Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bahasa Alam, Gemuruh Langit Jakarta

11 April 2020   11:52 Diperbarui: 11 April 2020   11:52 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu wabah ini menimbulkan efek domino yang beragam, semua aspek bidang kehidupan terkena dampaknya. Ekonomi, sosial masyarakat, dan bidang lainnya. 

Mulai dari dampak sosial distancing yang sangat dirasakan oleh sebagian masyarakat. Seperti matinya nafkah keluarga karena kebijakan ini. Kalaupun ada, sebagian kepala keluarga banyak yang nekad keluar rumah demi memenuhi kebutuhan hidup istri dan anak-anaknya. Mereka mengabaikan resiko tertular dan sakit.

Efek lain di rasakan juga oleh para pelaku usaha. Hampir bisa di pastikan berimbas hebat pada omset pendapatannya. Gelombang PHK juga sudah mulai di rasakan, beberapa perusahaan memilih untuk merumahkan karyawannya. 

Di tengah situasi yang serba tidak jelas inipun mempengaruhi tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat. Lihat saja beberapa minggu ini kita di buat mengelus dada, menahan geram dan kesedihan saat ada berita korban akibat wabah Corona, jenazahnya di tolak warga.

Seperti yang kita dengar, kejadian awal dulu terjadi di Banyumas yang memaksa bupatinya harus turun tangan sendiri memakamkan jenazah akibat wabah. 

Hampir tiga tempat jenazah di tolak warga karena minimnya pengetahuan mereka tentang cara penularan.  Kejadian kedua yaitu menimpa jenazah seorang perawat di Semarang. 

Warga menolak jenazah pahlwan medis ini di kebumikan di wilayah mereka, hingga akhirnya jenazah dikebumikan oleh tangan suaminya sendiri di lahan Rumah Sakit. Meskipun disusul permintaan maaf pengurus RT, kejadian ini sudah terlanjur  mencederai sisi kemanusiaan kita semua.

Tidak bisa dipungkiri, kegelisahan dan ketakutan masyarakat memang perasaan manusiawi. Akan tetapi jika sampai mematikan empati dan logika berfikir harus menjadi catatan penting untuk para tokoh masyarakat untuk lebih giat mengedukasi mereka. Masyarakat harus di beri tahu tentang hal yang mendasar ini. 

Agar tidak ada lagi penolakan jenazah akibat wabah Corona. Sudah sebulan lebih kita dipaksa untuk membatasi kegiatan di luar rumah, untuk menekan jumlah penularan virus Corona.

Kebosanan sudah dirasakan hampir sebagian masyarakat, padahal menurut perhitungan ahli penyebaran ini belum mencapai titik puncaknya. Jalan-jalan mulai ramai oleh aktivitas masyarakat, belum kedatangan pemudik dari luar kota kekampung halaman. Pemudik pulang membawa resiko besar tertular dan menularkan. 

Sungguh ini juga persoalan serius yang harus di ambil langkah pencegahan. Disamping terus mendisiplinkan masyarakat untuk giat menjaga kebersihan diri, dan menjaga stamina tubuh. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun