Mohon tunggu...
Setiyo Bardono
Setiyo Bardono Mohon Tunggu... Administrasi - Staf Kurang Ahli

SETIYO BARDONO, penulis kelahiran Purworejo bermukim di Depok, Jawa Barat. Staf kurang ahli di Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MAPIPTEK). Antologi puisi tunggalnya berjudul Mengering Basah (Aruskata Pers, 2007), Mimpi Kereta di Pucuk Cemara (Pasar Malam Production, 2012), dan Aku Mencintaimu dengan Sepenuh Kereta (eSastera Malaysia, 2012). Novel karyanya: Koin Cinta (Diva Press, 2013) dan Separuh Kaku (Penerbit Senja, 2014).

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Artikel Utama

Saldo (Bagian 2)

14 Mei 2015   23:19 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:02 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Cerita sebelumnya ada di Bagian 1

Paijo turun dari KRL dan mengikuti arus keluar penumpang menuju pintu keluar Stasiun Depok Baru. Seusai mengantri, ia menempelkan KMT di gate out. Ia membolak-balik KMT, namun lampu indikator tak jua menyala hijau. Saat seorang petugas menghampirinya, Paijo melihat goresan tanda tangan di KMT. Paijo tersadar bahwa itu bukan KMT miliknya.

"Maaf Pak salah kartu," kata Paijo kepada petugas.

Paijo merogoh KMT lain yang ada di dalam saku celananya. Begitu menempel di gate out, lampu indikator langsung menyala hijau. Ia bergegas keluar, melangkah menuju deretan lapak pedagang buah tak jauh dari ujung peron stasiun. Musim Duku Palembang sudah usai, lapak-lapak dikuasai oleh salak pondok dan jeruk.

"Berapa Bang?" tanya Paijo sambil mencicipi jeruk yang sudah terkelupas. Rasanya manis juga.

"Biasa sekilo lima belas ribu," kata pedagang jeruk.

"Sepuluh ribu ya Bang."

"Belum bisa Pak. Kalau beli dua kilo bisa dua puluh lima ribu."

"Sekilo saja deh."

Sambil memilih jeruk, peristiwa sebelumnya melintas dalam pikiran. Pikiran rusuh berhasil membujuknya untuk menggunakan KMT Temuan. Saat kakinya tinggal selangkah lagi melewati pintu masuk Stasiun Gondangdia, suara Adzan terdengar. Paijo berhenti dan memutuskan untuk Sholat Isya. Basuhan air wudhu, perjalanan rakaat dan doa meluruhkan niatan kusut di hatinya.

Walaupun sisa saldo di KMT temuan begitu menggoda, ia tak berhak menggunakannya. Sebagai seorang office boy, ia terbiasa membawa uang pas saat bekerja. Tapi itu bukan alasan untuk memanfaatkan keadaan. Uang tiga puluh ribu di sakunya masih cukup untuk mengisi ulang KMT dan membayar angkot. Permintaan istrinya untuk membeli jeruk masih bisa dipenuhi walau hanya sekilo saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun