Mohon tunggu...
Shafira Shalsabilah Z
Shafira Shalsabilah Z Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Students of Universitas Negeri Makassar 🦋

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mimpi- Mimpi yang Tersesat di Balik Waktu

3 Mei 2024   01:00 Diperbarui: 3 Mei 2024   01:21 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pria itu memandang Andi dengan keraguan yang tidak berkurang. "Saya tidak yakin saya percaya pada Anda. Daerah ini tidak aman bagi orang asing. Anda harus pergi sebelum terlambat."

Andi merasa kebingungan. Dia tidak yakin apa yang dimaksud oleh pria ini atau mengapa dia merasa perlu mengusirnya. Namun, dia tahu bahwa dia tidak ingin menimbulkan masalah lebih lanjut, jadi dia mengangguk setuju.

"Tentu, saya akan pergi," kata Andi dengan sopan, mencoba menunjukkan bahwa dia tidak ada niat jahat.

Sebelum dia bisa bergerak, pria itu mengulurkan tangan dan menahan langkah Andi. "Tunggu sebentar. Saya mendengar Anda berbicara tentang penelitian sejarah. Mungkin ada sesuatu yang bisa saya bantu."

Andi merasa sedikit terkejut oleh perubahan sikap tiba-tiba pria itu, tetapi dia mengangguk dengan antusias. "Tentu, saya sangat menghargainya. Saya sedang mencari informasi tentang sejarah daerah ini dan apapun yang Anda bisa beritahu saya akan sangat membantu."

Pria itu mengangguk, kemudian memberi Andi penjelasan yang panjang lebar tentang sejarah tempat itu. Dia menceritakan tentang zaman kuno ketika daerah ini masih dihuni oleh suku-suku asli yang memuja dewa-dewa alam. Dia menceritakan tentang pertempuran-pertempuran yang terjadi di daerah itu, tentang legenda-legenda yang melingkupi gunung-gunung yang menjulang tinggi di kejauhan.


Andi mendengarkan dengan penuh perhatian, mencatat setiap kata yang diucapkan pria itu. Meskipun dia tidak yakin seberapa banyak yang bisa dia percayai, dia tetap bersyukur atas informasi yang diberikan.

Saat pembicaraan berlanjut, Andi mulai merasa semakin akrab dengan pria itu. Dia merasa seperti mereka memiliki banyak kesamaan dan dia mulai merasa nyaman berada di sekitarnya.

Namun, di tengah-tengah pembicaraan, pria itu tiba-tiba menoleh ke arah langit dan mengernyitkan kening. "Ada sesuatu yang tidak beres. Awan-awan itu tidak biasa."

Andi mengikuti pandangannya dan melihat awan hitam yang semakin tebal di langit. Dia merasa kekhawatiran mulai merayap di dalam dirinya, tidak yakin apa yang mungkin menyebabkan perubahan mendadak cuaca ini.

Tiba-tiba, angin mulai berhembus keras, membelah pepohonan dan membawa debu dan daun kering ke udara. Pria itu memandang Andi dengan pandangan serius. "Kau harus pergi sekarang juga. Aku tak ingin kau terjebak di sini saat badai datang."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun