Mohon tunggu...
Farhad Shameel Abdullah
Farhad Shameel Abdullah Mohon Tunggu... Penulis - TO BE AN IRRATIONAL MODE

Portofolio Review shameelabdullah.farhad@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aktivisme Sosial Remaja di Antara Budaya dan Kritis

5 Agustus 2020   19:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   23:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

(Studi Kasus : Sabotase Remaja Penggemar K-Pop terhadap acara kampanye Donald Trump)

Pendahuluan
Keberadaan budaya populer yang begitu masif berkembang dan membentuk kelompok atau komunitas yang secara cepat tersebar luas menjadi suatu aspek penting dalam perkembangan industrialisasi dan moderenitas. 

Adanya relasi yang tidak dapat dipisahkan antara perkembangan industrialisasi, kapitalisme, konsumerisme dengan budaya populer menjadi suatu fenomena dan instrumen penting bagiamana pembentukan gaya hidup masyarakat terutama dikalangan kelompok remaja dalam mengekspresikan diri dalam pemenuhan kapasitas diri maupun kelompok.

Budaya populer adalah budaya khusus yang berkembang bersamaan dengan berkembangnya industrialisasi, produksi massa dan media massa. Budaya populer dalam hal ini berkaitan erat dengan apa yang disebut budaya massa yaitu budaya yang di produksi untuk massa yang luas, mengikuti pola produksi massa (Piliang, 2011).  Kebudyaan laju produksi dan konsumsi yang di produksi oleh kapitalisme menjadi pendorong adanya modifikasi pemaknaan dalam dunia musik yang berkembang membentuk suatu komunitas subkulturnya masing-masing.

Perkembangan dunia musik di era sekarang memunculkan baik subkultur maupun conterkultur yang berkembang di kebudayaan dominan. Kata "sub" dalam subkultur mengandung konotasi sebagai suatu kondisi yang khas dan berbeda dibandingkan dengan masyarakat dominan atau mainstream. Sedangkan kata "kultur"mengacu pada seluruh cara hidup atau peta makna yang menjadikan dunia ini dapat di pahami oleh anggotanya (Barker, 2011). 

Cultural studies menganggap budaya lebih bersifat politis dalam pengertian yang sangat spesifik yaitu sebagai ranah politik dan perkumpulan (Storey, 2007). Cultural studies di pandang sebagai suatu hal yang penting dalam proses produksi dalam pembentukan komunitas dan hubungan sosial. Storey berusaha mengkomparasikan beberapa teori dimana dapat dilihat dari prespektif marxisme cultural kedalam dua cara yang fudamental. 

Pertama memahami makna teks-teks dan praktek budaya kemudian dianalisis dalam konteks fakta sosial yang ada beruntut hingga segi historikal sosialnya. Kedua melalui kerangka konsep hegemoni Antonio Gramsci, bagaiaman hegemoni menekankan pada bentuk eskpresi, cara penerapan, mekanisme yang dijalankan untuk mempertahankan dan mengembangkan diri para korbannya sehinga mampu mereduksi pola pikir yang melahirkan tindakan sosial yang tersagmentasi.

Kembali pada budaya populer yang berafiliasi dengan politik yang dimana konsep storey yang mengupayakan cultural studies sebagai wacana dalam mengkaji budaya populer dan kelompok subkultur didalamnya sebagai kerangka berpikir dimana hegemoni budaya bisa menjadi alat politik praktis atau kekuatan massa yang jika dikoordinasi secara masif dan tepat sasaran akan menjadi tindakan aktivisme yang patut diperhitungkan.

Musik pop sendiri kini telah menjadi bagian dari kehidupan manusia dimana bisa ditemukan bahwa budaya musik pop telah berafiliasi dengan segala sendi kehidupan manusia. Pilihan dan selera musik akan memberikan peranan cukup besar yang akan mempengaruhi bagiaman pola prilaku atau kegiatan kolektif yang dapat terjadi dengan adanya kesamaan tersebut. 

Asumsi mengenai musik yang dapat menentukan niali guna dari produk industri maupun kebudayaan serta proses konsumsi yang di tawarkan begitu gencar membuat sekelompok subkultur musik pop memiliki kesadaran kolektif dalam mengespresikan segala macam keresahannya.

Gerakan Penggemar Musik K-Pop Memanipulasi Politik Gedung Putih
Penyebaran virus Covid-19 menjadi polemik yang hingga sekarang masih memberikan dampak yang cukup besar di berbagai negara. Pembatasan aktifitas sosial di berbagai tempat serta optimalisasi kegunaan digital di masa sekarang menjadi suatu fenomena dimana pola hidup baru memaksa manusia beradaptasi dengan situasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun