Mohon tunggu...
Defit Setya
Defit Setya Mohon Tunggu... Freelancer - Student, Free Mom

Seorang musafir dari Desa menimba Ilmu ke Kota menjadi seorang Mahasiswa (ITS). Seperti padi, semakin ia berisi maka semakin ia merundukkan diri, pertanda kerendahan hati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[MyDiary] Kisah Cintanya padaku

13 April 2016   04:27 Diperbarui: 13 April 2016   04:43 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Banner Event My Diary Fiksiana (Gambar dari Fiksiana Community)"][/caption]

Suatu Pagi dipertengahan bulan Maret

Hello, Diary,...
Apa kabarmu hari ini?
 Sungguh aku tidak tahu menahu mengenai hari ini. Dari balik kelambu ku lihat rembulan masih temaram. Semakin naik dan meninggi, berjajar dengan bintang gemintang. Kerlap kerlip malam mungkin hingar jika diluaran sana. Namun semua itu tak kurasakan karena Aku berada dikungkungan kotak 3x4 meter ini.

 Jam segini paling pewe adalah menjelajah alam maya, bermalas-malasan ditemani layar laptop 14 inchi. Buka jendela browser dan meng-onlinekan semua media sosial, meskipun sambungan internet kelas mahasiswa akan tetapi eksis tidak terlupakan. Malam sudah mulai menghitam, menjulurkan selimut kegelapan, menurunkan titik-titik kristal yang dingin dan menyejukkan. Ditengah keasyikan chating dan mengobrol lewat dunia maya, tanpa sadar matapun mulai tak bisa berkompromi, terlena dalam kantuk dan terlelap dalam pelukan malam.

Diary,...
 Mataku tak bisa terpejam sempurna, pukul 3 pagi Aku sudah terbangun sedangkan yang lain masih terselimuti oleh hangat dan tebalnya selimut malam. Apakah Aku lebih special, mempunyai waktu tidur malam hanya sejenak?

 Sang fajar mulai naik ke permukaan. Kilaunya bak air laut yang mulai pasang. Mentari beranjak naik dengan sedikit malu-malu. Berlomba melumerk embun yang masih mengkristal dan beku bersama dinginnya malam tadi. Mengubah pekatnya menjadi terang dan kembali dengan kekuatan semangat dalam dada dan sanubari masing-masing insan.

 Pukul 5 pagi, udara diluar sepertinya sejuk sekali. Sedangkan Aku masih berada pada posisi mager alias malas untuk bergerak keluar sama sekali. Seperti biasa, aktivitas diluar ku mulai jam 8 keatas. Karena menurutku, kadar vitamin D matahari pagi masih ada meskipun rasa panasnya sedikit menyengat. Ku tengok laptopku yang sudah menyala dari semalam. Sudah muncul disana chat dari orang yang ada diseberang, kampung halamanku.

“Hallo, yang disana?”
“Apa kabar?”
“Hey, iya, kabar baik” jawabku
 Begitu jawabku sambil tangan masih asyik dengan dikeyboard laptop.

Diary,....
 Apakah engkau tahu, yaa, akan ku beri tahu…
 Dia bercerita padaku dengan senyuman yang begitu sumringah. Sepertinya keadaan disana sedang ceria seperti cerianya pagi ini. Bagaimana tidak, katanya, dulu Ia pernah ada rasa padaku. Rasa?, iya rasa cinta. Bagaimana bisa, itu semua urusan hati katanya, urusan yang berkaitan dengan sanubari terdalam, tak bisa dipuitiskan dengan bait-bait kata. Aku tersenyum senyum saat mendengar ceritanya lewat chating itu.

 Sedikit flashback sekitar hampir setahun yang lalu ya Dy,...
 Seperti biasa, Aku mengikuti perhelatan tahunan di sekolahku dulu. Memang acara ini dilaksanakan hampir setiap tahun untuk lima tahun terakhir. Mulai masih jadi pemandu sampai hanya jadi tamu penggembira. Aku datang sore hari dengan alasan tertidur semenjak siang hari dan baru ashar bangun, udaranya juga sudah tidak begitu panas alias adem. Baru datang, malamnya sudah diminta melebur dalam acara. Dan ku lihat ada sosok yang tidak asing lagi, namun baru tahun ini ikut aktif pada acara ini. Malam sudah semakin larut, peserta acara sudah mulai menempatkan diri pada ruang masing-masing yang disiapkan oleh panitia untuk tidur. Para wanita sudah siap dengan selimut ternyaman mereka, sedangkan Aku tidak tertarik sama sekali untuk tidur, ya karena tidak merasa mengantuk. Ditengah asyiknya obrolan ala bujang, sosok tidak asing itu kembali muncul dan yap, hanya say hi, dan berlalu kembali bertugas sebagai panitia, dan ronda untuk malam ini.

 Dari situlah katanya rasa itu tumbuh, rindang dan berbunga. Semakin lama, semakin menjadi. Meskipun terpisah jarak dan waktu tak jadi masalah untuk menunjukkan rasa dengan komunikasi yang sudah begitu modern dan berbagai jenis media sosial yang sudah tercipta dan mengalami development entah berapa versi. Pernah suatu saat Ia mengungkapkan perasaannya, Aku tidak bisa memastikan itu serius atau hanya senda gurau penghias bibir. Seketika itu pula ku jawab dengan kata yang menurutku memang acuh dan cuek, namun itulah yang memang seharusnya jika memang ada niatan ke arah yang serius. Semenjak itu pula nada pesanku mulai terbiasa dengan bahasa kadang puitis manis dan tak jarang juga ketus dengan yang namanya makhluk jenis lelaki, pengalaman pahit kali ya Dy?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun