Mohon tunggu...
Septin Puji Astuti
Septin Puji Astuti Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Tidak ada yang lebih istimewa selain menjadi ibu dari empat anak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Aktifitas Belajar Anak di Sekolah di Inggris

30 Maret 2013   01:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:01 1794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seperti halnya di Indonesia, di Inggris setiap akhir term, orangtua diundang ke sekolahan. Tetapi bukan untuk melihat rapor anak. Melainkan lebih pada melihat pekerjaan anak-anak selama di sekolah.

Dalam hal usia masuk sekolah, Indonesia dan Inggris juga berbeda. Jika di Indonesia, sekolah SD itu dimulai usai 6 atau 7 tahun. Sementara di Inggris, anak usia 4 tahun sudah masuk SD. Lebih dini setahuan. Tapi anak usia 4 tahun namanya bukan kelas 1. Melainkan Reception. Baru kemudian di usia 5 tahun, anak masuk ke year 1 dan seterusnya. Jika dibandingkan dengan Indonesia, usia masuk kelas 1 setahun lebih muda.

Kembali ke pertemuan walimurid dengan guru. Apa yang dilakukan dalam pertemuam wali murid dengan guru?

Sekolah menunjukkan semua hasil karya anak ke orangtua. Mulai dari kegiatan menulis, belajar matematika, spelling, belajar science, dan seni.

Kegiatan menulis di sekolah-sekolah Inggris memang sangat intens. Hampir setiap hari anak-anak belajar menulis.

Berawal dari belajar spelling. Ada 10 sampai 20 kata yang harus dipelajari anak setiap minggunya. Kata yang didiktekan tergantung kelasnya. Di Year 1 lebih mudah daripada Year2 dan Year 2 lebih mudah dari Year 3 dan seterusnya. Selain itu, kata-kata yang didiktekan juga sesuai dengan tema di term tersebut.

Sebagai contoh, di Year 3, anak belajar kata-kata yang sudah mendapat imbuhan. Misal pada hari tertentu belajar comparative dan superlative adjectives, yaitu later, latest, hotter, hottest,  dan seterusnya. Di waktu lain belajar kata yang berakhiran -less, -able, -tion dan lain-lain. Di waktu lain lagi, belajar huruf-huruf yang sangat berhubungan dengan tema. Jika temanya laut, kata-kata yang dipelajari adalah benda-benda laun dan seisinya. Misal seahorse, coral, whale, plankton, dan seterusnya.

Evaluasi dilakukan setiap kali selesai spelling. Tidak ada nilai 100, 50 atau 25 seperti di Indonesia. Tetapi lebih pada menghitung berapa jumlah kata yang bisa ditulis dengan benar. Jika anak hanya bisa menulis kata yang benar sejumlah 10 dari 15 pertanyaan, berarti akan tertulis angka 10.  Jika anak bisa menjawab pertanyaan 10 dari 10 pertanyaan, maka juga akan ditulis 10.

[caption id="attachment_235255" align="aligncenter" width="504" caption="Spelling di Year 3 (Foto: Septin)"][/caption]

Selain spelling, menulis menjadi pelajaran yang hampir selalu dilakukan di kelas. Menulis apa? Mulai dari menulis yang sederhana, yang hanya satu kalimat saja hingga menulis satu paragraf atau beberapa paragraf.

Ada bebarapa latihan untuk menulis sederhana. Misal mengungkapkan resolusi di tahun depan. Bisa juga membuat satu kalimat untuk mencegah bullying. Di bawah ini tulisan anak Year 2, ketika baru 3 bulan berada di Inggris. Tujuan pembelajarannya adalah anak bisa menyampaikan resolusi untuk tahun depan. Meski tulisannya masih salah, tetapi guru memberi apreasiasi lebih yang ditunjukkan dengan stempel "Great Work". Kemudian ada kata LO (Learning Objective) itu berarti sudah mencapai tujuan pembelajaran. Jadi ketika si anak sudah bisa mengungkapkan resolusinya yaitu membantu ibu mencuci pakaian. Ini berarti anak sudah paham perintah dan sudah mencapai tujuan pembelajarannya.

[caption id="attachment_235250" align="aligncenter" width="482" caption="Tulisan anak saya ketika usia 7 tahun (di Year 2) ketika awal-awal masuk sekolah di Inggris,  (Foto: Septin)"]

13645430861012541109
13645430861012541109
[/caption]

Di kelas lebih tinggi, pelajaran menulis jelas lebih meningkat tingkat kesulitannya. Grammar sudah mulai diperhatikan. Penggunaan linking words juga diajarkan. Jumlah kalimatnya juga bertambah. Tidak hanya satu kalimat, tetapi beberapa kalimat. Biasanya seperempat atau setengah halaman setiap kali belajar menulis.

Di bawah ini adalah gambar hasil menulis anak Year 3. Di tulisan paling atas, anak belajar connective words. Jika dilihat hasilnya, masih belum bisa membedakan kapan huruf besar dan huruf kecil digunakan. Tetapi itu bukan tujuan pembelajaran (LO). Tujuan pembelajarannya adalah anak bisa menggunakan berbagai kata penghubung (connective words). Di tulisan itu, ada kata However, Also dan But telah digunakan sebagai kata penghubung antar kalimat. Oleh karenanya berarti LO sudah tercapai.

[caption id="attachment_235261" align="aligncenter" width="504" caption="Pelajaran menulis di Year 3 (Foto: Septin)"]

1364547821587527266
1364547821587527266
[/caption]

Di dua tulisan di bawahnya, nampak LO 1/2. Ini berarti tujuan pembelajaran yang ingin dicapai belum terpenuhi. Di tulisan nomer dua, tujuan pembelajarannya adalah membuat kalimat deskriptif. Meski anak sudah menggunakan kata-kata sulit, tetapi jika anak masih belum bisa membuat kalimat deskriptif, masih belum bisa dibilang sudah mencapai tujuan pembelajaran.

Ada yang menarik lagi, dalam belajar menulis tidak perlu menulis yang sulit-sulit. Sesuai dengan pengalaman anak. Jadi namanya menulis bukan pelajaran mengarang atau belajar menulis fiksi. Melainkan menulis apa yang ingin ditulis sesuai dengan kemampuan anak. Oleh karenanya, yang paling mudah adalah menulis sesuai pengalaman anak.

Misal di tulisan berikut. Tujuan pembelajarannya adalah untuk mengetahui bahwa asal-usul itu sangat penting. Dituliskan di tulisan hasil anak Year 3 di bawah ini adalah tentang pengalamannya dengan sepupu dalam belajar sepeda. Meski akhirnya di akhir kalimat adalah semacam curhat si anak karena tidak bisa bersepeda lagi karena tidak punya sepeda atau jarang latihan, tetapi si anak sudah bisa memberi penjelasan mengenai bantuan sepupunya dalam belajar sepeda dan berarti tujuan pembelajaran sudah tercapai.

[caption id="attachment_235279" align="aligncenter" width="336" caption="Tulisan anak Year 3 (Foto: Septin)"]

1364549554898850980
1364549554898850980
[/caption]

Dari empat tulisan di gambar di atas, untuk evaluasinya tidak ada nilai 100. Tetapi lebih bernilai kualitatif yaitu sudah memenuhi tujuan pembelajaran, belum (hampir) memenuhi tujuan pembelajaran atau tidak memenuhi tujuan pembelajaran. Di bawahnya juga dituliskan catatan. Baik catatan pujian atau hanya komentar saja, atau catatan yang berupa saran, jika tujuan pembelajaran belum tercapai.

Itu semua untuk belajar menulis. Bagaimana belajar matematika?

Pelajaran matematika di sekolah di Inggris tidak hanya berhitung saja. Tetapi juga melatih kemampuan logika dan analitik.

Anak belajar berhitung seperti halnya di sekolah-sekolah di Indonesia. Penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian sudah diajarkan di Year 2. Di Reception (pra SD) juga sudah diajarkan penjumlahan saja. Namun herannya, meski sudah diajarkan sejak Reception, hingga Year 3-pun pelajaran berhitungnya juga masih biasa saja.

Hanya saja, pelajaran berhitung di Year 3 menggunakan angka-angka lebih besar. Latihannyapun sedikit, hanya 5 sampai 10 soal saja. Namun, dibalik sedikitnya pelajaran berhitung ternyata saya menemukan hal lain. Anak tidak hanya digiring untuk mampu berhitung saja, tetapi juga mampu memahami apa berhitung itu.

Jika di waktu tertentu, ada waktu khusus untuk latihan berhitung. Pada waktu itu anak diberi soal penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pengurangan seperti halnya di sekolah-sekolah di Indonesia. Tetapi di waktu lain, anak diajak berfikir bagaimana proses angka itu bisa dihasilkan. Pun diajak berfikir apa makna dari tanda aritmatika tambah, minus, kali dan bagi.

Sering kita tidak paham apa makna 3 x 4 yang sebenarnya adalah 3 kali 4 atau 4 + 4 + 4. Ini berarti 3 x 4 tidak sama dengan 4 x 3. Jika 3 x 4 itu adalah 4 + 4 + 4, yaitu proses penjumlahan 4 sebanyak 3 kali. Sementara 4 x 3 adalah 3 + 3 + 3 + 3 atau proses penjumlahan 3 sebanyak 4 kali. Jika hanya belajar hasil, tentu 3 x 4 adalah sama dengan 4 x 3. Tetapi proses dari 3 x 4 tentu berbeda dengan 4 x 3.

Apa implikasinya, jika anak diajari sejak awal mengenai proses, mereka tidak akan berorientasi hasil. Mereka akan lebih mencari proses yang benar. Proses yang benar sudah barang tentu akan menghasilkan hasil yang benar. Kelebihannya, mental anak akan lebih diarahkan untuk selalu melalui proses yang benar.

Ada lagi yang menarik. Jika saya dulu waktu belajar matematika selalu mencari jalan tercepat supaya saya bisa menyelesaikan soal matematika dengan cepat. Ini sangat membantu kita mengerjakan soal-soal matematika degan singkat saat ujian. Makanya itu kemudian muncul metode simphoa, jaritmatika dan lain-lain yang sangat berguna membantu anak untuk bisa berhitung cepat.

Semua itu tidak buruk. Buktinya, anak saya yang sempat saya ajari jaritmatika, ternyata membuat dia naik satu level di atas standar level nasional. Gurunyapun sempat terkagum-kagum dengan cara berhitung anak saya yang dibilang unik. Tetapi apakah kemudian ini menjamin anak mahir dalam matematika?

[caption id="attachment_235287" align="aligncenter" width="626" caption="Belajar Matematika di Year 3 (Foto: Septin)"]

13645518891030071099
13645518891030071099
[/caption]

Di Inggris, latihan berhitung tidak seketat di Indonesia. Jadi, pelajaran matematika di sekolah Inggris untuk masalah kecepatan berhitung, anak-anak Indonesia bisa diunggulkan. Karena memang kecepatan berhitung bukanlah satu-satunya tujuan pembelajaran matematika.

Selain berhitung, dalam pelajaran matematika, anak juga belajar analisis angka. Di gambar di atas, gambar tengah dan gambar kanan mengajak anak membaca histgram. Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Tidak hanya itu saja, anak juga diberi kesempatan membuat pertanyaan sendiri. Membuat pertanyaan sendiri inilah yang melatih anak untuk berpikir kritis mengenai apa yang dia lihat.

Evaluasinya sifatnya juga kualitatif. Bukan lebih ke penilaian yang berfokus pada angka 0 sampai 100. Jadi sama dengan pelajaran menulis. Jika anak sudah mencapai tujuan pembelajaran, berarti bisa dikatakan lulus. Tidak lupa, meski dalam matematika, guru selalu memberi komentar di bawahnya untuk mendorong anak lebih giat berlatih lagi.

Bagaimana pelajaran science di sekolah?

Di kelas yang lebih tinggi, anak mulai mengenal science. Tetapi di laporan sekolah, science tidak dimasukkan dalam semacam laporan studi di akhir semester seperti halnya writing, listening, reading dan matematika.

[caption id="attachment_235288" align="aligncenter" width="598" caption="Mengenal elektronika untuk Year 3 (Foto: Septin)"]

1364554325775221471
1364554325775221471
[/caption]

[caption id="attachment_235290" align="aligncenter" width="576" caption="Belajar Biologi untuk Year 3 (Foto: Septin)"]

13645544041439192906
13645544041439192906
[/caption]

Belajar science di sekolah lebih pada identifikasi dan memahami topik-topik tertentu. Misal dalam topik listrik. Anak diminta menyebutkan alat-alat listrik yang dilihat di sekolah. Sebelum anak diberi pertanyaan, guru menerangkan mengenai topik yang akan dibahas pada hari itu. Kemudian anak akan diberi pertanyaan sesuai dengan keterangan guru. Awalnya anak diajak untuk mengidentifikasi apa saja yang terkait dengan listrik. Kemudian dikenalkan dengan ada apa dengan Listrik. Apa sebab timbulnya listrik dan seterusnya.

Jika anak sudah bisa menangkap apa yang diberikan oleh guru pada hari itu, berarti tujuan pembelajaran tercapai. Jika anak bisa menjawab melebihi ekspektasi guru, tentu saja diperbolehkan dan tentu saja akan mendapat apresiasi dari guru dengan diberi komentar-komentar yang indah.

Seperti halnya dalam menulis dan matematika, tidak ada angka nominal untuk mengevaluasi pembelajaran. Melainkan kalimat kualitatif dan ini biasanya lebih ke sudah tercapai tujuan pembelajaran atau tidak.

Tulisan sebelumnya: Mengintip Sekolah di Inggris Yuk

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun