Mohon tunggu...
Safira Ruhama
Safira Ruhama Mohon Tunggu... Lainnya - Aku Bukan Siapa-siapa, hanya musafir yang mencari RidhoNya

"Berbungalah dimanapun kamu ditanam"

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Self Healing Time Part 1

18 Juni 2022   12:19 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:35 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Seringkali kita mengira: Saat kita mampu melawan "sesuatu", kita bisa mendapatkan "sesuatu" yang sebaliknya. Kelihatannya mungkin ini benar di permukaan tapi kalau kita telusuri lebih dalam, bisa sangat berbeda. Kita mengira: Kita bisa mencapai titik kedamaian kalau sudah berhasil melawan semua ketidak damaian, Kebahagian itu bisa kita capai dengan bertarung melawan segala penderitaan. Pun, kita mengira: Bisa berfikir positif dengan melawan pikiran negatif yang muncul. Tapi, kalau itu semua kita lakukan, bukankah justru semakin banyak muncul dan semakin kuat juga???

Kita mengira: Bisa mendapat tubuh yang kurus dengan melawan tubuh melalui program diet, mengatasi kemarahan dengan melawannya. Dengan kata lain: secara tidak langsung kita hanya perlu membangun kemarahan yang lebih besar agar kemarahan yang sebelumnya kalah. Kalau kita mengatasi kesedihan dengan menekan dan melawannya lewat berbagai macam kegiatan positif, itu sebenernya tidak serta merta menjadikan kesedihan lenyap, hanya membuatnya "Tertanam" lebih dalam. Dan bisa "Menerobos" kembali saat logika kita "lemah".

Bestie... Aku disini bukan melarangmu untuk berfikir positif. Berfikir positif tentu saja itu baik, melakukan hal positif pun sangat dianjurkan. Tapi, kalau "Kepositifan" itu kita gunakan untuk melawan atau menekan sesuatu yang sangat tidak kita inginkan, justru itu sama sekali gakkan menyelesaikan permasalahan. Mungkin hanya membuatnya sedikit "Tersembunyi" sehingga "Tidak Terlihat" tapi "Tidak hilang". Dan pada akhirnya, saat ini juga kamu mulai menyadari kan, bahwa perlawanan terhadap sesuatu tidak menyelesaikan inti permasalahannya.

Pujangga besar yang menghasilkan karya-karya yang luar biasa juga bukan karena mereka mampu melawan luka, tapi justru menyelami dan memahami sebab luka itu sendiri. Tentu saja ini bukan perkara yang mudah,: Mampu melihat luka-luka, kemarahan, kesedihan sebagai sesuatu yang tidak perlu dilawan saja sebenarnya sudah sangat baik, sebab mampu mengurangi penderitaan.

Nyatanya kebanyakan dari kita ingin bahagia tapi dengan cara melawan sesuatu yang tidak disukai di dalam diri sendiri. Masalah manusia, sebagian besar, ada dalam diri sendiri, ada pada kekeliruan persepsi yang tidak disadari, ada pada identifikasi yang dirajut oleh ego sendiri terhadap gambaran/prediksi tertentu yang diciptakan oleh pikiran dan sialnya menganggap itu adalah kebenaran mutlak. Jadi, masalah yang paling besar justru bukan terletak pada kenyataan yang kita hadapi, tapi pada rasa percaya terhadap drama yang diciptakan oleh pikiran sendiri kan???

Untuk mengatasi permasalahan, kita sering mengambil "langkah keluar" bukan "menyelusuri ke dalam" jadi wajar aja, bahkan manusiawi, sebab "jalan di dalam" tidak seterang "jalan di luar". Pada umumnya kita lebih mudah menyalahkan keadaan atau orang lain bahkan daripada mengambil langkah kedalam sambil berfikir "Adakah sesuatu di dalam diri  yang menyebabkan kejadian ini terjadi dalam kehidupan saya?" Kita lebih sering mengkambinghitamkan sesuatu kan?

Nah, bestie...
Kalau seandainya jawaban yang muncul itu tetap mengarah pada keadaan dan kesalahan orang lain, karena kita tidak atau belum mampu menemukan pemicunya di dalam diri kita sendiri, kita tetap perlu memiliki kesadaran bahwa setiap orang, termasuk kita sendiri, "Ingin bahagia" sehingga sesalah-salahnya seseorang dalam dunia persepsi kita, sekalipun kesalahan itu belum mampu kita maafkan sampai detik ini, itu dia lakukan sebagai tindakan yang memungkinkan untuk mengurangi penderitaannya. Tapi, bukankah "Kelegaan" bisa saja datang dari tidak terjadinya prediksi buruk lantaran kita memilih menjadi "Pemaaf". Maka dari itu, perjalanan kedalam diri kita sendiri ini bukanlah perjalanan sekali duduk dan langsung sampai pada tujuan, tapi butuh upaya selama masih dianugerahi kehidupan.

_@Xayacalm__
10 June 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun