Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pandemi Corona dan Kecanggungan Ketika Berinteraksi dengan Para Pelamar Kerja

16 Maret 2020   17:15 Diperbarui: 17 Maret 2020   23:31 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wawancara kerja (Gambar: Getty Images via INC.com)

Virus corona memang membuat pilu dan membelenggu. Virus yang sudah dikategorikan sebagai pandemi ini menjadi sesuatu yang menakutkan karena banyaknya korban berjatuhan juga ada sekian banyak orang yang terinfeksi. 

Penyebaran sekaligus penularan pun terbilang cepat, melalui droplet. Bisa lewat perantara batuk maupun bersin. Indonesia, menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya secara langsung maupun tidak langsung dalam berbagai sektor. Tak terkecuali dunia perkantoran.

Sebagai seorang rekruter, bagi saya melakukan proses wawancara dengan para pelamar kerja sudah seperti bernafas. Sebuah aktivitas yang sudah pasti dilakukan setiap harinya. 

Apalagi di kantor ada proses walk in interview yang dilaksanakan pada hari kerja. Oleh karena itu, nggak ada alasan untuk tidak bertemu kandidat pada setiap hari Senin-Jumat.

Pada prosesnya, interaksi yang saya lakukan dengan para kandidat pun berjalan seperti biasanya. Diawali dengan berjabat tangan, menyapa dengan ramah, berdiskusi tentang posisi yang dilamar dan berbagai hal secara teknis, ada sesi bertanya, mengakhiri wawancara dengan pernyataan template, dan tidak lupa diakhiri dengan saling berjabat tangan.

Beberapa kebiasaan tersebut sudah menjadi hal yang lumrah dilakukan di ruang lingkup HRD, utamanya ketika sedang proses wawancara. Sampai akhirnya, virus corona menyerang dan membuat proses wawancara menjadi canggung, mengubah interaksi antara saya dengan para kandidat. 

Menjadi tidak luwes seperti biasanya. Termasuk sewaktu sedang berbincang. Ada beberapa hal yang dirasa tidak biasa, padahal sudah menjadi suatu kebiasaan. Proses berjabat tangan, salah satunya.

Setelah diketahui Indonesia menjadi salah satu negara yang juga terkena dampak dari virus corona, kekhawatiran banyak masyarakat Indonesia sulit dihindari. Pada situasi seperti saat ini, sebagaimana diketahui, virus corona menyebar begitu cepat. 

Mawas diri tentu menjadi suatu hal yang wajar. Menjadi tidak wajar ketika satu sama lain menebar ketakutan. Dan sesuai anjuran dari WHO maupun pemerintah, di antara kita harus meminimalisasi berjabat tangan untuk memperlambat, atau bahkan menghentikan laju penyebaran virus corona.

Untuk sebagian orang yang terbiasa bersalaman satu sama lain ketika bertemu, atau sebagai gestur dengan berbagai maknanya, menghindari berjabat tangan menjadi sesuatu yang canggung dan bikin kikuk. Dan itu yang terjadi di antara saya dengan para kandidat, ketika proses wawancara. Nggak enak rasanya karena belum terbiasa. Canggung.

Akan tetapi, mau bagaimana pun, kesehatan sekaligus pencegahan atas wabah virus corona harus tetap diutamakan. Jabat tangan untuk sementara waktu harus diminimalisasi. 

Dan tidak sedikit pula yang sudah memahami kondisi seperti ini. Akhirnya, yang saya dan para kandidat lakukan hanya berbalas senyum dan mengangguk setelah sesi wawancara selesai. Dan saya pikir, itu adalah cara terbaik untuk memperlambat atau menghentikan penyebaran virus corona.

Banyak kantor yang juga sudah melakukan sosialisasi terkait pandemi ini. Penyediaan hand sanitizer, pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki ruangan perkantoran, sampai penyediaan masker meski langka dan dengan harga beli yang terbilang tinggi.

Yang perlu juga disadari, sisi lain dari keberadaan virus corona ini adalah, meningkatkan kesadaran kita semua akan bagaimana caranya untuk menghargai keberadaan orang lain ketika kondisi kesehatan kita sedang kurang mumpuni. Utamanya ketika berada di dalam kerumunan. 

Seperti kejadian saya ketika naik KRL atau TransJakarta untuk pergi ke kantor, misalnya. Ketika ada yang batuk atau bersin sedikit saja, mereka sudah siap untuk menutup dengan masker, sapu tangan, atau lipatan siku.

Meski nggak bisa dimungkiri, saat ini, kewaspadaan antara satu orang dengan yang lain pun semakin meningkat ketika ada yang batuk atau bersin. Parahnya, nggak sedikit pula kewaspadaan ini mengarah pada rasa curiga. 

Di sisi lain, kita nggak bisa serta merta menyalahkan orang lain atas kecurigaan tersebut. Dan semoga, kondisi akan segera membaik pada Juni nanti, sesuai dengan harapan yang sudah disebutkan oleh penasihat medis senior Beijing.

Meskipun di sisi lain, virus corona menyadarkan kita semua akan pentingnya menjaga kebersihan diri. Bukan hanya kesehatan atau kebugaran tubuh. Langkah terbaik saat ini adalah tetap mengikuti instruksi yang sudah disosialisasikan oleh WHO. 

Mencuci tangan dalam kurun waktu tertentu, melakukan sosial distancing, dan menjaga satu sama lain. Sebab, saat ini, saya pikir semua orang di belahan dunia mana pun memiliki tujuan akhir yang sama, mengakhiri pandemi virus corona dan melakukan aktivitas seperti biasa, sebagaimana mestinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun