Dan tidak sedikit pula yang sudah memahami kondisi seperti ini. Akhirnya, yang saya dan para kandidat lakukan hanya berbalas senyum dan mengangguk setelah sesi wawancara selesai. Dan saya pikir, itu adalah cara terbaik untuk memperlambat atau menghentikan penyebaran virus corona.
Banyak kantor yang juga sudah melakukan sosialisasi terkait pandemi ini. Penyediaan hand sanitizer, pengecekan suhu tubuh sebelum memasuki ruangan perkantoran, sampai penyediaan masker meski langka dan dengan harga beli yang terbilang tinggi.
Yang perlu juga disadari, sisi lain dari keberadaan virus corona ini adalah, meningkatkan kesadaran kita semua akan bagaimana caranya untuk menghargai keberadaan orang lain ketika kondisi kesehatan kita sedang kurang mumpuni. Utamanya ketika berada di dalam kerumunan.Â
Seperti kejadian saya ketika naik KRL atau TransJakarta untuk pergi ke kantor, misalnya. Ketika ada yang batuk atau bersin sedikit saja, mereka sudah siap untuk menutup dengan masker, sapu tangan, atau lipatan siku.
Meski nggak bisa dimungkiri, saat ini, kewaspadaan antara satu orang dengan yang lain pun semakin meningkat ketika ada yang batuk atau bersin. Parahnya, nggak sedikit pula kewaspadaan ini mengarah pada rasa curiga.Â
Di sisi lain, kita nggak bisa serta merta menyalahkan orang lain atas kecurigaan tersebut. Dan semoga, kondisi akan segera membaik pada Juni nanti, sesuai dengan harapan yang sudah disebutkan oleh penasihat medis senior Beijing.
Meskipun di sisi lain, virus corona menyadarkan kita semua akan pentingnya menjaga kebersihan diri. Bukan hanya kesehatan atau kebugaran tubuh. Langkah terbaik saat ini adalah tetap mengikuti instruksi yang sudah disosialisasikan oleh WHO.Â
Mencuci tangan dalam kurun waktu tertentu, melakukan sosial distancing, dan menjaga satu sama lain. Sebab, saat ini, saya pikir semua orang di belahan dunia mana pun memiliki tujuan akhir yang sama, mengakhiri pandemi virus corona dan melakukan aktivitas seperti biasa, sebagaimana mestinya.