( Universitas Mercu Buana)

46122010132 -S1 Psikologi - Universitas Mercu Buana - Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Dosen pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.A

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Diskursus 5 Tokoh Pentingnya Berpikir Positif Tentang Kehidupan

14 Oktober 2025   22:59 Diperbarui: 14 Oktober 2025   23:03 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sisi lain, Askesis berarti melatih pikiran secara teratur untuk membedakan antara hal-hal baik dalam diri yang dapat Anda kendalikan dan hal-hal yang dibawa oleh keberuntungan yang tidak dapat Anda kendalikan. Contoh yang baik adalah ketika seseorang mengerahkan banyak usaha dalam proyek besar tetapi hasilnya tidak sesuai harapan. Dengan Askesis, mereka belajar menerima hasilnya (keberuntungan) sambil tetap merasa bangga dengan kerja keras dan kejujuran mereka (sifat baik). Latihan ini memperkuat pikiran Anda dan mencegah Anda terlalu kecewa.

Modul Prof.Apollo halaman 5
Modul Prof.Apollo halaman 5

Merasa sesuatu adalah cara tubuh kita secara otomatis merespons hal-hal dari luar, seperti jantung berdebar kencang saat takut atau tangan berkeringat saat gugup. Reaksi-reaksi ini bersifat dasar dan terjadi pada semua orang dengan cara yang hampir sama. Anda tidak bisa benar-benar menghentikan perasaan-perasaan ini karena mereka merupakan bagian dari cara tubuh kita melindungi diri, sesuatu yang telah berkembang seiring waktu.

Emosi, di sisi lain, adalah apa yang terjadi ketika kita mulai memikirkan perasaan-perasaan tersebut dan memberi makna padanya. Misalnya, detak jantung yang cepat bisa berarti Anda merasa excited, takut, atau marah, tergantung pada situasi dan cara Anda memikirkannya. Jika kita berlatih untuk sadar dan membedakan antara perasaan itu sendiri dan emosi yang kita kaitkan padanya, kita bisa memilih untuk merespons dengan lebih tenang daripada hanya bereaksi. Dalam Stoisisme, hal ini disebut prosoche, yang berarti memperhatikan dengan seksama pikiran kita sendiri.

Modul Prof.Apollo halaman 6
Modul Prof.Apollo halaman 6

Dalam pandangan Stoikisme, terutama yang diungkapkan oleh Marcus Aurelius dalam Meditations, konsep mengenai Conversio (perubahan atau revolusi dalam diri) adalah kunci untuk mencapai kebahagiaan sejati. Conversio merupakan transformasi fundamental dalam kesadaran, beralih dari perhatian pada faktor eksternal (keinginan untuk mengubah lingkungan, orang lain, atau keadaan di luar kendali kita) menuju perhatian pada faktor internal (penguasaan penuh terhadap penilaian, reaksi, dan karakter moral kita sendiri). Esensi dari ajaran ini tercermin dalam ungkapan, "Jika kamu terluka oleh sesuatu yang berasal dari luar, kesedihan itu bukan akibat dari hal tersebut, melainkan dari cara pandangmu terhadapnya; dan kamu punya kapasitas untuk mengubahnya kapan saja. " Ini mengilustrasikan bahwa penderitaan bersumber dari bagaimana kita memahami, bukan dari peristiwa itu sendiri. Penerapan prinsip ini dalam kehidupan sehari-hari, seperti saat menghadapi sifat agresif orang lain (misalnya, pengemudi yang menyerobot jalur), mendorong kita untuk segera menarik kembali penilaian emosional negatif ("Orang itu sangat mengganggu! ") dan menggantinya dengan respons yang lebih rasional ("Perilaku itu di luar kendaliku; saya memilih untuk tetap tenang"). 

Modul Prof.Apollo halaman 7
Modul Prof.Apollo halaman 7

pemisahan antara Fortuna (Hal-hal yang di Luar Kendali) dan Virtue (Kebajikan/Hal-hal yang Bisa Dikendalikan) adalah asas penting dalam pemikiran Stoik, yang ditempa melalui cara Askesis. Konsep ini, yang disebut sebagai Dichotomy of Control, menunjukkan bahwa penyebab utama dari penderitaan manusia disebabkan oleh usaha untuk menguasai atau terlalu bergantung pada Fortuna, yang mencakup segala sesuatu yang bersifat eksternal, tidak pasti, dan di luar pengaruh kita, seperti takdir, cuaca, penyakit, kematian, pandangan orang lain, kekayaan, atau hasil dari usaha tertentu. Pengikut Stoik menyarankan kita untuk mengembangkan sikap penerimaan yang damai terhadap aspek-aspek Fortuna ini, menyadari bahwa perlawanan terhadapnya hanya akan mengakibatkan frustrasi dan ketidaknyamanan. Sebaliknya, kita sebaiknya mengalihkan semua perhatian kepada Virtue (Kebajikan), yang merupakan satu-satunya kebaikan sejati dan satu-satunya bidang yang sepenuhnya bisa kita kendalikan, yaitu: pikiran, penilaian, pilihan etis, reaksi, dan tindakan kita sendiri. Dengan kata lain, Askesis berfungsi sebagai metode latihan mental dan moral yang mengajarkan kita untuk dengan disiplin memisahkan kedua bidang ini; sebagaimana ditekankan oleh Marcus Aurelius, "Kamu berkuasa atas pikiranmu -- bukan atas situasi di luar dirimu," yang artinya kita harus memastikan bahwa dalam menghadapi kekacauan eksternal, kita selalu bertindak dengan kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri---untuk mencapai ketenangan jiwa (ataraxia) serta kebahagiaan sejati (eudaimonia) yang tidak tergoyahkan oleh gejolak Fortuna.

Modul Prof.Apollo halaman 8
Modul Prof.Apollo halaman 8

Berdasarkan analisis dan contoh Stoa, Asksis merupakan suatu metode filosofis yang menumbuhkan kesadaran dan kontrol diri, dengan membedakan secara jelas antara hal-hal yang bisa kita atur (Virtue/Kebajikan) dan yang tidak bisa kita atur (Fortuna/Nasib). Misalnya, dalam situasi seorang karyawan yang gagal memperoleh promosi, keputusan dari atasan dan hasil akhir (promosi tersebut) diklasifikasikan sebagai Fortuna---aspek-aspek eksternal yang berada di luar kendalinya, sehingga mengekspresikan kemarahan atau kekecewaan terhadap situasi itu sia-sia dan merusak ketenangan batin. Sebaliknya, sifat profesional, dedikasi, kejujuran, dan ketekunan adalah Virtue---faktor-faktor internal yang sepenuhnya di bawah kontrol dirinya dan merupakan sumber nilai diri yang sejati. Pendekatan Stoik yang ideal adalah menerima kenyataan pahit (Fortuna) tanpa mengorbankan kedamaian, sambil tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik (Virtue), bukan untuk meraih imbalan (promosi), tetapi demi menjaga integritas dan kualitas karakternya. Dengan memisahkan dua aspek ini, individu belajar untuk tidak menempatkan kebahagiaan mereka pada pengakuan eksternal, fokus pada moralitas dan tindakan positif, serta akhirnya menemukan ketenangan batin yang konsisten di tengah ketidakpastian kehidupan, sesuai dengan ajaran Marcus Aurelius untuk tidak berdebat tentang kebaikan, melainkan menjadi orang baik melalui tindakan nyata.

Modul Prof.Apollo halaman 9
Modul Prof.Apollo halaman 9

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun