Mohon tunggu...
Seri Bulan Siregar
Seri Bulan Siregar Mohon Tunggu... Hanya warga sipil biasa

Mengabadikan setiap moment dalam bentuk tulisan. (⚠️ Blog ini bersisi tulisan random berupa Artikel, Cerpen dan puisi) Terima kasih yang berkenan mampir dan membaca 🙏

Selanjutnya

Tutup

Financial

Dilema anak kos Antara memasak sendiri atau beli lauk : Mode Menghemat Biaya Hidup

2 Juni 2025   22:37 Diperbarui: 2 Juni 2025   22:37 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masakan sederhana Sumber Dokumentasi Pribadi.


Sebagai perantau yang berstatus menjadi anak kost yang tentunya jauh dari orang tua. Sudah pasti tidak ada yang memasak dan menyajikan makanan lagi, tidak ada yang menegur kalau lupa makan, tidak ada yang cerewet saat makan sedikit, tentu itu adalah moment yang sangat dirindukan ketika kita tidak di rumah lagi. Bahkan kecerewetan ibu yang selalu mengingatkan makan, saat ini menjadi momen yang dirindukan.


Saya yakin tidak banyak orang yang menginginkan hal itu,tapi yang namanya tuntutan kehidupan apa saja harus dilakukan.
Halnya orang yang harus berstatus sebagai anak kost/perantau, mereka meninggalkan rumah dengan harapan mendapatkan kehidupan yang terbaik di perantauan. Doa dan harapan ayah dan ibu selalu menyertai setiap langkah bahkan mereka tidak pernah absen mengingatkank agar selalu menomorsatukan ibadah dan kesehatan, harus menjaga pola makan, istirahat yang cukup.


Hal paling utama yang mereka ingatkan adalah agar jangan lupa makan. Ngomong-ngomong soal makan, pasti langsung terlintas di pikiran adalah sarapan, makan siang dan makan malam. Saat itulah kebingungan mulai melanda, nanti makan apa? Sarapan makan apa dan masak sendiri atau beli?


Banyak hal yang harus dipertimbangkan jika masak sendiri maupun beli. Baik dari segi harga, kualitas, rasa maupun nilai gizinya. Keduanya memang memiliki hal baik dan kurang baik masing-masing. Saya berstatus sebagai perantau dari Sumatra Utara ke pulau Jawa tepatnya di Tangerang, tentunya banyak yang berbeda baik dari segi bahasa, budaya bahkan makanan.

 Pastinya membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan semua perubahan itu. Dari segi bahasa saya tidak begitu kewalahan, karena memang menggunakan bahasa Indonesia, tapi logatnya yang masih kental. Kalau dari segi makanan barulah sedikit kesulitan, karena selama ini tidak terbiasa dengan makanan yang manis, sejak kecil sudah terbiasa dengan makanan pedas dan sedikit asin.


Setahun pertama, karena sedikit susah bagi waktu saat kerja, saya memilih membeli nasi dan lauk saja, hampir semua warteg saya coba, mana yang enak dan cocok dilidah disitulah paling sering. Sering juga beli nasi Padang. Alhasil, saya lebih BOROS dan makan jadi tidak teratur. Beberapa hal berikut yang mungkin saya rasakan saat masih beli lauk untuk makan pagi siang atau malam, diantaranya:


1. Makan jadi tidak teratur, bahkan beli makan siang itu untuk makan pagi, siang dan malam, istilahnya meng qhada makan.


2. Rasa kurang pas di lidah, apalagi orang lain yang memasaknya, bahkan kita juga tidak tau cara mengolahnya bagaimana higienis apa tidak karena kita belinya yang sudah matang.


3. BOROS. Tidak bisa dipungkiri ini memang terjadi.


4. Lauk atau nasi sering kali yang saya beli adalah sisa kemarin atau semalam, bahkan pernah juga saya beli makan ternyata sudah basi. Hm.


Selain hal negatif diatas, ternyata ada hal positif dari beli makan bagi anak kost yaitu praktis dan simpel, tidak perlu capek-capek memasak, kalau kelaparan tinggal delivery dan tunggu beberapa saat, makanan sudah tersaji di depan mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun