Mohon tunggu...
Seto Wicaksono
Seto Wicaksono Mohon Tunggu... Human Resources - Recruiter

Menulis, katarsis. | Bisa disapa melalui akun Twitter dan Instagram @setowicaksono.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Catatan Seorang Perekrut - Bertolak Belakang #3

26 April 2019   06:15 Diperbarui: 26 April 2019   10:32 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Dokumentasi pribadi)

Dari pengalaman kerja di bank selama 34 bulan, gue jadi paham soal hiruk-pikuknya bekerja. Mulai dari karakter nasabah, pekerjaan yang numpuk, awal dan akhir bulan yang selalu ramai, belum lagi jaringan/sistem offline. Berikut beberapa rangkuman pengalaman gue dari awal-akhirnya resign.

Pertama, adaptasi gue kerja di bank cukup lama, butuh waktu tiga bulan, sampai akhirnya gue tau alurnya, kalau ada case harus lapor ke mana, cek ke mana, kendalanya di mana. Kalau ada retur transaksi harus gimana. Soal kliring warkat debet, ini gue harus belajar sekitar dua minggu dan terus didampingi. 

Prosesnya sederhana sebetulnya, tapi ada batas waktu untuk submit ke kantor pusat. Itu yang bikin deg-degan. Apalagi kalau udah ketemu Letter of Credit atau SKBDN, muka gue udah ga ngenakin, pikiran juga ke mana-mana. Ribet buat gue.

Kedua, soal nasabah. Namanya interaksi sama banyak orang, khususnya di dunia pelayanan, kita dituntut untuk bisa menyesuaikan ketika berkomunikasi dengan mereka. Entah melalui telfon atau tatap muka. Di dunia pelayanan, ada yang beranggapan sebenar apa pun kita sebagai "pelayan" mereka, kalau nasabah lagi kesal, ya kita kena marah juga. Hehe. 

Satu yang pasti, -maaf sebelumnya, mungkin gue salah- gue tidak pernah menganggap nasabah/pelanggan itu adalah raja, buat gue pribadi, ga semua raja itu baik dan bijaksana. Gue tetap melayani dengan baik, tapi tidak sampai berlebihan menganggap mereka raja.

Ketiga, soal rekan kerja. Pertama kali gue datang ke ruangan kerja, pastinya gue deg-degan. Lingkungan kerja baru, suasana baru, teman baru, tanggung jawab baru. Bunda (supervisor yang gue ceritakan di bagian sebelumnya) yang "membuka tangannya" untuk gue pertama kali. 

Gue nanya ke beliau, apa aja yang akan jadi tanggung jawab gue. Gue inget di minggu pertama gue kerja, gue salah input transaksi transferan dalam negeri, gue yang belum ngerti apa-apa ngerasa bersalah banget ketika itu, tapi kesalahan memang harus terjadi biar gue bisa berbenah diri dari kesalahan yang dibuat. 

Mas Iweng sebagai senior yang pemahamannya luas banget soal perbankan, banyak tahu soal transaksi, gue belajar banyak dari beliau. Ada satu kalimat dari Mas Iweng yang gue inget banget dan nempel di kepala sampai dengan saat ini (no offense, Mas Iweng, hanya sekadar mengingat kejadian. Hehe), "lu ga akan ada di sini bareng kita, kalau Sinta (rekan kerja terdahulu) ga pindah posisi". Waktu itu gue bingung dan mikir, "Loh? Ya mau gimana, ini kan rezeki gue, gue pun masuk ke sini usaha sendiri, ga pakai orang dalem". 

Kejadian itu membekas hingga sekarang. Bu Tini, senior yang biasa handle transaksi luar negeri dan penggajian instansi pemerintah pun swasta. Bu Tini ini kalau awal dan akhir bulan ga boleh diganggu, karena lagi sibuk-sibuknya ngurusin gajiannya orang lain. Mas Iweng biasanya selalu ngingetin sambil berbisik, "jangan ganggu lu, tar dimarahin". 

Kalau inget itu, lucu aja, kami jadi ga banyak tingkah di ruangan. Hehe. Ada juga si kliring man, Deri. Dia tiap habis proses kliring, balik dari lembaga kliring, keluhannya hampir selalu sama, "ih, cemilan di kantor abis mulu kalau gue udah balik, ga disisain apa". Kocak, dia selalu keabisan cemilan dan biasanya kami ga inget buat nyisain.

Bagian ketiga sub A, mengenai pergantian rekan kerja. Deri yang pertama kali meninggalkan kursinya, karena pindah bagian menjadi marketing mikro. Masuk Juliano menggantikan Deri. Keliatan banget di awal Ano ga menguasai kliring, wajar, namanya juga pengalaman pertama. 

Dia sering dicengin karena cukup lama proses untuk mengerti apa yang dikerjakan, sampai akhirnya dia bilang, "awas lu semua, ya, gue buktiin setahun ke depan gue udah lebih jago dari kalian", bener aja, dia menguasai betul proses kliring warkat debet. Bunda di mutasi ke unit kerja lain, digantikan oleh Mba Apriyani. 

Orangnya banyak bercanda, sedikit serius. Sebagai supervisor, menurut gue kharismanya ga ada, mungkin karena kebanyakan bercanda (haha, peace, Mba!), yang pasti pintar. Kalau gue palak buat jajan, selalu ngasih, sama kayak Bunda yang selalu kasih tambahan kalau kami mau jajan. Hehe. Terakhir, Mas Iweng akhirnya resign karena prinsip. 

Sedih rasanya, kehilangan Bunda dan Mas Iweng dalam waktu yang berdekatan, Bu Tini sampai nangis, tapi itu harus terjadi. Lalu masuk Mba Lely yang tanpa disangka sangat gemar jajan, sehingga kalau dia jajan, otomatis kami kebagian. Salah satu orang yang mudah "dipalak" untuk tambahan jajan. Hehe.

Keempat, bagian gue yang resign. Sebetulnya gue sudah merencanakan ini dari awal bekerja, dalam dua sampai tiga tahun, gue harus kembali ke "area" yang memang gue senangi, jadi rekrutmen atau staff HRD. Gue mengajukan resign di bulan Mei 2017, notice satu bulan, efektif tidak bekerja 1 Juli 2017. Setelahnya gue menganggur selama kurang lebih dua minggu. 

Dalam keadaan sisa uang di rekening dua juta, sudah memiliki seorang anak dan seorang istri (lah, iya, istri satu aja, dong), ditambah belum bekerja kembali. Pusing? Pasti, dong! Tapi tetap harus dijalani dan dihadapi.

Setelah gue resign, kehidupan dan lembar baru dimulai. Mulai pusing, mulai deg-degan belum dapet kerja, mulai panik istri dan anak makan apa. Haha.

Kejadian ini menjadi tolak balik gue sampai akhirnya mendapatkan pekerjaan yang gue inginkan. Ini akhir dari pengalaman kerja pertama, namun awal dari sebuah perjalanan karir yang baru. Terakhir, sekaligus akan berhadapan kembali dengan pengalaman kerja yang pertama. Bertolak belakang.

Perlu diingat, kantor itu bukan tempat yang tepat untuk mencari kenangan, mungkin ada beberapa kejadian yang bisa dikenang, namun akan lebih tepat jika kantor dijadikan tempat menemukan pengalaman.

Lalu, tiba-tiba gue inget quote dari Steven Gerrard sebelum dia meninggalkan Liverpool, klub yg dia bela selama kurang lebih 17 tahun, "it's hard to move on, but you do, you have to".

Baca juga:

Catatan Seorang Perekrut #2

Catatan Seorang Perekrut #1

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun