Mohon tunggu...
Sharah Melinda
Sharah Melinda Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Ilmu Komunikasi'18

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Lomba Suara Milenial, Siapakah yang Menang?

6 Oktober 2018   11:47 Diperbarui: 6 Oktober 2018   15:47 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Oleh: Sharah Melinda*

Kubu Jokowi dan Prabowo saat ini sedang berlomba dulang suara milenial. Kedua kubu saling mempersiapkan diri menghadapi lomba tersebut secara matang-matang. Mulai dari Jokowi yang bergaya ala Dilan sampai Prabowo yang menggandeng Sandiaga Uno si 'Pengusaha Sukses Bergaya Milenial' sebagai cawapres. Lantas, mengapa kedua kubu ini saling berambisi memenangkan lomba ini?. 

Berdasarkan Data Penduduk Potensial Pemilih Pemilu (DP4) dari Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menyebutkan, sekitar 44% atau mendekati setengah dari total pemilih di Pilpres 2019 adalah pemilih milenial.

Pengamat politik Herzaky M Putra mengatakan, data yang dilansir Kemendagri sudah terang menggambarkan betapa strategisnya posisi generasi muda. Karenanya, lanjut Zaky, generasi muda harus dirangkul dan diedukasi agar tidak alergi politik. "Sekitar 40 persen pemilih di Pemilu nanti adalah generasi muda, sangat sayang bila kekuatan mereka tidak diarahkan dengan baik," kata Zaky dalam diskusi bertajuk Pemimpin Muda di Pentas Politik Nasional, Rabu (1/8/2018). Oleh karena itu, sangat disayangkan jika kedua kubu tersebut tidak memenangkan hati para generasi milenial. Berbicara tentang generasi milenial, siapakah sosok sebenarnya generasi milenial ini?.

Dilansir dari rumahmillennials.com, generasi milenial atau kadang juga disebut dengan generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir setelah Generasi X, yaitu orang yang lahir pada kisaran tahun 1980- 2000an. Maka ini berarti milenial adalah generasi muda yang berumur 18 - 38 pada tahun ini. Milenial sendiri dianggap spesial karena generasi ini sangat berbeda dengan generasi sebelumnya, apalagi dalam hal yang berkaitan dengan teknologi. 

Generasi ini sangat mahir dalam teknologi, karena saat mereka lahir TV sudah berwarna, handphone,  dan internet sudah diperkenalkan. Tetapi, generasi milenial cenderung lebih tidak peduli terhadap keadaan sosial di sekitar mereka seperti dunia politik ataupun perkembangan ekonomi Indonesia. Kebanyakan dari mereka hanya peduli untuk membanggakan pola hidup kebebasan dan hedonisme.

Apa saja kriteria pemimpin menurut generasi milenial?. Menurut Karl Moore dari Forbes, para milenial lebih memilih pemimpin melalui kriteria yang diistilahkan dengan singkatan BRAVE, yaitu Behaviors (perilaku), Relationships (hubungan keakraban), Attitudes (sikap), Values (nilai-nilai), dan Environment (lingkungan). Kriteria tersebut dapat berupa tindakan, tujuan, strategi, pesan yang ingin disampaikan, serta implementasi yang dilakukan pemimpin tersebut. Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro juga berpendapat bahwa menurutnya, generasi milenial tidak bisa didikte dalam hal pilihan politiknya. Mereka juga memiliki pandangan bahwa pemimpin ideal adalah figur yang bisa meyakinkan dan menyugesti dengan baik.  

Lalu, kiat-kiat apa saja yang sudah disiapkan oleh kubu Jokowi dan Prabowo untuk merebut hati generasi milenial?. Dilansir dari pinterpolitik.com, walaupun sempat membuat kecewa pendukung Jokowi yaitu generasi milenial dengan terpilihnya KH. Ma'ruf Amin sebagai pasangan Jokowi dalam Pilpres 2019. Tetapi, Jokowi berusaha membangun citra sebagai pemimpin muda dalam rangka memenangkan hati generasi milenial. 

Caranya beragam dari Jokowi yang kerap bergaya modis, aktif dengan membuat vlog di akun youtube sendiri, naik motor di Opening Asian Games 2018, dekat dengan bos Alibaba Jack Ma, mengundang 26 pengusaha generasi kedua konglomerat RI ke istana untuk membahas ekonomi nasional, serta keakrabannya dengan boyband Korsel yaitu Super Junior yang membuat kesan tersendiri kepada generasi milenial.

Sedangkan Prabowo memiliki cara lain yaitu dengan memilih Sandiaga Uno sebagai cawapres. Sandiaga Uno sudah dikenal oleh masyarakat terutama generasi milenial karena beliau juga sebelumnya adalah pengusaha sukses dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Sandiaga Uno memakai gaya komunikasi dumbing down dalam berpolitik seperti: memperkenalkan The New Prabowo, yaitu menurutnya Prabowo perlu tampil dengan busana yang santai dan lebih luwes setelah 2014; sebut tempe setipis kartu ATM dan tempe sachet untuk membahasakan melemahnya ekonomi; melontarkan pernyataan tentang uang 100 ribu hanya dapat bawang dan cabai, untuk mengkritik perekonomian di era Jokowi.

Menurut Merriam-Webster, dumb down adalah menyederhanakan tingkat kesulitan suatu konten intelektual. Prof. Mick Temple dari Staffordshire University mengatakan, "Politik dumbing down bagian penting untuk meningkatkan kesadaran politik seseorang melalui narasi berbeda sebagai penggantian narasi kaku dan konvensional." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun