"Hukum rimba begitu, nak. Siapa yang kuat, dia yang menang. Dang yang menang itu yang berkuasa. Maka, untuk memperebutkan makanan tidak ada cara lain selain bertarung. Yang menang biasanya yang kuat dan berhak makan lebih dulu."
"Benar. Setelah harimau yang menang itu kenyang, pergi. Barulah harimau yang kalah makan sisanya," sahut anak kelinci.
"Sekarang mungkin kamu bisa membandingkannya dengan buaya. Bagaimana menurutmu?" tanya ibu kelinci.
"Ternyata harimau itu sekalipun buas, tetapi tidak rakus dan serakah. Lain halnya dengan buaya," jawab anak kelinci.
"Benar. Harimau tidak mau makan kalau bukan miliknya. Jika makan cukup sekenyangnya saja. Kalau sudah kenyang, sisanya diberikannya kepada yang lain. Tidak pernah harimau menyimpan makanan sisa. Lain dengan buaya. Yang lain tidak pernah diberinya. Selalu dimakannya sendiri," kata ibu kelinci.
"Wah ternyata secara kebetulan kita mendapat sesuatu yang berharga ya, bu."
"Ya. Dan kamu dapat memilih yang baik dari yang buruk. Kamu juga mencontoh yang  baik dan membuang yang buruk. Nah, sekarang makanan sudah siap. Makanlah! Ingat, jangan sampai terlalu kenyang. Nanti perutmu sakit.
Sejak saat itu, anak kelinci selalu berhati-hati jika keluar rumah. Ia juga tidak mudah menilai teman. Sebab teman yang tampak seperti jahat, ternyata baik hati dan sebaliknya. Kini, ia menjadi suka bekerja keras. Jika kebetulan mempunyai makanan lebih, ia selalu memberikannya kepada yang lain. Jika bertemu dengan harimau kini tidak takut lagi. Bahkan kelinci sering minta perlindungan harimau dari ancaman buaya.