Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Senangkanlah Allah

4 September 2023   15:01 Diperbarui: 4 September 2023   15:12 656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau kita melihat teks roma 8:1-17, maka dalam ayat yang kedua secara jelas dikatakan bahwa kita telah dimerdekakan oleh Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Wah ini hal yang penuh sukacita, karena kita merdeka atau bebas dari dosa dan juga maut. Senang luar biasa

Karena kita tahu Alkitab mengatakan kepada kita, bahwa kita semua telah terikat oleh dosa, bahkan kecenderungan hati kita selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej 6:5). Roma pasal 3 pun mengatakan hal yang sama "dibawah kuasa dosa maka tidak ada seorangpun yang benar, tidak ada seorangpun yang mencari Allah, kita semua telah menyeleweng, tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.

Itu menunjukan  kita terikat oleh dosa, karena segala sesuatu yang kita lakukanpun berbuahkan dosa, dan kita tahu upah dosa adalah maut, berarti kita semua akan menuju kematian kekal atau neraka.  Hancur sudah. Maka kalau Kristus membebaskan kita itu hanya anugrah karena hukum tauratpun tidak bisa membebaskan kita seperti yang dikatakan dalam teks ini.

Ayat 3. Apa yang tidak mungkin dilakukan hukum taurat (kebebasan dari dosa) karena tidak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Jadi walaupun hukum taurat menginginkan kita mengasihi Allah, tidak  mencuri, tidak mengigini tetapi  daging kita tidak bisa taat, daging kita pingin melakukannya, maka dikatakan kita tidak berdaya oleh daging, sehingga kita tidak bisa merdeka dari dosa, karena selalu tunduk pada keiginan daging.

Oleh karena itu syukur kepada Allah yang mau mebebasakan kita melalui Kristus dan memberikan Roh Kudus kepada kita untuk  hidup menurut keinginan Roh bukan lagi keinginan daging. Karena orang yang hidup menurut keinginan daging tidak akan membawa kepada damai sejahtera tetapi kepada maut (ay 6), dan itu terbukti.

Orang yang hidup hanya untuk harta bukan membawa kepada damai sejahtera tetapi keingianan yang tidak pernah puas. Dia sudah punya gaji yang tinggipun, pingin gaji yang lebih tinggi lagi, bahkan hak orangpun diambil tanpa ada rasa bersalah. Tidak ada damai sejahtera

Dia sudah punya beberapa bidang tanah, tapi kalau ada tanah yang murah maka diambilnya, tidak berikan kesempataan pada orang yang membutuhkan dengan alasan  sebagai aset, aset apa sudah punya bank aset, tetapi menunjukan keserakahan yang tidak pernah puas. Tidak ada damai sejahtera.

Tetapi kebalikan dengan orang yang hidup  menurut keinginan Roh maka  selalu ada damai sejahtera. Teman saya di kota bandung pada waktu sharing, dia katakan senny, saat ini saya belum punya rumah  (usianya mungkin 60 th) tetapi dia katakan saya tidak kuatir kalau memang tidak diberikan kesempatan untuk itu, bahkan  suatu waktu dia bicara dengan  istrinya wah minggu depan kita tidak punya uang lagi, eh ternyata dua minggu setelah itu ada saudaranya membeli tiket untuk mereka pergi libur ke Amerika bahkan naik mobil mewah, dia katakan ajaib.

Jadi mungkin  Tuhan tidak memberikan kesempatan dia punya rumah tetapi dia yakin uang kontrakannya pasti Tuhan sediakan, ada damai sejahtera.

Bahkan orang yang hidup menurut keinginan Roh, disalahkan dan masuk penjara tetap bisa hidup damai sejahtera, Yusuf hidup damai sejahtera, BTP hidup damai sejahtera, bahkan sudah bisa bebas bersyarat tidak mau, menunggu samapai bebas murni, luar biasa. Jadi bisa menikmati kondisi penjara dengan damai sejahtera karena mereka tahu segala sesuatu diijinkan Tuhan, termasuk hal-hal yang tidak menyenangkan.

Oleh karena itu kalau kita sudah dibebaskan oleh Kristus dan diberikan Roh kudus, maka hiduplah menurut keinginan Roh bukan lagi keinginan daging. Karena sudah ada Roh dalam hidup kita.

Kalaupun kita jatuh dalam dosa karena keiginan daging maka Roh akan mengingatkan  dan memampukan kita untuk kembali hidup sepeti apa yang Dia mau, dan itu tidak ada pada orang yang belum dibebaskan dari dosa atau yang masih tunduk pada keinginan daging. Tidak ada.

Orang yang biasa selingkuh, bahkan selingkuh pada beberapa orangpun menikmati, tidak ada rasa berdosa atau bersalah pada istrinya. Orang yang sering mengeluarkan kata-kata makian atau umpat tidak rasa bersalah walaupun memaki-maki orang dengan kata-kata yang kotor sekali, tetapi orang yang hidup di dalam Roh pada waktu berkata kasar dan dia tahu itu salah maka dia akan minta maaf.

Saya pada waktu mendisplinkan anak-anak terkadang karena terlalu emosi sampai mengeluarkan kata kasar, dan saya sadar itu salah, saya harus minta maaf kepada mereka, tidak ada gengsi sebagai orang tua, karena itu yang Roh mau atau Firman Tuhan inginkan.

Oleh karena itu orang yang hidup di dalam  Roh bisa menikmati kebebasan itu dengan indah, tetapi orang yang di dalam daging tidak menikmati damai sejahtera. Orang yang hidup di dalam Roh walaupun ia juga tidak punya uang, tetapi bisa membantu orang yang membutuhkan dan ia menikmati itu, tapi hal itu tidak terjadi pada orang yang hidup di dalam daging.

Maka hidup menurut keinginan Roh itu sangat menyenangkan.

Selanjutnya Rasul Paulus mengatakan dalam teks ini, karena kita sudah dibebaskan oleh Allah melalui Kristus untuk menjadi anak-anak Allah maka dari sudut pandang manusia  kita berhutang kepada Allah (ay 12). Artinya kamu yang dahulu budak dosa tetapi sekarang menjadi anak Allah maka kita berhutang pada Allah dan kita tidak mungkin bisa membayar semuanya itu karena itu senangkanlah Allah dengan hidup kita.

Itu hal yang betul sekali. Kalau dari budak menjadi anak, maka sepanjang hidup kita kita mau menyenangkan Allah,karena kita tidak ingin lagi jadi menjadi budak maka sepanjang hidup, kita mau menyenangkan Allah yang telah mengubah status kita.

Ada seorang misionaris dengan keluarganya melayani di suatu daerah, masyarakat daerah itu menolak dia bahkan ada yang ingin membunuh dia tetapi tetap setia melayani, kemudian hanya satu orang yang bertobat tetapi tetap setia melayanai  dan akhirnya ada beberapa orang bertobat.

Tetapi kondisi di daerah tidak nyaman untuk kesehatan mereka, dari diare, malaria mereka semua alami bahkan suatu waktu anaknya mati karena malaria, terlambat ke tempat kesehatan karena jauh dari lokasi  mereka.

Dia juga kena malaria bahkan hampir mati tetapi tetap setia melayani, bahkan saat ini sebelah matanya sudah buta tetap setia. Organisasi yang mengutusnya memanggil pulang tetapi dia katakan berikanlah kesempatan kami sekeluarga untuk terus melayani Tuhan di daerah ini, luar biasa.

Lalu ditanya bagaimana kamu dan keluargamu kalau keluarga mu kena malaria lagi atau matamu yang sebelah juga buta. Lalu dia katakan "kami sudah siap", kalaupun kami harus berkorban kami sudah siap untuk itu. Jadi sepanjang hidup, mereka ingin menyangkan Allah walaupun berkorban bahkan sampai kematian.

Itu tepat sekali, kita  berhutang pada Allah dan tidak bisa membalas anugrahnya. Maka maukah saat ini kita semua yang sudah dibebaskan dari dosa  menyenangkan Allah sepanjang hidup kita.  Senangkanlah Dia karena anugrahNya tidak bisa dibalas oleh kita termasuk dengan kematian kita juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun