Mohon tunggu...
Seni Seftiani (Sari N)
Seni Seftiani (Sari N) Mohon Tunggu... Novelis - Freelance Writter

Lebih dikenal dengan nama pena SARI N. Penulis lepas, dubber, konten kreator

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Penghuni Sumur Umum

2 Februari 2024   22:01 Diperbarui: 2 Februari 2024   22:07 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tepukan tangan di pundakku, menyadarkan aku dari semua keanehan itu. Pandanganku seperti kembali dan aku bisa melihat jalanan yang biasa lagi.

"Mira?" ucapku lirih. Dia tersenyum.

"Aku khawatir sama kamu jadi aku susul kamu aja. Eh, taunya kamu malah ngelamun disini," ucapnya. Aku tersenyum. Sekilas aku melihat ke arah gang sumur itu tapi sosok wanita tadi sudah tidak ada.

***

Beberapa hari berlalu. Tepat di hari Minggu subuh, aku ikut ibuku pergi ke sumur umum untuk mencuci. Kami memang selalu mencuci dari subuh sebelum adzan karena jika agak siang, sumur umum itu selalu ramai. Terkadang kami jadi tidak kebagian tempat untuk mencuci.

Sebenarnya agak berat aku menginjakkan kaki di sumur umum itu. Bagaimana tidak? Kejadian beberapa hari yang lalu nyatanya sangat membekas di otakku. Apalagi bayangan wajah sosok wanita pucat itu. Benar-benar menyeramkan. Tapi aku juga tidak mungkin membiarkan ibuku mencuci sendirian subuh hari disana, bukan?


Awalnya semua berjalan seperti biasa. Kami berjongkok dan mencuci pakaian berdua. Beberapa ember sudah penuh terisi air yang sebelumnya ditimba oleh ibu. Selama mencuci tersebut, aku sama sekali tak berani menatap ke arah sumur tersebut. Entah mengapa tapi aku merasa ada sesuatu disana yang sedang menatapku.

"Ah mungkin hanya perasaanku saja," ucapku membatin.

"Neng, tolong isi lagi air untuk membilas!" ucap Ibuku.

Aku sedikit mematung mendapat perintah itu. Bagaimana ini? Sosok hantu wanita tempo hari benar-benar membuat aku sedikit paranoid dengan sumur itu. Tapi aku tidak mungkin mengatakan semua kejadian kemarin kepada ibu.

Aku menelan saliva dengan sedikit keras. Tubuhku seketika bergetar saat aku melihat dinding sumur itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun