Mohon tunggu...
Laurensia AnindaPrajna
Laurensia AnindaPrajna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Matematika FMIPA UNS

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Plastik Sekali Pakai: Kenyamanan Sesaat, Bencana Jangka Panjang

13 Mei 2024   17:15 Diperbarui: 13 Mei 2024   17:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Di era modern ini, plastik sekali pakai telah menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Kemudahan dan kepraktisan dari penggunaan plastik sekali pakai ini membuat banyak orang mulai menggunakan plastik sekali pakai, dari pedagang kaki lima hingga restoran terkenal juga menggunakan plastik sekali pakai. 

Namun, di balik kenyamanan sesaat yang ditawarkan dari plastik sekali pakai itu sendiri, terdapat bahaya jangka panjang yang dapat muncul dan mengancam kelestarian lingkungan serta kesehatan manusia.

Plastik sekali pakai terbuat dari bahan petrokimia yang tidak dapat terurai secara alami, membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Ketika dibuang ke lingkungan, hal ini menyebabkan penumpukan sampah plastik di berbagai tempat, seperti laut, darat, dan sungai. 

Dari penumpukan sampah plastik tersebut dapat memicu terjadinya pencemaran yang membahayakan berbagai macam organisme, termasuk manusia. Penumpukan sampah plastik ini bukan hanya merusak estetika lingkungan, tetapi juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem yang berakibat buruk bagi kehidupan hewan dan tumbuhan. 

Sampah plastik yang masuk ke dalam lautan cenderung mengendap di permukaan air atau terapung di tengah laut. Sampah plastik di laut tidak hanya menciptakan masalah visual, tetapi juga mengancam kehidupan makhluk hidup di laut. Sampah plastik dapat mempengaruhi kemampuan ikan dan hewan laut lainnya untuk mencari makanan dan berkembang biak, karena hewan-hewan ini dapat terperangkap dalam tumpukan sampah di laut sehingga mereka kesulitan dalam mencari makanan.

Ketika plastik terurai menjadi partikel - partikel sangat kecil yang disebut mikroplastik, ini dapat sangat berbahaya bagi kehidupan di laut. Ikan dan hewan laut lainnya dapat memakan mikroplastik ini dengan tidak sengaja saat mencari makanan. Mikroplastik ini kemudian dapat memasuki sistem pencernaan hewan laut dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ dalam, masalah reproduksi, dan berbagai masalah kesehatan lainnya. 


Bahkan, pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa mikroplastik juga dapat berpindah melalui rantai makanan, sehingga dapat mencapai manusia melalui konsumsi ikan dan hewan laut lainnya yang telah terkontaminasi mikroplastik. Hal ini juga dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan pada manusia, salah satunya masalah kesehatan seperti kanker, gangguan reproduksi, dan kerusakan otak. Dengan demikian, sampah plastik di laut tidak hanya berdampak pada ekosistem laut, tetapi juga dapat berdampak pada kesehatan manusia.

Semakin maraknya kampanye penggunaan barang-barang non-plastik seperti penggunaan tas kain atau tas daur ulang untuk membawa barang belanjaan merupakan gerakan progresif yang telah dilakukan oleh pelaku usaha dan masyarakat. 

Namun sayangnya, masih sedikit dari masyarakat Indonesia yang sadar akan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih ‘hijau’. Industri plastik memberikan tawaran berupa barang-barang berbahan dasar plastik dengan harga yang lebih murah, dan masyarakat pun memilih untuk membelinya, tanpa melihat dampak yang dapat terjadi apabila terus menggunakan barang-barang berbahan  plastik. 

Dalam hal ini, pemerintah Indonesia yang memiliki kewenangan untuk membuat kebijakan, seharusnya juga dapat bersikap lebih tegas terkait penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Pengendalian sampah plastik dengan adanya kebijakan plastik berbayar di pusat perbelanjaan dipandang akan sangat efektif dalam mengurangi sampah plastik. 

Namun, faktanya kebijakan plastik berbayar hanya berlaku di beberapa pusat perbelanjaan saja. Sehingga, kebijakan ini tidak dilakukan secara konsisten. Tidak adanya payung hukum yang jelas dan tegas, serta kurangnya sosialisasi bahaya sampah plastik membuat kebijakan ini tidak berjalan dengan baik. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat diperlukan, pemerintah harus memberikan perhatian lebih dan bersikap tegas terhadap masalah plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun