Mohon tunggu...
Senny Pellokila
Senny Pellokila Mohon Tunggu... Guru - Kebun binatang safari

Perubahan yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kemurahan Tuhan di Balik Kejahatan

7 Agustus 2022   19:39 Diperbarui: 7 Agustus 2022   19:41 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada anak-anak Tuhan yang  tidak terlalu hidup kudus tetapi dalam hal-hal tertentu dalam hidup mereka, Tuhan membuat mereka berhasil, Tuhan membuka jalan dalam berbagai keinginan mereka sehingga mereka bisa berhasil/sukses, padahal tidak hidup kudus.

Dan inilah yang terjadi dalam kehidupan dari Mordhekai dan Ester bukan menjadi contoh yang baik bagi kita. Tetapi mengapa Tuhan memberkati keinginan mereka yang tidak baik.

Teks Ester pasal 2 di mulai dari pencarian ratu baru penganti Wasti, dan usulan pencarian ratu baru itu oleh para biduanda (pelayan laki-laki) karena melihat kondisi raja.

Mereka mengusulkan kepada raja untuk dibuat suatu undang-undang agar para penguasa di setiap daerah mengumpulkan para gadis yang elok rupanya  dan di tempatkan di balai perempuan untuk di beri wangi-wangian selama 12 bulan dan gadis yang terbaik dalam pemandangan raja maka dialah yang menjadi ratu.

Wao untuk menjadi ratu pada jaman itu luar biasanya senangnya karena harus di lulur  selama 1 tahun.

Setelah titah dan undang-undang raja tersiar maka banyak gadis dikumpulkan di dalam benteng Susan, di bawah pengawasan Hegai, maka Esterpun dibawa masuk ke dalam istana raja. (Ay 8).

Tetapi pertanyaanya mengapa Mordekhai dan Esther tidak menolak pada waktu di kumpulkan untuk menjadi calon pengganti ratu ? Bukankah mereka tahu bahwa perempuan Yahudi tidak boleh kawin campur atau menjadi istri dari bangsa yang tidak mengenal Allah.

Karena dalam Ul 7:1-4  Janganlah juga engkau kawin-mengawin dengan mereka: anakmu perempuan janganlah kauberikan kepada anak laki-laki mereka, ataupun anak perempuan mereka jangan kauambil bagi anakmu laki-laki; 4 sebab mereka akan membuat anakmu laki-laki menyimpang dari pada-Ku, sehingga mereka beribadah kepada allah lain...

Mereka tentu tahu akan hal ini, dan kalau seandainya Esther menjadi ratu, maka Esther bukan hanya jatuh dalam kawin campur saja tetapi juga akan hidup dalam perzinahan, wao ini tidak boleh.

Sepertinya pada mulanya mereka tidak bisa menolak karena adanya titah raja agar para gadis yang elok rupanya harus dikumpulkan (ay 8). Jadi mereka tidak bisa menolak, karena mereka tidak punya alternative lain karena itu adalah titah raja sehingga mereka harus tunduk pada kawin campur dan perzinahan walaupun itu larangan Allah.

Kalau hal ini benar, berarti ketidakberanian mengambil resiko membuat mereka mengabaikan larangan Tuhan. Ini  sangat berbeda dengan Daniel waktu tidak mau makan makanan yang menajiskan. Tetapi sepertinya bukan ketidakberanian mengambil resiko tetapi mereka punya keinginan untuk masuk dalam lingkaran istana. Dan ini yang utama.

Dalam ayat 10-11 Ester tidak memberitahukan kebangsaan dan asal-usulnya, karena dilarang oleh Mordekhai. Tiap-tiap hari berjalan-jalanlah Mordekhai di depan pelataran balai perempuan itu untuk mengetahui bagaimana keadaan Ester dan apa yang akan berlaku atasnya.

Kemungkinan Mordekhai ingin memastikan bahwa Esther aman, tidak ada diskriminasi maka ia harus menyembunyikan indentitas keyahudiaannya, ia harus berbudaya Persia kalau mau jadi ratu.

Dari segi nama, dari Hadasa (nama Ibrani) diganti menjadi Esther (nama Persia). Dengan kata lain ia harus berbudaya Persia baik segi nama, pakaian, makan-minum, tingkah laku, dll. Misalnya masalah makan saja berarti ia harus makan makanan yang dilarang oleh orang Yahudi, tetapi ia tidak melakukan itu karena ia harus berbudaya Persia, kalau ingin jadi ratu.

Mordekhai pun bukan nama ibrani, tetap nama dewa Mardukh dan juga ia salah satu orang yang tidak mau kembali ke Israel pada kesempatan pertama, kemungkinan ia sudah sejathera dengan kehidupan di Persia, dan mungkin ia termasuk orang yang berada di sekitar istana.

Kalau mereka tahu kawin campur dan hidup dalam perzinahan itu dosa maka seharusnya mereka tidak boleh menyembunyikan keyahudiaannya tetapi berdoa agar terhindar dari hal itu dan  memberitahukan asal-usul dan kebangsaan serta nama aslinya, tetapi mereka tidak melakukannya, sepertinya Mordekahi ingin agar Esther berada dilingkaran terdekat raja, dan Estherpun mengikutinya.

Jadi ambisi dan keinginan mereka itu menjadi yang utama sehingga mereka mengabaikan Firman Tuhan walaupun mereka tahu itu tidak benar.

Jadi mereka tahu bahwa kawin campur itu dilarang oleh Tuhan, mereka tahu tidak boleh hidup dalam perzinahan tetapi hidup dalam lingkaran istana itu jauh lebih penting dari pada semuanya itu dan ini membuat Tuhan menjadi yang bukan utama.

Dan bukankah saya dan banyak orang juga terkadang jatuh dalam hal ini. Kita melihat uang itu segalanya untuk kebutuhan hidup kita, sehingga terkadang kita rela mengambil uang yang bukan hak kita, walaupun kita tahu itu salah tetapi kita butuh itu. Kita tidak mau bertahan di dalam Tuhan untuk hal yang benar.

Banyak orang tahu perselingkuhan itu tidak benar, tetapi dia merasa itu penting bagi dia, dia butuh orang yang bisa mengerti akan dirinya, maka ia lakukan akan hal itu.

Dan sepertinya tipis sekali antara kejahatan dan kebenaran dalam hal ini, karena mereka butuh.

Seorang ASN mengatakan dia dipanggil oleh bupati dan dijanjikan menjadi camat kalau bisa memenangkan pasangan gubernur tertentu. Masa jadi camat karena mampu memenangkan pasangan tertentu bukan karena prestasi kerja. Juga memenangkan pasangan tertentu bukan karena perintah bupati tetapi kita tahu dia pasangan yang baik maka kita ingin memenangkannya.

Jadi orang-orang seperti ini juga tahu apa itu kebenaran, tetapi mereka juga butuh akan hal itu, sehingga kebenaran atau Tuhan menjadi nomor dua yang penting tujuannya tercapai.

Nah inilah yang di peragakan oleh Mordhekai dan Esther, mereka berbeda dengan Daniel dkk. Daniel dkk sadar kalau mereka tidak makan makanan dari meja raja maka kemungkinan perawakan dan kemampuan intelektual mereka tidak sebagus orang lain, dan akhirnya mereka tidak akan bekerja di istana raja. Wah sayang sekali, padahal itu impian semua orang.

Tetapi bagi mereka Tuhan lebih utama dari berbagai impian yang ada, sehingga impian mereka harus didasarkan kepada kemauan Tuhan bukah hanya keinginan pribadi saja.

Kalau Mordhekai dan Esther berdiskusi dengan Daniel (seandainya mereka hidup pada masa yang sama) maka Daniel akan katakan saya akan memilih taat kepada Tuhan walaupun menjadi ratu itu dambaan banyak orang, tetapi ketaatan pada Tuhan jauh lebih penting.

Tidak boleh kawin campur, tidak boleh hidup dalam perzinahan, titik. Kita juga harus seperti itu, tapi inilah manusia yang berdosa sesuatu yang ideal di jadikan tidak ideal.

Seharusnya kita tetap memegang teguh kebenaran, karena dalam hidup ini yang paling penting adalah kemauan Tuhan, dan kita tahu Tuhan akan memberikan yang terbaik buat kita anak-anakNya.

Ada seorang yang bekerja di BUMN, kita beri saja  nanamnya X. Dia sangat jujur, sampai pimpinannya tidak menyukai karena dia di minta untuk merakaysa laporan yang ada, tetapi ia juga membuat laporan yang benar. Bukan hanya pimpinan saja tetapi banyak orang juga tidak menyukai dia akhirnya X dibuang oleh pimpinannya.

Suatu waktu pimpinan di pindahan ke tempat lain, dan di tempat itu ternyata banyak orang yang kerjanya tidak jujur. Pimpinannya merasa bahwa dia banyak di tipu dan sulit untuk mengontrol permainan kotor bawahannya karena mereka sangat hebat dalam hal itu. Dia sampai pikir mereka bisa lebih kaya daripadanya, dan mereka juga bisa menjebak dia, dll.

Akhirnya pimpinan ini mengingat X, dan minta dengan sangat kepada X dan lobi kepada atasannya agar X itu menjadi sekretarisnya dia, karena dia merasa yang bisa menolong dirinya adalah orang jujur karena anak buahnya banyak tidak jujur. Wah luar biasa X yang awalanya tidak disukai dan dibuang akhirnya tetap terpakai.

Jadi tetaplah memegang teguh kebenaran yang ada, walaupun mungkin kita di buang atau tidak mendapat impian hidup sejahtera seperti banyak orang tetapi ketahuilah Tuhan selalu menginginkan orang benar dan hanya memberkati orang yang hidupnya benar.

Tetapi kalau kita melihat lebih lanjut juga ada tanda-tanda bahwa Tuhan berkenan agar Ester menjadi ratu ? Ay 9 maka gadis itu sangat baik pada pemandangannya (Hegai yang mengawasi) dan menimbulkan kasih sayangnya.

Juga Ay 17 Dan Ester dikasihi oleh baginda lebih dari pada semua perempuan lain. Bukankah hal ini menunjukan bahwa Tuhan setuju akan dosa yang dilakukan oleh Ester dan Mordhekai ? Karena kalau Tuhan tidak setuju Esther kan tidak jadi ratu.

Sama seperti jaman dulu ada seseorang mengatakan saya jadi PNS selain berdoa  juga menyogok orang, tetapi dia katakan kalau Tuhan tidak setuju saya tidak akan lulus. Jadi saya lulus karena Tuhan setuju.

Disinilah letak kebodohan manusia. Memang Esther dan Mordhekai hidup dalam ketidaktaatan tetapi ingat ketidaktaatan manusia tidak bisa membatalkan rencana Allah (Tuhan berkenan pada rencananya tetapi bukan berkenan pada kejahatan manusia).

Tuhan berkehendak Esther menjadi ratu, tetapi Tuhan tidak berkenan pada perbuatan dia dan Mordhekai. Dengan kata lain kalau mereka tidak melakukan hal-hal jahat seperti itupun Esther akan menjadi ratu karena itu adalah rencana Tuhan, dan rencana Tuhan tidak bisa dibatalkan oleh ketidaktaan mereka.

Sama sepert kasus  Yakub menipu Ishak untuk mendatangkan berkat. Karena memang Tuhan sudah punya rencana sebelum mereka lahir. Tuhan katakan kepada Ribka :  Anak yang tua akan menjadi hamba anak yang muda seperti ada tertulis Aku mengasihi Yakub tetapi membenci Esau. 

Jadi walaupun Yakub tidak menipu Ishak bahwa dirinya Esau,  Tuhan tetap akan memberkati dia. Karena Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia mengasihi Yakub. Tapi yang terjadi Yakub akhirnya menipu Ishak tetapi ingat ketidaktaatan Yakub tidak bisa membatalkan rencana Tuhan tersebut, Tuhan tetap mengasihi dirinya.

Tetapi itu bukan menjadi dasar untuk kita terus hidup dalam kejahatan. Yang menjadi dasar adalah Firman Tuhan. Firman Tuhan jelas katakan, bahwa Tuhan akan menghukum orang jahat dan memberkati orang benar. Kalaupun ada kemurahan-kemurahan seperti kasus Esther  dan Yakub maka itu adalah rencana Allah yang tersembunyi yang tidak bisa dijadikan patokan bagi kita.

Sama juga dengan diri kita, kita tidak pernah sempurna untuk hidup kudus, tetapi kemurahan Tuhan selalu dinyatakan kepada kita.

Misalnya kita korupsi tetapi Tuhan juga tidak membiarkan kita tertangkap bahkan masuk penjara seperti orang yang lain. Bahkan kita bisa tetap menikmati berkat Tuhan. Banyak orangkan seperti itu.

Atau misalnya kita tidak memberikan perpuluhanpun tetapi hidup kita tetap diberkati oleh Tuhankan ? Tetapi ingat kalaupun Tuhan masih bermurah hati kepada kita, bukan untuk  kita bermain di dalam dosa, tetapi kemurahan diberikan untuk kita berbalik, tetapi kalau kita tidak mau berbalik maka Tuhan akan menghukum kita. 

Misalnya Yudas, Tuhan berikan banyak berkat kepadanya. Ia diajar langsung oleh Yesus, sebagai guru diatas segala guru, wah luar biasa. Tuhan berikan kepercayaan sebagai bendahara, wah hebat sekali.

Tetapi ia sering mencuri uang, Tuhan masih memberikan kemurahan kepada dia dengan menegur dia, tetapi ia tidak mau berbalik, terus berbuat jahat dengan menjual Tuhan Yesus, menyingkirkan orang yang menghalangi dia berbuat jahat, akhirnya dia dihukum mati.

Ini berbeda dengan Petrus, waktu Tuhan berikan kemurahan kepada dia, dengan menegur Simon anak Yohanes apakah engkau mengasihi aku lebih dari pada mereka semua, dia menyesal kembali kepada Tuhan.

Oleh karena itu ingat ketidataan manusia tidak bisa membatalkan rencana Tuhan, tetapi manusia tidak bisa berkanjang dalam ketidaktaatannya, karena nanti akan dihukum oleh Tuhan. Oleh karena itu kalaupun Tuhan masih bermurah dalam ketidaktaatan manusia, maka tujuannya agar manusia berbalik bukan terus bermain dalam dosa.

Ada seorang  wanita dia menikah dengan seorang suami yang di kenalnya lewat medial social, ia merasa suaminya punya kehidupan rohani yang baik tetapi  sangat sayang karena setelah menikah suaminya meninggalkan dirinya dan hilang tanpa jejak.

Dia terus mencari tetapi tidak menemukan jejak suaminya, dia masih muda, cantik di dekati oleh banyak pria yang lain tapi dia tidak bisa lagi menikah karena ia sudah bersuami walaupun suaminya hilang tanpa jejak.

Dia mengorbankan masa mudanya dan kebahagiaannya dengan tidak menikah lagi tetapi itulah konsekuensi yang harus ditanggungnya karena dia tidak mengetahui suaminya sudah meninggal atau tidak.

Dia bisa saja menikah lagi dan mungkin akan bahagia, tetapi dia memilih untuk tidak menikah, mentaati Firman Tuhan dan menangggung konsekuensi dari perbuatannya. Dia tidak mau berbuat dosa lagi dan ingin menikmati kebahagiaan karena hidup seperti Tuhan mau, bukan seperti yang dia mau.

Jadi hiduplah seperti Firman Tuhan inginkan, dan ketahuilah Tuhan hanya memberkati orang benar dan menghukum orang yang hidupnya jahat. Jangan berspekulasi karena kita tidak tahu rancangan Tuhan bagi kita. Terima kasih. Tuhan Memberkati kita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun