Mohon tunggu...
Aryanto Seran
Aryanto Seran Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, Pengguna Sosial Media Aktif

WNI

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Beda Fahri Hamzah di "Mata Najwa" dan Media Sosial

3 Mei 2018   13:49 Diperbarui: 4 Mei 2018   00:19 3441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(KOMPAS.com/Nabilla Tashandra)

Hampir sepekan sudah kejadian seorang ibu dipersekusi sekelompok orang pada tanggal 29 april 2018 saat Car Free Day di Jakarta terus dibahas bahkan menjadi pemantik perang pandangan dan statement di media.

Ditambah lagi peristiwa meninggalnya dua orang bocah di Monumen Nasional (Monas) pasca pembagian sembako seakan menjadi tambahan bensin yang disiram ke tengah api. Pengguna media sosial ramai berdebat, pun politisi saat tampil di berbagai acara televisi.

Hari Rabu malam, tanggal 2 Mei 2018, tepatnya di acara Mata Najwa (Trans 7) tampil Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah, Politisi partai Gerindra Ahmad Riza Patria, Guru Besar Hukum Tata Negara UII Prof. Mahfud MD, politisi PDI Perjuangan Maruarar Sirait, Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya dan Budayawan Prie GS.

Para politisi dan ahli ini kemudian beradu pendapat atau lebih tepatnya berdiskusi tentang kisruh perang pandangan yang dipicu kejadian Car Free Day dan Monas. Saya yakin, Anda pembaca sudah mengetahui disposisi Fahri Hamzah, A. Riza Patria, apalagi Marwan Sirait di acara ini.

Menariknya, tema besar yang digagas Najwa Shihab dalam acaranya malam itu adalah "Bara Jelang 2019". Bara, literally berarti arang yang terbakar dan masih berapi. Tapi kalau ditambahkan imbuhan me-, kata bara berubah menjadi "membara" yang berarti sangat panas atau berapi-api. Dalam arti positifnya bisa dipahami sebagai semangat yang sedang menyala-nyala. Tapi dalam arti sebaliknya justru menggambarkan suatu konflik yang benar-benar panas.

Bara Jelang 2017 menunjuk jelas pada suasana jelang Pemilu 2019. Di sana ada "bara" yang berarti ada semangat yang sedang menyala-nyala menyambut pesta demokrasi yang tinggal setahun lagi bagi masyarakat Indonesia; di sana ada pula perseteruan, perang, kisruh dan adu strategi dari kubu-kubu politik demi memenangkan kader partainya di Pemilu 2019.

Hari ini, "bara" itu adalah dua kejadian besar di antara sekian banyak yaitu kejadian Car Free Day dan Monas. "Bara" di antara pemakai kaos bertagar "Dia Sibuk Kerja'' dan pemakai kaos bertagar "2019 Ganti Presiden" semakin membara ketika terjadi insiden dugaan adanya bentuk tindakan intimidasi kepada seorang ibu dan anaknya.

Dari kejadian di Monas pun sama, ketika banyak yang menafsirkan bahwa peristiwa kemanusiaan yang miris di mana meninggalnya dua orang bocah telah dengan sengaja ditutup-tutupi oleh otoritas tertentu karena disposisi penyelenggara acara.

Sesungguhnya kedua kejadian itu tak akan "membara" jika peran media khususnya media sosial belum sehebat zaman ini. Berbagai macam pengguna, baik yang memakai nama asli maupun palsu alias anonim berperang. Dua kejadian ini memang telah menjadi kejadian yang sarat bermuatan politik.

Peran media bagi kehidupan manusia di tahun 90-an digambarkan Jostein Gripsurd dalam bukunya Understanding Media Culture (1999) sebagai tamu tak diundang yang masuk sampai ke kamar-kamar tidur setiap pemilik radio dan televisi. Ia masuk ke rumah sebagai orang asing yang tidak diundang namun perlahan-lahan membuat manusia merasa nyaman dengan kehadirannya.

Ini yang terjadi pada era media baru (new media) saat ini, dan ini yang terjadi pula di Indonesia saat ini. Kekuatan media sosial tidak hanya masuk ke kamar-kamar istirahat tapi bahkan sampai ke kamar mandi dan toilet. Di atas kloset, seseorang menerima kehadiran tamu tak diundang yang tanpa disadari telah membuatnya nyaman. Ia ditemani tamu-tamu tak diundang berupa informasi kejadian, pandangan, curahan hati maupun propaganda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun