Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Babak Akhir Istri Ketiga

23 Mei 2020   08:46 Diperbarui: 23 Mei 2020   09:10 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar : Gilang RP

Malam meranum sudah, sayup nyanyian kodok meningkahi sunyi. Di ruang sel yang remang-remang, Sapto teruslah bergumam dalam kegelisahan "Tidak.., bukan dia. Tidak..., bukan dia, Lastri..maafkan aku". Kalimat itu sudah terucap berkali-kali, entah apa maksudnya.

Sejak kematian istrinya, Lastri sebulan yang lalu, Sapto kerap bertingkah aneh. Mungkin dia merasa sangat kehilangan istrinya yang berusia 21 tahun, dan 30 tahun lebih muda dan berparas cantik itu. Lastri sebenarnya bukan satu-satunya wanita yang mendampingi hidupnya. Ada dua istri terdahulu Sapto yang kesemuanya ternyata bisa hidup damai saling berbagi perhatian suami.

Hampir semua orang salut pada Sapto yang bisa membuat ketiga istrinya dan 3 anaknya hidup rukun. Mira istri pertamanya Sapto mempunyai 1 anak lelaki, Lilis istri keduanya memberinya 2 anak, laki-laki dan perempuan. Sedang Lastri yang sudah dinikahi selama 5 tahun Sapto tidak mempunyai keturunan. Ketiga istrinya mendapat rumah mewah yang saling berjejer, mungkin itu disangaja oleh Sapto agar dia mudah untuk mengunjungi masing-masing istrinya.

Mira dan Lilis sebenarnya tahu jika sang suami sangatlah mencintai Lastri istri ketiganya. Namun entah mengapa kedua perempuan itu memilih diam dan menerima nasib sebagai istri yang ditepikan. Meski dalam hati mereka mengakui untuk urusan materi, suaminya tak pernah pilih kasih, semua dimanjakan dengan kekayaan yang tentunya untuk ukuran kehidupan mereka di sebuah kampung di lereng Gunung Sumbing sudah lebih dari cukup. Namun hati keduanya terkadang merasa nyeri mendapatkan kenyataan bahwa Sapto, lebih sayang pada Lastri. Masing-masing istri, disediakan satu unit mobil dan rumah mewah yang berdampingan.

Sebagai juragan tembakau dan juga pemilik pabrik pengolahan kayu, hal itu mudah saja diberikan Sapto pada istrinya. Jangankan rumah mewah dan mobil, hampir setiap tahun istri dan anak-anak Sapto liburan ke berbagai tempat wisata seperti ke Bali. Dengan kata lain, semua istri dan anaknya mendapatkan kemewahan.

Sebenarnya masuk akal kalau Sapto lebih sayang pada Lastri, bagaimana tidak?.  Selain berparas ayu layaknya gadis Indonesia, Lastri berpostur semampai, dengan kulit tubuh kuning langsat yang mulus seakan tanpa cela. Tutur katanya lembut, ramah dan murah senyum.

Lesung pipinya menambah manis senyumnya. Semula Lastri memang dikenal sebagai kembang desa, bukan hanya di desanya Pringapus, namun berita kecantikannya sampai pula di desa tempat Sapto bermukim yang jaraknya cukup jauh karena berselang 4 desa. Waktu Lastri masih sekolah kelas 3 SMK di kota kabupaten, Sapto telah  mencari kabar tentangnya. Tak sulit sebab dengan kekuasaan dan uangnya, dia mudah saja meminta tolong seseorang buat mencari informasi tentang Lastri.

Mujur bagi Sapto, karena dia mengenal orang tua Lastri. Dia menjalankan strategi dengan cara mendekati orang tua Lastri agar hasratnya menjadikan sang kembang desa sebagai istrinya itu berjalan mulus. Dengan pengaruh nama besarnya, akhirnya orang tua Lastri luluh lalu menyerahkan anak pertamanya kepada laki-laki dengan 2 istri itu sebagai istri ketiganya. Meski cantik dan pintar, Lastri tetaplah gadis desa yang patuh terhadap orang tua. Permintaan orang tuanya agar dia menerima Sapto sebagai istri ketiganya itupun dia iya kan saja.

Meski sebenarnya dia ingin melanjutkan pendidikannya yaitu kuliah di Yogyakarta, untuk mewujudkan cita-citanya sebagai guru. Lastri merasa orang tuanya sudah sepuh dan dia tidak tega menyakiti kedua orang tuanya itu. Dan setahun setelah dia dinyatakan lulus dari SMK, Lastri pun duduk bersanding dengan Sapto di pelaminan.

Babak baru dalam kehidupan yang tidak seindah pelaminan pun harus dilalui oleh Lastri. Meski Sapto sangat mencintainya toh Lastri merasa harus tahu diri dan berhati-hati dalam menjaga sikap dan laku saat menghadapi kedua istri Sapto terdahulu dan juga anak-anak tirinya. Namun pada dasarnya Lastri adalah perempuan baik, hingga membuat madunya tidak punya alasan untuk membencinya, meski hati orang siapa yang tahu. Di dunia ini, siapa sih perempuan yang suka rela mau berbagi suami?

Hari berganti hari, sudah setahun Lastri menjadi istri Sapto, di satu pagi yang masih berkabut, Lastri masuk ke ruang kerja suaminya. Saat itu musim panen tembakau dimulai, makanya sepagi itu Sapto sudah "jenek" di ruang kerjanya, memeriksa pembukuan dan juga contoh-contoh tembakau yang akan dijual padanya dari petani sekitar dusun.

Sapto agak terkejut dengan kedatangan Lastri, sebab tak biasanya istrinya masuk ruang kerja kalau tidak ada urusan penting.

"Ada apa diajeng? sepagi ini sudah senyum-senyum, apakah semalam masih kurang?" canda Sapto genit setelah melihat senyum sumringah dari wajah istri mudanya.

"Ah kangmas, semalam sudah cukup" balas Lastri mengerling manja, "ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan kangmas" lanjutnya mendekat ke Sapto sambil memberikan sebuah benda.

Sapto menerima benda dari Lastri, tertawanya membahana memenuhi ruangan kerja itu. Dipeluknya istrinya "Terima kasih sayangku, kau akan memberikan aku keturunan yang pasti akan seganteng aku, bapaknya" ucapnya sambil tertawa bahagia.

Rupanya Lastri memberikan test pack kehamilan pada Sapto, dan hasilnya positif, Lastri hamil. Tampak dari raut muka Sapto kalau dia bahagia dengan kehamilan istri ketigaya itu, meski dia sudah mempunyai anak dari istri terdahulunya.

"Sudah kangmas, aku gak bisa nafas" erang manja Lastri yang meminta agar Sapto melepaskan pelukannya.

Sapto tersipu malu "Maaf sayang, aku terlalu bahagia, mulai sekarang kamu gak boleh kerja berat" lanjutnya.

"Walah kangmas selama ini kan aku tidak pernah kerja berat, la cuma nyapu sama masak kok kerja berat"

"Iya, tapi gak boleh kecapekan, harus sehat, nanti aku perintahkan sama bi Mimi agar mengawasi mu sayangku" ujar Sapto.

'Ya.. iya, kangmas aku patuhi nasehatmu, aku juga pengen bayi kita sehat" bujuk Lastri agar suaminya tenang. "Dah ya kangmas, aku mau mandi dulu" ditepisnya tangan suaminya
"Ya iya, sana mandi terus dandan yang cantik, setelah itu temani kangmas di sini, hari ini kamu harus ada di dekatku"

"Ih kangmas" rajuk Lastri

"Sudah jangan protes, sana mandi buruan" Sapto pura-pura marah.

"Ya" Lastri pun bergegas keluar dari ruangan itu.

Seiring kepergian Lastri, Sapto menelepon Mira dan Lilis istrinya, dia mengabarkan kehamilan Lastri dengan penuh suka cita. Kedua istrinya pun menampakkan kegembiraan saat menjawab terlpon suaminya itu. Senyum puas kembali menghiasi wajah Sapto, dia merasa bangga punya ketiga istri cantik dan semuanya akur saja.
Berita kehamilan Lastri segera tersiar ke beberapa tetangga, termasuk kedua orang tua Lastri. Mereka menyambut kehamilan anaknya dengan suka cita. Segera diadakan doa syukur bersama dengan memanggil saudara dan tetangga terdekat, agar jabang bayi Lastri yang merupakan cucu pertamanya itu sehat wal afiat.

Untung tak bisa diraih, malang tak bisa ditolak, demikian pepatah mengatakan. Kebahagiaan keluarga besar Sapto dan lastri harus tercabik-cabik. Saat malam yang sepi, sepulang menyetorkan ratusasn keranjang tembakau ke gudang pengepulan, Sapto mendapati kenyataan paling pahit dalam hidupnya.Belum hilang penatnya karena seharian mengantri giliran truknya masuk gudang, sekelebat dilihatnya perempuan keluar dari kamarnya. Keadaan rumah malam itu memang remang-remang tak terlalu terang, sebab listrik tengah padam, hanya ada beberapa lampu lentera terpasang. Sapto bermaksud mengejar sosok perempuan itu, namun terdengar rintihan dari dalam kamarnya. Segera saja dia mencari arah suarat rintihan itu, diambilnya lampu senter di almari, lalu dicarinya arah suara itu.

Mata Sapto terbelalak "Lastri!!!"

Teriakannya menggema keras, membuat tetangga yang tinggal di sekitar rumahnya berdatangan ke ruamhnya. Mereka terkejut mendapati tubuh Lastri berlumuran darah didekapan Sapto.

"Tolong panggil ambulans, tolong" teriak Sapto pada tetangga-tetangganya. Di antara kerumunan itu tak terlihat satupun istri Sapto dan anak-anaknya. karena mereka tengah berlibur ke rumah nenek-nenek mereka dari pihak ibunya.

Ambulans datang 20 menit setelahnya, namun agaknya Lastri sudah tak bisa ditolong lagi, akibat pendarahan hebat dari 3 lubang di dada kanan akibat tusukan benda tajam. Lastri meninggal di pelukan suaminya. Dia membawa jabang bayi yang masih berusia 6 bulan.

***

Sementara pihak berwajib masih mengumpulkan barang bukti dan kesaksian dari orang-orang yang diduga tahu kejadian pembunuhan Lastri< Sapto untuk sementara ditahan di sel kepolisian. Mulutnya teruslah bergumam "Tidak...bukan dia...bukan dia pembunuhnya"

Jiwa Sapto terganggu hingga pihak berwajib belum bisa meminta kesaksian darinya.

****

10 tahun sudah aku berkompasiana

Ilustrasi gambar : Gilang R

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun