Masyarakat Harus Bagaimana?
Tantangan terberat tentu saja menghadapi kepanikan masyarakat, karena pandemi langsung berdampak pada aktivitas riil mulai dari pendidikan, pemerintahan, hingga ekonomi.
Dalam kondisi serba sulit seperti ini, hanya menuntut upaya pemerintah mungkin tidak sepenuhnya memberikan solusi. Mau tidak mau, masyarakat harus berperilaku cerdas di tengah ketidakpastian.
Seperti kita tahu, pada krisis ekonomi 1998 dan 2008, Indonesia turut mengalami resesi, namun dapat bertahan cukup kuat. Salah satu tonggak kekuatan Indonesia adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
UKM dapat menjadi penyangga ekonomi nasional, karena lebih gesit dalam menggerakkan ekonomi domestik. Di tengah berbagai pembatasan dan keterbatasan barang impor, produk UKM seharusnya dapat lebih berperan.
Salah satu contohnya berbagai usaha kecil dan menengah yang telah beradaptasi dengan teknologi justru berpotensi meraih penjualan dari e-commerce. Makin banyak penjual makanan, groceries atau consumer goods yang mau tidak mau belajar memasarkan barangnya secara daring.
Momen ini juga menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat untuk dapat lebih cerdas mencari dan menerima informasi, jika kita selalu berpandangan negatif maka hasilnya aksi-aksi tidak produktif seperti menebar hoax dan menimbun barang, tapi jika kita bisa berpandangan positif maka aktivitas kita akan lebih produktif.
Sebagai contoh, kini banyak home industry bergerak untuk memproduksi masker kain, melawan oknum-oknum egois yang menimbun masker di pasaran. Aksi sosial ekonomi yang simpatik juga mewarnai aktivitas masyarakat, seperti saling membantu para pekerja harian hingga support untuk tenaga medis.
Peluang Cerdas Terbuka
Selalu ada peluang dalam setiap tantangan.
Seperti kita tahu pandemi COVID-19 ini memukul pasar modal Indonesia cukup telak. IHSG sempat terperosok paling dalam hingga 38% pada 24 Maret 2020, tapi hal ini tak lantas jadi semata-mata menjadi berita buruk.
Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan komposisi kepemilikan investor asing masih mencapai sekitar 51%. Dalam kondisi sangat volatile seperti saat ini, investor asing sering melakukan aksi jual (net sell) yang mengakibatkan goncangan indeks saham nasional.
Inilah kesempatan emas bagi investor lokal untuk meningkatkan kepemilikan saham atas perusahaan-perusahaan nasional. Kapan lagi kita bisa membeli saham Telkom, Antam, Astra dan lain-lain dengan diskon hingga 30%?