Setelah dikurangi biaya produksi, keuntungan bersih per siklus dapat dihitung sebagai berikut:
D. Tantangan dan Strategi Pengelolaan
Meskipun potensi keuntungan budidaya udang vannamei sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh pelaku usaha. Beberapa di antaranya adalah:
1. Penyakit: Penyakit seperti White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan Early Mortality Syndrome (EMS) dapat menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan biosekuriti yang ketat dan menggunakan benih SPF (Specific Pathogen Free).Â
2. Fluktuasi Harga: Harga udang di pasaran dapat berfluktuasi akibat faktor eksternal seperti perubahan kurs mata uang dan kebijakan impor negara tujuan ekspor. Untuk mengantisipasi hal ini, petani disarankan untuk bergabung dalam koperasi atau asosiasi petani udang guna memperkuat posisi tawar.
3. Ketergantungan pada Cuaca: Perubahan cuaca ekstrem dapat memengaruhi kualitas air dan pertumbuhan udang. Penggunaan teknologi akuakultur modern seperti sistem bioflok dapat membantu mengatasi masalah ini.
Kesimpulan
Budidaya udang vannamei merupakan bisnis yang sangat menggiurkan dengan potensi keuntungan besar per siklus. Dengan biaya produksi yang dapat dikelola dan harga jual yang stabil, petani dapat meraih keuntungan bersih antara Rp 400-800 juta per hektar per siklus. Namun, keberhasilan usaha ini sangat bergantung pada manajemen yang baik, penggunaan teknologi modern, dan mitigasi risiko penyakit. Dengan dukungan pemerintah dan sinergi antar-pemangku kepentingan, budidaya udang vannamei memiliki prospek cerah untuk menjadi tulang punggung industri perikanan Indonesia di masa depan.
Referensi
1. FAO. (2022). The State of World Fisheries and Aquaculture 2022. Rome: FAO.Â