Bendera One Piece Berkibar, Rakyat Terhibur, Masalah Sembako Terlupakan
Ternate-Di tengah melonjaknya harga beras, minyak goreng yang hilang entah ke mana, dan wacana RUU yang disusun diam-diam seperti misi rahasia Pemerintah Dunia dalam One Piece, rakyat Indonesia justru disuguhkan tontonan epik: bendera bajak laut Topi Jerami berkibar gagah di kantor pemerintahan.
Tak butuh teori konspirasi rumit. Sudah jadi pola lama: ketika rakyat mulai bertanya terlalu keras soal kebutuhan hidup, muncul "drama kecil" untuk mengalihkan perhatian. Kali ini, para dalangnya tidak perlu menciptakan skenario, cukup angkat budaya pop. Dan One Piece, dengan jutaan penggemarnya, adalah pilihan tepat.
"Wah, keren! Ada bendera One Piece!"
Seketika linimasa penuh tepuk tangan.
Yang tadinya marah soal tarif listrik dan jalan rusak, kini sibuk mendebat siapa yang lebih pantas jadi Luffy: ketua partai A atau influencer B.
Bajak Laut Lebih Jujur dari Politisi?
Ironisnya, One Piece justru mengisahkan bajak laut yang idealis, menentang kekuasaan korup, dan melawan rezim otoriter. Tapi di negeri ini, simbol perlawanan itu justru jadi alat hiburan massal dimanfaatkan saat rakyat mulai terlalu serius memikirkan masa depan.
Mungkin benar kata netizen, "Negara ini sudah seperti arc filler  panjang, membingungkan, dan tidak penting, tapi tetap tayang demi mengulur waktu."
Ketika Bendera Jadi Tirai
Jika dahulu pengalihan isu butuh skandal besar atau tokoh sensasional, sekarang cukup kibarkan bendera bajak laut. Rakyat akan tertawa, membuat meme, lalu lupa kenapa mereka marah kemarin.
Hebatnya lagi, tidak ada yang perlu bertanggung jawab. Tidak ada klarifikasi soal sembako, tidak ada jawaban soal subsidi pendidikan. Tapi ada banyak tawa, komentar lucu, dan analisis mendalam tentang kemungkinan Gear 6 Luffy.