Mohon tunggu...
Sesde Seharja
Sesde Seharja Mohon Tunggu... Konsultan - Tourism Specialist in Jambi, Indonesia

Bekerja sebagai Aparatur Sipil Negara di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jambi. Menyelesaikan studi jurusan pariwisata di Akademi Pariwisata Bunda (Diploma of Tourism), Fakultas Pariwisata Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (Bachelor of Tourism) dan Pascasarjana (S2) di Sekolah Tinggi Pariwisata Ambarrukmo Yogyakarta (Master of Tourism).

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjelajah Sungai Batanghari (Terpanjang di Sumatera), Pariwisata Jambi

12 November 2016   03:30 Diperbarui: 12 November 2016   03:47 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah mendengar cerita panjang tentang sejarah Orang Kayo Hitam kami berpamitan untuk melanjutkan perjalanan, hari sudah mulai gelap...semua peserta menaiki kapal, kebanyakan dari peserta sudah terlihat capek dan beristirahat sesuai dengan PW (posisi wueeenak) nya masing-masing, begitu juga saya yang tidak mau melewatkan kesempatan berharga ini, dan.....saya pun tertidur di dalam lambung kapal dengan kondisi lambung saya yang kekenyangan setelah menikmati hangatnya mie rebus buatan koki kapal  yang baik hati haha...ZzZzzZZzZzz..... (catatan : gak pake ngorok)

Didalam tidur samar-samar terdengar suara nyanyian..ingin sekali rasanya bangun untuk mencari sumber suara itu, didalam keadaan setengah sadar saya merasa dilema karena harus memilih antara tidur dan bangun haha.., akhirnya dengan suatu gerakan cepat ala bruce lee saya bergerak bangun dan langsung berdiri hiyaaaa..eittsss!!, saya berjalan pelan-pelan sambil menyelinap untuk mengintip sumber suara itu, alangkah terkejutnya! dari sebuah jendela kapal yang kecil terlihat orang-orang berkumpul dan bernyanyi diatas mulut kapal, sungguh suasana yang WOW bernyanyi bersama di iringi gitar, gendang dan hempasan air yang menghantam dinding kapal, di terangi oleh rembulan dan bintang-bintang sebagai pencahayaan, dan..akhirnya saya memutuskan untuk bergabung dan ikut bernyanyi (maaf kalo narasi dan kalimatnya agak lebay, supaya gak bosan haha..)

Kira-kira jam 01:00 WIB (pagi) kapal kembali bersandar dan ternyata kami telah sampai di tujuan yaitu kampung laut, kedatangan kami disambut hangat oleh masyarakat dan selanjutnya menuju sebuah balai desa untuk ramah tamah. Setelah ramah tamah kami dianjurkan untuk beristirahat di beberapa rumah penduduk (jika tidak istirahat kemungkinan besar akan timbul korban haha..)

Pukul 05:00 WIB (pagi) semua peserta kembali berkumpul untuk bersiap-siap menuju beting, beting adalah pulau atau daratan di tengah laut yang terbentuk karena surutnya air laut, untuk menuju beting diperlukan waktu lebih kurang 1 jam perjalanan menggunakan boat/perahu lokal dari kampung laut.

Ada apa di beting? di beting terdapat populasi sumbun (kerang bambu) yang katanya populasinya hanya ada 2 di dunia yaitu di Kampung Laut dan di China (sampai saat ini informasi ini belum jelas kebenarannya). bagi masyarakat setempat..sumbun atau kerang bambu merupakan salah satu makanan favorit dan direkomendasikan bagi pecinta sea food. untuk berburu sumbun peralatan yang dipakai adalah bambu kecil yang diisi dengan kapur ditambah dengan sebuah stik/kayu kecil, untuk memancing sumbun stik yang sudah di oleskan kapur di celupkan kedalam lobang yang merupakan sarang/rumah sumbun, setelah di celupkan tunggu beberapa saat dan taraaaaa...kemudian sumbun akan keluar dengan sendirinya karena mabook akibat efek kapur tersebut. 

Selain berburu sumbun di beting kita juga bisa melakukan atraksi meluncur di atas lumpur seperti layaknya surfing dengan menggunakan papan khusus yang dibuat oleh masyarakat setempat yang bentuknya juga mirip dengan papan surfing (jujur..saya lebih menikmati atraksi ini ketimbang nyari sumbunnya haha..)

Tak terasa sudah 2 jam kami di beting/pulau, saatnya segera kembali ke kampung laut karena jika terlalu lama maka air laut akan mulai naik/pasang. Sesampai di kampung laut kami menyerahkan hasil perburuan sumbun ke masyarakat untuk dimasak sebagai menu makan siang. Sambil menunggu makan siang kami menyempatkan untuk berkunjung ke perkampungan suku Duano (suku laut) yang berprofesi sebagai nelayan, mereka asal /keturunan Sulawesi Selatan yang sudah lama bermukim di Kampung Laut. di perkampungan suku Duano kami mendengarkan cerita tentang tradisi kehidupan mereka yang banyak dihabiskan untuk melaut

Setelah makan siang kami berpamitan kepada masyarakat setempat untuk kembali ke Kota Jambi. Perjalanan dari kampung laut ke Kota jambi dibutuhkan waktu yang sama lebih kurang 6 jam dengan menggunakan kapal berkecepatan rendah, didalam perjalanan kami menyempatkan untuk berhenti di pelabuhan Kota Sabak untuk beristirahat, makan, minum dan membeli tambahan bekal (cigarretes is my priority)

Bagi saya pribadi perjalanan ini sungguh pengalaman yang menyenangkan karena ini adalah pengalaman pertama menelusuri sungai karena saya adalah orang pegunungan haha...

Banyak pengalaman yang bisa didapat dari perjalanan ini, kagum akan banyak potensi pariwisata yang bisa di kembangkan di Provinsi Jambi baik itu wisata alam, sejarah, budaya dan kearifan lokal lainnya

Sekian dulu guys, terima kasih sudah menyempatkan waktunya untuk berbagi pengalaman, harapan saya semoga tulisan ini  bermanfaat bagi semua orang, Amin... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun