Mohon tunggu...
Paelani Setia
Paelani Setia Mohon Tunggu... Guru - Sosiologi

Suka Kajian Sosial dan Agama

Selanjutnya

Tutup

Metaverse

Bermain Games Online, Menggila di Kala Pandemi?

22 Agustus 2020   11:06 Diperbarui: 22 Agustus 2020   11:00 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Herwin Bahar/Zuma/Rex/Shutterstock/The Guardian

Selama pandemi, lingkungan tiga dimensi digital adalah tempat terjadinya banyak kehidupan.

Bahkan sebelum pandemi dan PSBB, game dengan cepat muncul sebagai salah satu hiburan favorit dunia. Tetapi ketika hiburan langsung terhenti, jenis virtual baru saja diluncurkan.

Pandemi menyebabkan box office di AS turun setidaknya 97 persen, sementara pendapatan game naik lebih dari 50 persen. Selanjutnya, pelebaran bandwidth, dan kualitas games membuat game digital lebih menyenangkan untuk dimainkan di ponsel. 

Bahkan, secara global, menurut The York Times pendapatan game global meningkat tajam dari di bawah $20 miliar pada tahun 2010 dan berada di jalur yang tepat untuk mencapai $160 miliar tahun 2020---lebih pendapatan penjualan buku, musik, atau film.

Menariknya, bermain game lebih dari sekadar menggantikan bentuk hiburan lainnya. Games juga menyediakan lingkungan tiga dimensi virtual di mana orang dapat berinteraksi dengan bebas, mengembangkan konten, dan menyebarkan pengetahuan dengan cara baru. 

Meskipun dibangun oleh mereka pembuat kode yang kreatif untuk tujuan bermain, platform yang berkembang pesat ini membentuk masa depan ekonomi virtual--dan tentunya masa depan dunia maya.

Selama lockdown di Barat dan PSBB di Indonesia, platform game telah berkembang pesat sebagai tempat untuk semua jenis acara. Termasuk, guru yang cerdas mengadakan kelas online di mana siswanya sudah menghabiskan waktunya: di situs yang berfokus pada game seperti Twitch dan Kahoot. 

Orang-orang mengadakan pesat Mobile Legend termasuk turnamen yang menghasilkan pundi-pundi pendapatan. Termasuk anak-anak sekolah yang justru fokusnya bermain games, dan beralasan menghabiskan kuota internet untuk belajar. Padahal sebaliknya!

Mahasiswa di Universitas malah bermain games, dibanding menyelesaika tugas kahir mereka, ini tentu ironis disaat mereka lebih menunda kelulusannya.

Sadar akan ancaman yang ditimbulkan oleh perusahaan game, raksasa internet seperti Apple, Amazon, dan Google berlomba untuk mengontrol saham atau disebut "metaverse" dengan tujuan mengantisipasi kedatangan dunia online parallel, yakni meningkatnya konsumsi games. 

Terbukti, perusahaan seperti Microsoft telah membeli pelopor game online seperti Mojang Studios, pencipta Minecraft, dan memiliki peluang kembali menghasilkan banyak keuntungan.

Namun demikian, kritikus menuduh raksasa internet tersebut mengambil potongan yang tidak adil dari hampir $120 miliar pasar global untuk aplikasi seluler, tiga perempatnya dihabiskan untuk aplikasi game.

Kebiasaan bermain games yang merupakan prospek dunia virtual yang dibangun di atas platform game dapat mengganggu ketenangan mereka yang melihat game digital sebagai pemborosan waktu yang mematikan pikiran dan pelatihan mendalam tentang perilaku antisosial yang paling buruk. Tapi hal ini juga sering dipandnag ketinggalan jaman. 

Bahkan ada bukti yang menunjukkan bahwa memainkan permainan ini dapat memberikan efek yang menguntungkan, termasuk peningkatan keterampilan spasial, motivasi, dan konsep pembelajaran.

Apa yang mungkin dilakukan di dunia game mungkin diambil pengalaman online yang dan menambahkan dimensi ketiga yang lebih kaya dalam kehidupan. Harapannya dapat diperoleh "dunia" yang sepenuhnya terwujud di mana orang dapat bekerja, bermain, belajar, dan berbelanja dengan cara yang lebih imersif, mendorong interaksi sosial, kreativitas, dan inovasi yang lebih besar.

Sayangnya, fenomena ini khususnya jika dilihat di Indonesia masih berkonotasi negatif. Umumnya masih banyak dampak negatif dari kebiasaan baru ini. Ini disebabkan oleh berbagai faktor termasuk sikap dan kesadaran rendah dalam memaknai games.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Metaverse Selengkapnya
Lihat Metaverse Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun