Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

6 Faktor Sukses China atasi COVID-19, Siapkah Indonesia?

19 Maret 2020   23:29 Diperbarui: 22 Maret 2020   03:19 4741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Chinese President Xi Jinping, also general secretary of the Communist Party of China (CPC) Central Committee and chairman of the Central Military Commission, inspects the novel coronavirus pneumonia prevention and control work in Beijing, capital of China, on Feb. 10, 2020. Xi visited Anhuali Community, Chaoyang District of Beijing to learn about the epidemic prevention and control at the primary level and the supply of daily necessities. He also extended regards to residents and community workers. (Xinhua/Pang Xinglei)

Geliat perekonomian China kembali merebak. Situasi perlahan normal dan sekolah-sekolah kembali dibuka. Sebuah laporan dari Misi Gabungan WHO-China menyimpulkan bahwa  pendekatan berbasis ilmu pengetahuan, manajemen risiko, informasi terencana, bertahap dan kontinyu, dan kesiagaan memberikan respons cepat atas COVID-19 menjadi faktor kunci.  Saya telah menulis sebelumnya, bagaimana hasil kerja sains diterima dan dituruti, kinerja pemerintah dan tim kesehatan dipercaya rakyat, lalu rakyat saling bahu-membahu menyemangati menjadi kunci kemenangan China mengkonsolidasi sumberdaya internal menghadapi serangan Covid-19.

Komunitas global patut belajar dari China.  Serangan kesehatan global ini mengajarkan kita pentingnya kesiapan dan kesiagaan mencegah dan mengendalikan wabah penyakit menular.  Pelajaran penting lainnya adalah, pandemi ini  dapat membantu kita berpikir bagaimana memodernisasi pengendalian dan pencegahan penyakit di seluruh dunia.  Semoga Indonesia dapat belajar dari China dan sukses mengatasi pandemi terbesar satu abad terakhir ini.

Dilansir dari World Economic Forum, enam kunci sukses China mengendalikan covid-19, yaitu:

1.Kecepatan dan Ketepatan Memberi Respons.  

Hanya dalam waktu seminggu China berhasil mengidentifikasi virus asing itu, mengurutkannya dan melaporkan informasi genetik ke Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Apa gunanya? Identifikasi urutan genetik Covid-19 menjadi informasi dasar untuk mengembangkan vaksin dan perawatan terapeutik sehingga memungkinkan ilmuwan di seluruh dunia mengembangkan alat tes, opsi perawatan dan vaksin. Faktor penting dalam mengendalikan epidemi adalah memiliki metode deteksi spesifik, andal, akurat, dan cepat untuk menyaring orang yang terinfeksi dan memisahkannya dari yang tidak terinfeksi. Selama hari-hari awal wabah di Wuhan, alat tes belum teersedia, skrining masih tergantung pada analisis sekuensing asam nukleat laborat, metode yang padat karya dan mahal. Administrasi Produk Medis Nasional China mengambil tindakan segera untuk mempercepat pekerjaan perusahaan biotek guna mengembangkan alat deteksi. Kit pertama diperkenalkan pada 13 Januari, dengan persediaan yang cukup tersedia dua minggu kemudian.

2. Membuat Keputusan tepat pada Waktu dan Tempat yang tepat, serta untuk Orang yang tepat.

Seperti sudah dijelaskan China sangat percaya pada hasil kerja sains, dan mendengar serta mempercayai pendapat para ahli kesehatan selama menghadapi pandemi Covid-19. Itulah sebabnya, masyarakat tidak memberi reaksi berlebihan.  Faktor pendukung lainnya adalah manajemen risiko. Manajemen risiko Tiongkok yang sistematis dan proaktif berdasarkan kolaborasi antara pejabat pemerintah dan pakar kesehatan, telah terbukti efektif dalam mengendalikan COVID-19. Data klinis yang dirilis terkait penyakit sangat tepat waktu disebarkan kepada publik dan WHO membantu banyak orang di seluruh dunia mempersiapkan diri menghadapi penyebaran.

Provinsi Zhejiang adalah yang pertama meningkatkan respons manajemen risiko ke tingkat tertinggi pada hari-hari awal wabah, ketika tidak ada kasus yang dikonfirmasi. Berikut adalah pelajaran dari pekerjaan Hangzhou untuk mengendalikan penyebaran COVID-19:

  • Lacak implementasi hingga ke individu, apartemen, rumah, komunitas, organisasi, fasilitas publik dan manajemen kota.
  • Biarkan hal-hal penting seperti makanan dan pasokan mengalir melalui pengaturan yang terorganisir dan dikendalikan pemerintah.
  • Tentukan perawatan penyakit menular dan fasilitas manajemen untuk mengisolasi, memantau dan mengobati kasus positif.
  • Membentuk sistem perekaman dan pelacakan elektronik dan tim respons lokal untuk menangani kasus yang diidentifikasi.
  • Buat saluran pelaporan dan komunikasi terpusat untuk menjaga agar warga mendapat informasi valid.

3. Big data dan Teknologi Informasi untuk Menghindari Rebound.

Hangzhou, tempat Alibaba berkantor pusat, adalah salah satu kota pertama yang menggunakan big data dan teknologi informasi dalam pencegahan     dan pengendalian COVID-19. Mereka menamakan pendekatan itu "satu peta, satu kode QR, dan satu indeks." Sudah dua minggu sejak bisnis dan     organisasi terpilih diizinkan membuka kembali pekerja. Berikut adalah kebijakan yang mereka terapkan:

  • Bisnis dibuka kembali dalam beberapa fase berdasarkan prioritas. Misalnya, fasilitas terkait layanan kesehatan diizinkan untuk dibuka terlebih dahulu.
  • Pembatasan dikurangi berdasarkan rekam jejak.
  • Kode QR kesehatan dibuat untuk semua orang di kota dan semua orang yang memasuki kota. Kode hijau memungkinkan Anda bergerak bebas. Kode kuning membutuhkan karantina sendiri selama tujuh hari. Kode merah membutuhkan karantina selama 14 hari. Kode kuning dan merah dapat berubah menjadi hijau setelah waktu karantina. Sistem pengawasan kesehatan ini telah diterapkan di sebagian besar kota di Provinsi Zhejiang, dan akan diterapkan di provinsi lain.
  • Setiap individu harus memantau dan mencatat suhu mereka dan memperbarui profil mereka setiap hari untuk mempertahankan tingkat status kesehatan mereka.
  • Basis data kesehatan diawasi secara ketat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hangzhou.

4. Mengevaluasi sumber daya medis dan sistem respons. 

Apakah kita siap menghadapi pandemi Covid-19? Berapa banyak stok yang kita butuhkan? Apakah kita memiliki tenaga perawatan kesehatan yang cukup, dan bagaimana melindungi mereka? Masyarakat China berani dan bersatu dalam upaya memerangi COVID-19, bagaimana kondisi kita di Indonesia? Anda juga tahu, bukan? Wuhan adalah kota dengan tingkat kematian tertinggi, tetapi sebagian disebabkan oleh kurangnya sumber daya medis yang tersedia pada saat dibutuhkan segera. Mekanisme respons manajemen pengendalian bencana di Wuhan juga kurang, menyebabkan buruknya pengendalian penyakit, infeksi silang yang meluas pada pasien dan petugas layanan kesehatan di rumah sakit, serta kekacauan selama berminggu-minggu.

Sebaliknya, pejabat pemerintah di Provinsi Zhejiang sigap dan segera memobilisasi serta mengalokasi sumber daya, mengelola dan memantau epidemi yang berkembang secara proaktif dengan hasil mengesankan. Di Hangzhou, 204 dokter kesehatan masyarakat menyelidiki kasus, mengidentifikasi kontak dekat, dan memastikan mereka tetap di bawah pengawasan. Juga, para dokter sukses menyelesaikan operasi transplantasi paru-paru pertama di dunia pada pasien COVID-19.

5. Implementasi Tindakan Pencegahan di Masyarakat, Sekolah, Bisnis, Kantor Pemerintah dan Rumah dapat mempengaruhi Lintasan Epidemi.

 Prinsip yang dipegang adalah, bahwa "dalam berperang melawan COVID-19, semua orang sama!" Setiap orang memiliki tanggung jawab yang sama dan berbagi risiko yang sama. COVID-19 diketahui sangat menular dan mampu menyebar cepat tanpa gejala, sehingga hal terpenting adalah memobilisasi semua anggota masyarakat untuk dilibatkan dalam proses. Keberhasilan penerapan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian di Hangzhou, sebuah kota berpenduduk 10 juta orang, adalah contoh bagi negara-negara lain di dunia untuk ditiru. Sekali lagi, kunci kesuksesan adalah membuat semua orang bertanggung jawab, melibatkan setiap unit dan meminta pertanggungjawaban pejabat.

 Perencanaan yang cermat dan panduan yang jelas juga sangat membantu. Hangzhou telah memungkinkan karyawan kembali bekerja dalam beberapa fase. Banyak bisnis, organisasi, sekolah dan universitas berhasil menerapkan pembelajaran online berbasis komputer menggunakan teknologi seperti pertemuan Zoom, yang bisa menjadi model bagi pengembangan di masa depan.  Selama epidemi disarankan menghindari pertemuan besar dan kontak banyak orang. China mungkin telah kehilangan miliaran dolar karena pada dasarnya menghentikan semua bisnis, tetapi pada akhirnya, ini akan menjadi keputusan yang bijak dan tindakan yang benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun