Mohon tunggu...
Sepi Seven Boma
Sepi Seven Boma Mohon Tunggu... Jurnalis - Mahasiswa

Goreskan pena hitammu sembari tulisan jemarimu dihidupkan menjadi catatan sejarah

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenikmatan Sesaat

11 Desember 2022   12:04 Diperbarui: 11 Desember 2022   12:08 982
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artikel ini lantas ditulis karena baca beberapa berita heboh perselingkuhan/tangkapan layar

STATUS sudah jelas terbaca (suami istri). Tanpa sadarkan diri keinginan menonjol mati rasa yang sesungguhnya memenjarakan ruang gerak pribadi, keluarga dan orang-orang terdekat.

Indikasi serupa setahun silam sempat dialami. Aku merasa bersalah tetapi yang diperbuat orang kedua yang nyalar bersamanya.

Sepatut bangga dan terkagum atas sikap, tindakan dan perbuatan yang nyaris mengorbankan orang tak bersalah.

Akibat perbuatan seseorang menyebabkan orang kedua menanggung derita yang belum lama pulih.

Sifatnya tak logis dan tidak masuk diakal, tetapi pantas menerima apapun konsekuen sebab ganjalan keterikatan masih terpadu.

Sejumlah dalih yang dilontarkan tersimpan rapi di benak. Apapun bentuknya lebih baik pendam mengelabui kebenaran demi untuk menghindarkan seseorang dari jeratan.

Menandai dan melebeli aku seolah buta tak terlihat baca atas sikap tindakan kamu. Sepanjang kehidupan aku dikendalikan selamanya oleh empunya tipuan belaka.

Itu artinya, aku bukan buta meraba-raba tetapi semua yang dilakukan kamu terbukti di depan mata meski menyira di ruang suram.

Bukti faktual setahun silam telah memperlihatkan kebenaran ketika kamu kelabui kebenaran dengan berbagai dalih di hadapan keluargamu.

Setidaknya harus mengakui bentangi permintaan maaf bukan justru mengelabui dan menyembunyikan yang sebenarnya hingga hubungan pun berantakan.

Berbagai dalih yang kau mengemukakan semua terabaikan tipuan belaka. Hanya satu yang dikhawatirkan bahwa dengan menyebutkan 'demi nama Tuhan sumpah atas Alkitab' kendati menutup kemungkinan demi pembenaran diri semata.

Namun, itu hanya di mata manusia bukan di mata Tuhan menurut Alkitabiah. Seolah kita percaya ternyata ada yang mengaku sudah terlanjur selingkuh di mata bumi.

Jika berkeinginan menjadi manusia sejati mengakui kesalahan bukan gengsi kelabui dan menyembunyikan perbuatan yang diperbuat.

Berani berbuat berani pula bertanggung jawab bukan lari kenyataan limpahkan masalah sama orang lain.

Tipu muslihat memperpara keadaan dan hanya orang dungu yang bisa percaya. Seorang penipu profesional bisa dikatakan raja penipu tak berbuah.

Seorang penipu tidak akan menemukan kehidupan hakiki, mereka tetap berada pada garis kebodohan dan terkutuk.

Hukum tabur tuai masih memberi jaminan hidup berasas sikap, tindakan dan perbuatan manusia.

Mati Rasa Sesalkan Pikiran

Ditinggal sebentar istri berkiprah selingkuh dengan laki lain.

Setelah suami pulang istrinya lagi ketahuan selingkuh. Lantas istri melutut suami minta ampun. Sementara suami selingkuh menunduk kepala merasa bersalah.

Istri pinta suami sah untuk diampun. Mungkin angan istri - suami itu 'ampas makanan' yang hendak buang di tempat sampah? Istri kesal bukan salah suami.

Jika sudah merasa bersalah angkat kaki keluar rumah. Daripada tinggal bertahan hingga suami kecewa berulang-kali atas tindakan imoral yang diperbuat istri.

Anehnya, sudah selingkuh lantas minta ampun. Suami bakal diampun tapi tidak akan pernah lupa. Tatkala mengingat perbuatan buruk istri selama hidup.

Sadar atau tidak sadar lama-lama terjadi pertengkaran bahkan kehidupan pun bakal dalam genggaman pertikaian.

Mati rasa istri menyebabkan suami kecewa. Sudah menikah jadi suami istri justru mudah lepas celana untuk selingkuh.

Sikap tindakan dan perbuatan ini menunjukkan istri menang banyak tanpa timbang korelasi.

Selingkuh itu mudah bahkan hak setiap insan sebelum dan sesudah menikah legal.

Namun kadang yang sudah menikah itu artinya telah melanggar standar ketentuan agama 'jangan berzinah' dan juga hukum adat 'tabur tuai'.

Bisa selingkuh sesuka hati terselip kalimat 'hidup itu pilihan' tapi sekadar kata yang dilontarkan tidak menyelamatkan diri dari keterpurukan dosa maut.

Sebab selingkuh merupakan 'DOSA' dalam konteks adat dan agama yang semestinya terhindar bukan terjebak.

Justru selingkuh meningkat dalam berbagai kalangan hingga rumah tangga yang kokoh jadi hancur lebur, korban berantakan nan pudar entahlah.

Korelasi mati rasa minta cerai. Sudah terasa nyaman bertahan tinggal. Sekali ampun jangan lagi terulang. Bila terulang tunggu alam kubur.

Bicara Ngaur

Dulu ngaku teman. Sekarang ngaku saudara. Mungkin besok ngaku famili bahkan lusa ngaku kolega. Mana yang bisa kita percaya?!

Kecurigaan kelak jadian selingkuhan. Nyatanya memang benar bahwa sebulan lantas berujung penyatuan badan 'seks'.

Kadang mereka berpikir kenikmatan sesaat lebih beruntung ketimbang kehidupan, kesabaran, dan keberuntungan.

Mana yang bisa dipercaya. Sungguh amat rumit menyalin mana yang benar. Apa memang teman, saudara, famili ataukah kolega?

Ya sudah percaya saja meskipun butuh waktu analisa yang benar secara kritis walau itu jebakan ataupun tipu muslihat.

Timbul dua opsi antara percaya dan/atau tidak. Segelintir orang bisa percaya tetapi tidak semuanya termasuk keluarganya.

Sebelum terbukti kebenaran, tidak mungkin mereka spontan percaya. Memang benar bahwa sesekali salah kiprah dalam penuturan sebagai manusia.

Buktinya, sering kita menipu menyelipkan dalih-dalih yang cukup meyakinkan tanpa menyadarkan diri.

Oke, saya percaya. Betul saya percaya. Jangan lagi kau nanya olak-alik. Secara kebetulan sebagian orang percaya, sebab itu bukan kepastian hakiki.

Justru kebenaran menyembunyikan di balik telapak tangan. Rasanya sudah lama menipu seseorang yang tak pantas ditipu.

Sudah lebih dari cukup menipu aku dengan kata-kata manis tanpa gula. Sudah cukup percaya kamu dengan alasan-alasan muslihat.

Bagiku tak masalah asal jangan lagi menipu orang terdekat kamu. Tipu muslihat kamu merupakan sebuah akar kepahitan yang kau tanamkan di benakku selamanya.

Runtuhnya Harapan Hidup

Hati satu untuk menyendiri. Lebih nyaman menanggung beban sendiri. Aku sadar relahkan kau pergi.

Dalam bait-bait doa bakal menyebut namamu. Semoga hidupmu berkah dan diberkati oleh sang khalik pencipta langit dan bumi.

Aku bukan siapanya kamu! Aku sadar akan hidup ini - entah baik buruk aku pengendali kehidupan atas dirinya sendiri.

Boleh saja kau meraih juara beretorika dan berdialektika tetapi ketika diminta pengakuan malah sumpah atas Alkitab.

Tak sanggup menerima realitas penipuan belaka meski perbuatan dan tindakan kamu berbahaya bagi dirinya.

Lesun pipi memikat hati para pelakor, kenajisan disucikan seperti wajah lacur, aku bakal doakan kamu tetap utuh tak luntur.

Kala romantis bila aku bersalah ampunlah agar kau bahagia di sangkar kenikmatan.

Kita terjalin komunikasi itu mungkin tipuan belaka bagiku. Bahwa akhir-akhir ini kau kembali sesali menyesatkan pikiranku.

Hasrat ingin bersama merupakan komitmen awal mengisi ruang kesepian. Kau bakal mengenang bersama jalur keseriusan.

Tatkala kehadiran angin memukul dadah itu menghibur dan mengisi ruang kesepian entah kapan dan dimanapun kau berada.

Cukup kau permainkan hidupku. Langkah yang kau tempuh mengisap darah. Aku kagum semua perbuatanmu sungguh ajaib.

Aku bakal genggam kebaikan kamu sekalipun pernah buat aku jatuh tangis. (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun