Pernahkah kalian menyaksikan sebuah restoran menjadi terkenal secara mendadak di berbagai sosial media hingga menarik antrian panjang, khususnya di TikTok? Yang awalnya ramai berubah menjadi sepi karena ada satu ulasan buruk tentang tempat makan itu? Yaps benar, hal ini dikarenakan dunia kuliner mengikuti arus transformasi memasuki era digital. Kemajuan teknologi telah mengubah cara pandang konsumen dalam melakukan interaksi, seperti sistem pemesanan digital, memberikan feedback secara online, dan konten atau tren makanan viral di media sosial. Akibatnya, para pelaku usaha kuliner harus siap menghadapi tantangan di era digital ini, yang dapat menentukan tingkat popularitas dari sebuah restoran atau menu yang ditawarkan.
Apa Itu Era Disrupsi dan Mengapa Penting?Â
Era disrupsi merupakan situasi dimana kemajuan teknologi, inovasi, serta perubahan sosial berpengaruh besar pada berbagai bidang, termasuk sektor makanan. Dampak dari disrupsi dalam industri ini mencakup cara pemesanan makanan, fenomena makanan yang viral, dan harapan pelanggan yang semakin tinggi terhadap restoran atau makanan. Sehingga harus dihadapi dengan tanggap bukan untuk dihindari, dan hal ini menciptakan sebuah tantangan baru dalam menghadapi manajemen risikonya.Â
Risiko pun Mengintai Bisnis KulinerÂ
Dalam industri kuliner atau F&B sama seperti dunia bisnis lainya yang bisa rentan dari kerugian atau risiko akibat berubahnya selera pelanggan secara cepat. Selain itu risiko lainnya dapat berupa terganggunya pasokan bahan baku, sistem pembayaran digital yang error, mendapat ulasan buruk, dan konten viral yang bisa merugikan reputasi suatu usaha, yang mana hal tersebut mempengaruhi keberlangsungan bisnis dan pendapatan.
Risiko Apa Saja yang Perlu Dihadapi?
1. Risiko Operasional: Permintaan yang meningkat
Hal ini diakibatkan dari meningkatnya jumlah pelanggan secara mendadak yang menyebabkan pasokan bahan baku cepat habis dan keterlambatan pelayanan.Â
2. Risiko Digital: Ketergantungan Tren Konten
Era digital mempermudah dalam melakukan branding suatu bisnis kuliner agar memperluas jangkauan konsumen dan menarik minat mereka untuk berkunjung. Namun, sayangnya apabila bisnis kuliner hanya mengandalkan viralitas akan sulit untuk bertahan lama dan tetap bersaing di dunia kuliner.
3.Risiko Reputasi: Ekspektasi Tinggi vs Realita
Hal ini memicu antara ekspektasi harapan selaku konsumen yang mereka lihat dari ulasan atau video dari sosial media tidak sesuai dengan realitanya, sehingga menimbulkan rasa kecewa dan tidak ingin berkunjung kembali.
Misalnya, saat mengunjungi sebuah stand makanan manis yang vira karena kelezatan topping yang melimpah, namun saat mencoba makanan tersebut tidak sesuai dengan cita rasa yang dibayangkan. Hal ini dapat berdampak pada pemberian ulasan negatif terhadap usaha yang diajak untuk berkonten atau bekerja sama.
Strategi Mengelola Risiko yang Perlu DiambilÂ
Berikut merupakan upaya mengelola risiko:
1. Audit rutin, mengecek kualitas bahan dan SOP kebersihan hingga keamanan bagi konsumen meskipun permintaan mengalami peningkatan
2. Memantau reputasi online, melakukan pantauan ulasan dan responsif terhadap konsumen untuk menjaga citra bisnis
3. Pelatihan karyawan, memastikan karyawan dapat bekerja sesuai dengan SOP yang berlaku dan hal ini dapat memacu rasa kepuasan konsumen
4. Kolaborasi dengan konten kreator, melakukan kerja sama dengan food vloger untuk mempromosikan bisnis kuliner
5. Bijak dalam memanfaatkan trend, dapat melakukan tren-tren video terbaru dan sedang viral tanpa meninggalkan identitas bisnis kuliner
Risiko Reputasi Dibalik Ulasan Bintang Lima dan Video Viral TiktokÂ
Pemberian ulasan bintang dalam aplikasi atau website usaha memang menyenangkan dan membutuhkan strategi yang bijak untuk mempertahankannya. Namun, masih kerap terjadi yang berdampak pada hancurnya suatu reputasi brand yang sudah dikelola. Memberikan ulasan bintang lima memicu ekspektasi tinggi pada konsumen, yang mana kita perlu melakukan peningkatan dan cepat adaptasi terhadap kondisi lapangan. Apabila terdapat ulasan negatif, akan berpengaruh pada reputasi suatu usaha yang bisa hancur seketika.Â
Jadi di era sekarang, yang mana teknologi sudah semakin berkembang memiliki potensi terhadap popularitasnya suatu usaha kuliner ini. Inovasi menu dan kreativitas dalam pemasaran digital perlu dilakukan untuk mengimbangi maraknya tren viral yang tidak ada habis-habisnya. Sehingga tidak hanya fokus pada rasa dan tampilan penyajian, tetapi juga perlu mempersiapkan manajemen risiko yang baik. Dengan mempelajari dan memahami manajemen serta pengelolaan dalam dunia kuliner pada era disrupsi ini, maka dapat diyakini bila suatu usaha tersebut akan stabil bahkan berkembang lebih cepat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI